Berantem

350 110 3
                                    

Nggak dimana-mana, Yuna sama Dhea pasti berantem mulu kerjaannya. Sampe-sampe si Jinwoo gumoh.

-Author-


Kita lagi ngumpul di depan mesjid. Ngadem sebelum tidur siang. Kita baru selesai ngaji. Gue di pondok udah hampir tiga bulan lamanya. Dan Alhamdulillah gue betah banget di sini. Dua bulan yang lalu, pas mamah sama papah mau jemput gue pulang, gue nolak. Gue gak mau balik ke rumah dulu.

Di depan mesjid, ada gue, Wonjin, Jungmoo, Jinwoo, Yuna, kak Jiwon, dan ada beberapa orang lagi. Mereka lagi sibuk di dunia masing-masing. Berhubung hari ini hari juma'at, anak-anak bebas mau ngapain aja. Mau main hp, mau baca kitab, ngaji, tidut siang sepuasnya, keluar buat jajan, dan lain-lain.

Niatnya sih gue mau keluar, tapi tiba-tiba hidayahnya jadi ilang gitu aja. Selama tiga bulan ini, gue mgerasa kalo hidup gue jauh lebih baik. Semuanya mau ngajarin banyak hal ke gue, terutama Wonjin. Dia juga gak jarang ngegombalin gue, biar gak garing katanya.

"Wonjin," panggil gue di sela-sela kesibukan semua orang.

Wonjin  noleh, terus nyimpen hpnya, "ada apa?" Tanya Wonjin.

"Nggak ada apa-apa, gue cuma mau tanya."

"Apa? Tanya Aja."

"Selama ini lo gak cape apa ngajarin gue yang gak ngerti tentang agama selama ini?" Tanya gue.

"Nggak kok Dhey. Saya ikhlas membantu kamu untuk berubah. Kan itu juga demi keuntungan bersama."

"Keuntungan bersama kek gimana?" Tanya gue.

"Ya, kamu bisa berubah jadi lebih baik, dan juga saya bisa mendapat pahala."

Gue manggut-manggut ngerti. Bener sih kata Wonjin.

"Dhea." Kini gantian Wonjin yang manggil.

"Hmm?"

"Kamu udah move on dari Yohan?Kalo kamu di ajak balikan sama Yohan, kamu jangan mau ya."

Gue ngerutin kening ngerasa aneh, "kenapa gitu?"

"Ya kan percuma masuk ke lubang yang sama."

"Percuma gimana? Lo baper ke gue?" Tanya gue frontal.

"Sembarangan. Saya gak mau aja kamu berhijrah sampai sini, tapi ujung-ujungnya pacaran lagi."

"Ohh gitu toh, gue kira gara-gara cemburu.. haha. Siap pa ustad, saya akan menuruti perintah bapak. Haha," gurau gue.

"Jangan panggil saya ustadz. Karena dengan cara seperti ini, sama saja saya seperti mendidik seorang istri di masa depan saya kelak."

"Maksud lo gue mau jadi istri lo?" tanya Gue yang langsung di pacu detak jantung yang berdebar-debar.

Disitu anak-anak langsung noleh ke gue sama ke Wonjin.

"Saya tidak bilang seperti itu. Kamu saja yang berharap." 

Malu! Malu banget sumpah! Pas Wonjim bilang gitu, nada bicaranya tuh so jual malah. Buat gue kaya barang yang gak kepakai lagi.

"Paan sih lo!" Elak gue.

"Ternyata diem-diem Dhea naksir Wonjin!" Teriak Jinwoo.

Langsung aja gue timpuk tuh bocah pake kertas yang sengaja gue remes-remes gara-gara gugup. Selama ini Wonjin selalu buat gue terbang, tapi malah tiba-tiba gitu. Oke, no problem.

Yuna cengos liatin gue. Kenapa gue jadi ngerasa ga enak  ya? Masa iya gue ikhlas Wonjin sama dia. Gak! Gak!

"Eh."

"Kenapa Dhea?" Timpal Wonjin.

"Ha? Nggak kok," alibi gue. Padahal mah kaget gara-gara ngebatin si Yuna.

"Yakin gapapa?" Tanya Wonjin.

"Iya."

"Kak Wonjin sama kak Dhea kayaknya deket banget. Kalian pacaran?" Selidik Yuna.

"Nggak!" Balas kita barengan. Gue sama Wonjin.

"Yakin? Kayaknya kalian kemana-mana tuh berdua. Di sekolah aja kaya nempel gitu," ketus Yuna.

"Ya emangnya kenapa? Gak boleh? Lo cemburu ke gue gitu?" Sarkas gue.

"Ya nggak. Kak Dhea kenapa sewot gitu?" Yuna kaya ngalihin pembicaraan.

"Bentar, lo tuh kalo mau manggil nama ya nama aja. Waktu itu panggil nama, terus sekarang panggil kakak. Maunya apa?" Gue nyolot aja.

"Udah-udah.. lo berdua berantem mulu sih. Kalo ketawan abah bisa di gantung lo berdua!" Tegas Jinwoo.

"Iya, kamu lagi Yuna. Jangan bikin ribut," tambah Jungmoo

"Lah kok Yuna, jelas-jelas kak Dhea yang duluan."

"Lo yang duluan!" Sarkas gue.

"Saya pergi aja. Pusing denger kalian berantem terus!" Final Wonjin.

Gue sama Yuna langsung diam liatin Wonjin yang beranjak pergi.




Bersambunggg.....

𝐁𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐔𝐒𝐓𝐀𝐃𝐙 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang