+ Bonchap 3

2K 233 20
                                    



Warning 15+




Hening. Itulah suasana yang saat ini Renjun rasakan. Cowok itu melirik Yuna di sebelahnya yang sibuk dengan ponselnya seakan melupakan keberadaan Renjun.

Renjun menghela nafas kemudian membenarkan posisi duduknya yang sedikit melorot. Setelah insiden penculikan tadi, Yuna benar-benar diam tak berbicara satu kata pun seolah-olah dia adalah agen rahasia yang sedang menjemput targetnya. Berulang kali Renjun melontarkan pertanyaan, namun sama sekali tak digubris oleh Yuna.

Renjun bingung, ngapain Yuna bawa dia ke apartemennya? Renjun gak akan diapa-apain kan? Kok Yuna jadi agresif gini sih?

Muka Renjun perlahan bersemu merah. Ia segera menghentikan pikirannya sebelum benar-benar berubah menjadi liar. Ah tapi gak bisa, Renjun itu cowok normal! Cowok mana sih yang masih bisa berpikir jernih saat ada seorang cewe yang ngebawa dia ke apartemennya?

Lagian ini berdua loh, BERDUA.

Ini juga Jaemin daritadi gak bisa dihubungin. Kan niatnya Renjun mau nyuruh Jaemin buat jemput dia sebelum sesuatu yang engga-engga terjadi. Tau gini mending Renjun minta bantuan Chenle aja, kayaknya lebih enakan numpang di rumah Chenle, berasa kayak nginep di hotel.

Sangking asyiknya dengan pikirannya sendiri, Renjun gak sadar kalau mobil yang ia tumpangin ternyata udah berhenti di depan lobi sebuah apartemen elit. Serius ini Yuna tinggal disini? Rasanya Renjun udah kayak cowok sewaan yang lagi dibawa tante-tante ke hotel.

"Udah sampe, ayo turun." ajak Yuna yang membuat Renjun menoleh.

Renjun meneguk ludahnya kasar. Cowok itu keliatan ragu mau turun apa engga. Apa dia mending kabur aja? Tapi ngapain kabur sih, ini cuma dibawa ke apartemen doang bukan mau dijual ke pasar gelap.

"Kok malah diem sih, ayo buruan sayang." Badan Renjun menegang saat tangan Yuna mengambil tangannya berniat untuk mengajak Renjun keluar dari taksi.

Kaget bos, jarang-jarang Yuna manggil sayang. Sekalinya manggil malah di situasi yang kayak gini. Mau meledak aja Renjun rasanya.

Mau gak mau Renjun akhirnya nurut. Setelah selesai membayar ongkos ke sang supir, Yuna menggandeng tangan Renjun buat masuk ke dalem lobi. Selama di perjalanan mereka gak bercakap-cakap apapun. Yuna sibuk bersenandung kecil, sedangkan Renjun masih diam dengan wajah datar, padahal dalam hatinya ketar-ketir.

Pas sampai di lift, Yuna tiba-tiba menepuk kepalanya pelan. "Ah, hampir aja lupa." Gadis itu melepaskan genggamannya pada tangan Renjun dan beralih ke dalam tas kecil yang ia bawa.

Yuna mengeluarkan sebuah pita panjang berwarna hitam yang gak tau gunanya buat apa. Tiba-tiba cewek itu mendekat, mengisyaratkan Renjun buat menunduk.

"Pake ini dulu." suruhnya sambil mengangkat pita tadi ke arah wajah Renjun, berniat untuk memasangkannya.

Renjun mengernyit. Tunggu-tungggu, pita hitam? Buat apa? Dia gak bakal di msdb kan? Kenapa pikiran Renjun mendadak jadi kinky begini?

Melihat Renjun yang tak kunjung merespon ucapannya, Yuna lantas menarik kerah mantel Renjun, mensejajarkan wajah Renjun tepat di depannya. Gadis itu meraih wajah Renjun kemudian memasang pita yang tadi ia bawa ke mata Renjun untuk menutupinya.

Renjun sedikit kaget, namun ia masih bisa menguasai diri. "Kenapa harus ditutup pake pita sih Yun? Nanti kalo jatuh gimana?" tanyanya sedikit tidak terima.

"Biar surprise dong, gak bakal jatuh ah kan ada aku yang gandeng kamu." jawab Yuna enteng.

"Tapi Yun--"

Traumatic || Renjun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang