Dusta banget aku hahahah
Serius ini bonchap terakhir oke
Jangan lupa play mulmednyaAku memandang ke luar jendela apartemen yang menampilkan pemandangan kota Seoul kala itu. Entah apa yang aku pikirkan, aku hanya ingin diam sambil berselancar mengingat semua memori di masa lalu.
Sesekali aku tersenyum, namun tak lama aku mulai menitikkan air mata. Semua yang telah terlewati begitu tak terduga, bahkan aku tidak percaya telah sampai di titik ini dengan baik.
Kini, tanpa sadar semua telah berubah.
Aku menoleh tatkala mendengar suara dari arah pintu kamar mandi. Bau segar khas sabun mint itu menyeruak memenuhi ruangan. Aku hanya tersenyum simpul sambil menggelengkan kepala, kemudian kembali ke aktivitasku tadi.
"Ngapain sih? Ngelamun aja."
Aku kembali menoleh, menjawab pertanyaan yang ia lontarkan dengan gelengan kecil. "Lagi nostalgia."
Si pelaku mulai berjalan mendekat ke arahku dengan handuk yang hanya menutupi tubuh bagian bawahnya, membuat bagian lain yang tak tertutup handuk terekspos sempurna. "Nostalgia apa?" tanyanya lagi.
"Cih, kepo. Mentang-mentang udah jadi suami sekarang jadi kepo."
"Oh jelas, gak boleh?"
Aku terkekeh, menggodanya memang salah satu hobi baruku. Tak pernah aku bayangkan sebelumnya, tapi nyatanya inilah yang sebenarnya terjadi.
"Aku gak suka ya kamu mikirin cowok lain." ucapnya posesif sambil memelukku dari arah belakang. Rambutnya yang basah mengenai bagian belakang leherku, menimbulkan sensasi geli yang membuat aku sedikit merinding.
"Pake dulu bajumu, terus keringin rambut juga. Airnya kemana-mana tuh."
"Buat apa aku punya istri kalo bukan buat ngurusin aku?" balasnya.
Oh jadi sekarang dia mau ngejadiin aku babu rupanya.
Aku mendecih lagi, "Cih ngurusin? Emang kamu bayi ya harus diurusin segala. Punya tangan itu buat apa hah?"
"Oh jadi kamu mau punya baby hm?" Ia berkata tepat di sebelah telinga kiriku dengan nada sensual yang dibuat-buat. Kemudian ia terkekeh, sedangkan aku melayangkan pukulan ringan ke arah lengannya.
"Bacot ah, siniin handukmu! Aku keringin rambutnya." suruhku.
"Ih kasar, gak boleh kasar sama suami ntar dosa loh." ocehnya yang tidak aku gubris sama sekali.
Aku beralih mengambil handuk kecil yang ia bawa lalu mengusap-usap rambutnya yang basah dengan lembut. Ia menatapku sambil tersenyum manis, senyum yang membuat hatiku menghangat akhir-akhir ini.
"Ngapain senyum-senyum? Kayak orang gila." seruku.
"Seneng tau, kan habis nikah. Kamu gak seneng? Atau kamu nyesel ya nikah sama aku?" Matanya memicing ke arahku.
"Kalo aku nyesel, aku udah kabur kali ah."
"Kamu kabur juga bakalan aku kejar kok, nanti jadi kawin lari." Dia tertawa, tanpa sadar aku ikut tertawa melihatnya tertawa karena gurauannya sendiri. Sungguh, bahagiaku sesederhana itu.
Ah, jadi nostalgia lagi kan.
"Jaem."
"Hm?"
"Kira-kira, Renjun apa kabar ya disana?"
Maaf Renjun, aku gak bisa nepatin janji buat bersanding sama kamu di altar. Ternyata takdir kita berbeda. Tapi sekarang aku bahagia, bersama Jaemin si cerewet yang baru saja bersumpah akan menemani hariku hingga usia senja menyapa. Berbahagialah kamu di sana, terima kasih sudah pernah menjadi bagian dari hidupku yang berharga. Salam dariku mantanmu yang dulu pernah kau cinta.
FIN