Kau milikku

205K 6.8K 445
                                    

Aku menatap David yang masih tertidur pulas di sebelahku. Pipiku memanas jika mengingat malam tadi. Sulit di percaya, kami melakukannya.

Aku mengulurkan tanganku, menyentuh lembut ke wajah mulus David. Sepertinya ia rajin mencukur bulu di sekitaran wajahnya. Aku diam diam tersenyum, tidur ataupun tidak wajah David tetap tanpa ekspresi.

Kufikir David akan melakukan sesuatu yang menjurus ke psikopat saat berhubungan bersama ku semalam, tapi untung saja tidak. Asal tidak ke ruang merah aku aman. Puas menatap wajah David yang tertidur, aku lalu bergegas bangun. Aku ingin membuat sarapan, aku mengikat rambutku asal serta mengambil acak baju dari lemari.

Telur mata sapi, kupilih sebagai hidangan yang akan kubuat sebagai sarapan pagi ini. Tidak terlalu istimewa, hanya saja cuma itu yang bisa aku buatkan untuk David. "Kira kira seberapa banyak ku taburkan garam?" tanya ku pada diri sendiri, menimbang nimbang memasukkan garam satu atau dua jumput? "Satu setengah kalau begitu." putusku.

Aku melotot, saat pinggangku secara tiba tiba di peluk seseorang dari belakang yang kutahu adalah david. Memangnya siapa lagi selain kami? Aku menahan nafasku karena pelukannya. Aku masih belum terbiasa dengan David yang seperti ini

"Apa yang Daddy lakukan? Aku sedang menggoreng telur." tanyaku sambil berusaha terlihat biasa saja.

Aku berbalik menatapnya, yang hanya menggunakan boxer. Terlihat jelas ototnya terbentuk indah,

Ku tatap matanya, ternyata dia sedang menatapku. Tatapan mengintimidasi. Dari mataku turun ke bibirku, lalu buah dadaku, Dasar! Pagi pagi saja sudah mesum!. Sedangkan David menatapku tanpa ekspresi dan sorot mata kosong yang terasa menakutkan sesaat.

David mencondongkan tubuhnya ke arahku, spontan ku pejamkan mataku.

"Telurmu sudah gosong, Atlanta." bisiknya.

Blush!

Aku berbalik. Dan benar saja, telurku sudah gosong. "Ya, ampun" aku menepuk jidatku. Apa yang kau pikirkan Athlanta? aku benar benar malu, bisa bisanya aku berfikir dia akan memciumku tadi.

Kudengar kekehan kecil dari arah belakang ku, langsung ku tengok David yang sedang tertawa. Seketika pipiku memanas, ini pertama kali dalam hidupku, aku melihat David tertawa. Meski bukan tertawa lepas, tapi setidaknya aku membuatnya tertawa.

Dan itu tampan. Tidak. Sangat tampan. David menaikkan satu alisnya, "apa?" katanya bertanya padaku.

Aku langsung menggeleng, baru kusadari aku menatapnya terlalu lama. Wajah David bagai magnet, membuatku ingin terus terusan menatap nya.

"Aku tak yakin kau akan menyukainya." ucapku pada David yang sedang menatap telur mata sapi gosong di hadapannya. Setelah apa yang kami lakukan, aku ragu untuk memanggilnya Daddy. Meskipun beberapa saat yang lalu, aku masih keceplosan memanggilnya begitu.

David mendorong piring berisi telur gosong itu. "Kukira aku lebih menyukai sarapan ku di buka dengan kau." kata David tiba tiba. Aku terbelalak. Lagi? aku menggeleng, hendak menolak. "Ti_" sebelum ku selesaikan ucapannya David sudah lebih dulu mencium bibirku.

Aku membalasnya, kurasakan ciuman kami semakin dalam. "Emhh!" Teriakku tertahan, apa itu? Kurasakan leherku seperti di gores sesuatu. Apakah itu pisau? Kurasakan perih di leher kiriku. Darah mulai mengalir dari sana.

David menghentikan ciuman panas kami, dia lalu beralih pada leher kiriku. Tepat di luka ku.

"Apa yang kau lakukan?" ucapku hampir berteriak. David menjilat darahku, menyedot darah dari inti lukaku, bagai vampir haus darah. Rasanya perih sekaligus geli. Aku meronta, berusaha menjauhkannya dari leherku, tapi David makin mencengkram leherku dengan kuat.

PSYCOPATH IS MY DADDY✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang