KEMUNGKINAN YANG TAK DIINGINKAN

22.2K 1.8K 124
                                    

   
     "Semuanya menghilang." ujar Bastian dari ujung telepon. Sandra menghela nafas berat. Ia sudah menduga akan terjadi seperti ini. Sandra menoleh ke arah Athlanta yang masih tertidur di kasur. "Semua bukti yang Athlanta bilang maupun yang ada di foto tidak ada, yang ada hanya pajangan botol wine serta beberapa pakaian milik David yang di gantung." lanjut Bastian.

     "Bagaimana dengan David? Dia mencari Athlanta?" tanya Sandra pada Bastian di seberang sana. "Dia terlihat tenang, kurasa dia tidak menyadari bahwa Athlanta pergi dari sini." Jawab Bastian, membuat perasaan berat di dada Sandra terangkat, lega.

    Sandra mengangguk, mengerti. Melihat sampai sekarang tak ada telfon atau David yang dengan cepat menemukan Athlanta seperti di cafe waktu itu membuat Sandra setuju dengan perkiraan Bastian bahwa David belum menyadari kepergian Athlanta. "Kalau begitu kita harus segera membawa pulang Athlanta." Ujar Sandra.

    "Baiklah, akan aku kabari jika David sudah pergi keluar." setelah itu telfon di tutup.

    "Bastian juga bagian CIA?" tanya seseorang dari arah sebelah nya, Sandra melonjak kaget. Tidak menyangka bahwa Athlanta ternyata sudah bangun. "K-kau sudah bangun?" Sandra malah membalas pertanyaan Athlanta dengan pertanyaan.

    "Jawab saja pertanyaan ku." Athlanta bangun dari tidurnya, memasang wajah serius ke arah Sandra.

    "Bukan, tapi dia sumber yang berguna." jelas Sandra, "Tapi bukan itu yang penting untuk sekarang ini, melainkan kemana semua baju baju yang merupakan bukti seperti yang kau bilang."

    Athlanta terdiam, mencoba mencerna perkataan Sandra. Entah ini efek bangun tidur atau memang otaknya sulit mencerna sesuatu. Kemana baju baju itu? Apa mungkin_
"Bajunya hilang?!" pekik Athlanta setelah berhasil mencerna semua perkataan Sandra. "Bagaimana bisa? Itu baru saja terjadi semalam."

    Sandra mengangguk. "Tepat sekali, itu yang juga kami fikirkan. Bagaimana bisa? Kecuali dia tahu kau kesana Athlanta. Tapi jika sampai sekarang dia tidak mencarimu, entahlah, aku tidak tahu bagiamana ia tahu bahwa seseorang datang ke ruangan itu. Dia terlalu pintar."

   Athlanta menelan salivanya yang terasa sangat sulit di telan. "Lalu sekarang bagaimana?"

   Sandra bangun dari duduknya, ia mengambil jaket serta tas Athlanta. Dan memberikannya pada Athlanta. "Untuk bagaimana selanjutnya, biarkan aku dan tim ku yang mengurusnya. Untuk sekarang kau harus kembali ke mansion itu setelah Bastian mengabari, jadi bersiaplah." jelas Sandra. Tepat setelah ia berbicara pada Athlanta, telfon nya kembali berbunyi.

    "Halo? Bagaimana?" sapa Sandra pada orang di ujung sana. Athlanta hanya memperhatikan.

    "Tidak ada truk atau mobil yang keluar dari mansion dari semalam."

     "Baiklah, kabari jika kau menemukan sesuatu." Ujar Sandra, ia lalu kembali menutup telfon. Sandra menatap ke arah Athlanta yang juga menatapnya dengan tatapan bertanya. "Tidak ada truk atau mobil yang keluar dari mansion, itu artinya. Baju baju itu masih di mansion itu. Disembunyikan entah dimana." jelas Sandra.

    Athlanta mengerutkan keningnya, ia terlihat berfikir. "Kalian menaruh kamera pengawas di luar mansion?" tanya Athlanta. Sandra mengusap tengkuknya, "Sorry. Tapi kami harus la_" penjelasan Sandra di potong lebih dulu oleh pertanyaan yang Athlanta lontarkan.

    "Dimana kalian meletakkan kamera itu?" tanya Athlanta lagi.

    "Aku tidak tahu pastinya." Jawab Sandra. "Coba kau berfikir lebih keras." Pinta Athlanta, membuat Sandra menautkan kedua alisnya. "Kau tahu sesuatu?"

     "Ya, jika kau tahu posisi nya dimana." jawab Athlanta. Bukannya berfikir lebih keras, Sandra malah mengetikkan sesuatu di ponselnya. "Apa yang kau lakukan?" Sandra tak menjawab, ia sibuk dengan ponselnya.

    "Dapat!" pekik Sandra. "Sisi sebelah kiri mansion, jika kau akan masuk gerbang. Dan sebelah kanan jika kau keluar gerbang." jelas Sandra.

   "Itu dia!" kali ini Athlanta yang memekik, "Kalian tidak dapat melihat mobil atau truk yang keluar karena kamera hanya fokus menyorot gerbang. Saat aku keluar dari ruang rahasia itu, aku keluar melewati lorong rahasia yang tembus dari sisi berlawan kamera pengawas." Sandra benar benar tercengang dengan penjelasan Athlanta, ia kembali berkutat dengan handphone nya.

    Sandra menunjukkan layar ponselnya, "Kau benar!" ujar Sandra, "Tim ku sudah memeriksa kamera lainnya, untuk mengejar keberadaan mobil itu. Semoga saja, kami dapat lebih banyak bukti." Sambung Sandra,  ia terlihat lebih cemas karena masih menunggu kabar apakah mereka berhasil menemukan mobil itu atau tidak.

    Ponsel kembali berbunyi, Sandra dengan segera membuka pesan yang masuk, Athlanta hanya dapat menatap Sandra penasaran. Sandra menghela nafasnya, ia lalu menunjukan layar handphone nya pada Athlanta. "Ini pesan dari Bastian, David sudah meninggalkan mansion. Kau harus pulang!"

    Athlanta mengangguk setuju, ia harus pulang sebelum David menyadari bahwa dirinya hilang.

🗡🗡🗡

      "Nona!" Pekik Medy saat melihat Athlanta yang baru saja masuk ke kamarnya. "Maafkan aku Medy, telah membuatmu khawatir." Medy menggeleng lemah, ia lalu memeluk Athlanta. Membuat Athlanta sedikit terkejut karna perlakuan tak biasa itu, tapi setelah itu ia mulai balik memeluk Medy.

    Athlanta melirik sebuah gundukan yang tertutup oleh selimut, seakan seseorang tengah tidur di kasurnya itu. Athlanta melepas pelukan nya. Ia lalu berjalan ke arah gundukan itu, dan membukanya dengan sekali hentakkan, sebuah guling di letakkan disana. Athlanta tersenyum, ia mengalihkan pandangan ke arah Medy. "Terima kasih." ujar Athlanta, sambil tersenyum manis ke arahnya. Medy mengangguk kecil, ia terlihat lucu jika malu malu begitu. "Sudah tugasku melayani mu Nona."

    "Kau pasti sangat kelelahan karena khawatir aku pergi, sekarang kau boleh pergi. Istirahat lah Medy, aku bisa urus diriku sendiri."

    Medy menggeleng cepat, "Aku baik baik saja Nona, aku tidak kelelahan sama sekali." bantah Medy. Athlanta menghela nafas, pura pura kecewa. "Ayolah Medy, aku memberimu hadiah hari libur. Tapi kau menolakku. Kalau begitu, aku tidak akan mau makan makanan yang kau sediakan lagi."

    Medy terlihat kaget dengan ancaman Athlanta, ia lalu menundukkan sedikit kepalanya. "Kalau begitu aku keluar sekarang, Nona."

     Setelah Medy menutup pintu Athlanta lalu tertawa lepas, Ia tak menyangka menggoda Medy akan seseru itu. Tawanya hanya bertahan beberapa saat, karena tiba tiba ia merasa sangat mual. Athlanta berlari ke arah kamar mandi. "Hoek!" Ia memuntahkan seluruh isi di dalam perutnya. Wajahnya sudah semerah tomat sekarang, tapi rasa mual itu terus ada.

    Athlanta kembali terduduk di dinginnya lantai kamar mandi. Athlanta terus berfikir, apa yang salah dengan tubuhnya? Ia merasa baik baik saja, tapi entah kenapa ia selalu saja mual dengan tiba tiba seperti ini. Athlanta memejamkan kedua matanya, berusaha menjernihkan nafas serta pikirannya. Beberapa saat memejamkan mata. Ia lalu teringat sesuatu, yang membuatnya dengan cepat membuka matanya, yang membuat jantungnya seakan memompa lebih cepat, sebuah kemungkinan yang ia fikirkan. Kemungkinan yang tak diinginkan. "Aku hamil?"

*
*
*
*

See you soon guys, i love u

     

   
   

PSYCOPATH IS MY DADDY✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang