YANG TIDAK KAU MILIKI

31.4K 2.1K 56
                                    

   Sepulang dari Pesta tersebut, Athlanta langsung masuk ke kamarnya. Ia berencana untuk berendam air hangat, dengan campuran ekstrak mawar. Sebuah kebiasaan baru, karena Medy. Harum mawar membuat pikiran dan badannya menjadi lebih rileks. Sangat membantu saat pikiranmu sedang penuh akan bermacam masalah.

    Athlanta sudah meminta Medy untuk ke kamarnya dan menyiapkan keperluan mandinya. Tapi wanita paruh baya itu tak kunjung datang.

   Athlanta menatap pintu yang terbuka sambil tersenyum, Itu Medy. Pikirnya. Tapi senyumnya memudar, matanya melebar kala orang yang masuk bukanlah Medy atau bahkan David.
   
   "Cecil?" Athlanta mengangkat alisnya, ada apa Cecil ke kamarnya. Athlanta menatap Cecil dari atas hingga bawah. Wanita itu hanya menggunakan baju tidur seadanya. Wajahnya sembab, seperti sehabis menangis.

    "Nona!" Ujar Cecil, ia lalu bersimpuh di hadapan Athlanta, dengan tangan yang menyentuh kaki Athlanta. Athlanta yang terkejut langsung menarik tangan Cecil dari kakinya. Ia menangkupkan wajah Cecil dengan tangannya. Membuat Cecil tak kuasa menahan tangis yang ia bendung, ia lalu menangis di hadapan Athlanta.

    "Cecil? Apa yang terjadi padamu?" tanya Athlanta, khawatir. Bukannya menjelaskan, Cecil malah menangis dengan kuatnya. Terdengar sangat memilukan. "Cecil, aku sahabatmu kan? Jelaskan padaku, apa yang terjadi. Kalau ku tahu masalahnya, mungkin aku bisa membantu."

    Cecil berusaha mengontrol tangisnya, ia terlihat lebih tenang. Lalu menatap Athlanta. "Benarkah? Kau akan membantuku?" tanya Cecil. Athlanta mengangguk.

    "Nona, Mereka membunuh anakku. Mereka membunuhnya, Nona." Cecil lalu kembali menangis.

    Athlanta benar benar terkejut dengan perkataan Cecil, ia bahkan meminta Cecil mengulang perkataannya. Memastikan ia salah dengar atau semacamnya. Cecil hamil? Tapi dengan siapa? Dan siapa yang membunuh anaknya.

   "Bisa ku tahu, Siapa ayah dari anakmu?" tanya Athlanta, karena entah kenapa wajah David langsung muncul begitu saja, saat Cecil mengatakan bahwa bayinya di bunuh.

     Belum Cecil menjawab. Medy masuk dengan botol ekstrak mawar di tangan kanannya, ia sangat terkejut melihat Cecil yang berada di hadapan Athlanta. "Cecil! Apa yang kau lakukan?!" Medy lalu berteriak, memanggil beberapa pengawal, untuk menyingkirkan Cecil segera. Cecil berteriak dan menangis. Ia bahkan terus memegang erat tangan Athlanta, tak ingin dilepaskan. Akibatnya, beberapa luka cakaran menghiasi tangan nya.

    Athlanta berusaha menghentikan para pengawal itu, tapi tentu Athlanta kalah kuat. Cecil terus di tarik paksa, seperti saat mereka menarik Cecil atas perintah David saat itu.

    Sebelum Cecil benar benar keluar dari kamarnya, Athlanta dapat mendengar bahwa Cecil mengatakan sebuah "David!"  

    Athlanta benar benar tercekat, seharusnya ia tak terkejut seperti ini. Bagaimanapun itu sudah biasa jika menyangkut seorang David, tapi sungguh. Ia tak habis pikir, Seorang David bisa sehina itu.

    "Medy, apa apaan tadi itu? David, membunuh bayi wanita hamil?" Athlanta menyibak rambut yang menghalangi wajah nya.

    "Nona, maafkan atas ketidak nyamanan ini." ujar Medy sambil menundukkan kepalanya. Athlanta menggeleng, "Jelaskan padaku Medy. Jika kau benar benar meminta maaf padaku, atas ketidak nyamanan yang kau maksud itu."

     Medy meneguk salivanya, lalu berjalan ke arah pintu dan menutupnya. "Nona, wanita itu, maksudku, Cecil. Ia menyukai Tuan." jelas Medy. "Meskipun Tuan suka membawa wanita berbeda, tapi ia tak pernah sekalipun menyentuh para pelayanan nya. Tapi banyak saksi yang melihat bahwa Cecil lah yang menggoda tuan lebih dulu. Wanita itu, padahal tuan sudah memintanya meminum pil pencegah kehamilan. Tapi entah bagaimana  ia bisa hamil."

PSYCOPATH IS MY DADDY✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang