Hari Terakhir

11.8K 650 143
                                    

Athlanta PoV's

      Hari ini terasa aneh untukku, semua terasa seperti menjadi hari terakhir. Aku menatap David yang juga makan di hadapanku. Seperti biasa, ia memakan steak untuk sarapan. Aku tidak memintanya agar mengganti makanannya. Setidaknya dia memberi tahuku agar aku tahu, bukan untuk membuatnya mendapat banyak larangan dariku.

     Sejak pagi tadi, banyak pertanyaan serta ketakutan yang bermunculan di kepalaku. Apakah ini akan menjadi sarapan terakhirku bersama dengan David? Kali terakhir bagiku mendengarnya mengeluh tentang daging yang di buat tidak sesuai dengan yang ia mau. Juga kali terakhir aku lebih banyak mengobrol dengannya saat di meja makan. Tapi hari ini dia tidak banyak bicara. Ia terasa dingin hari ini.

    David mengangkat pandangannya ke arahku, dia menangkap basah aku yang mengamatinya. Ketika melihatku, ia menghiburku dengan senyuman tipis yang akhir akhir ini sering ia tunjukkan. Mata hazelnya menatap mataku. Jika hari ini benar benar menjadi kali terakhir kami bersama. Sungguh, aku akan merindukan mata hazelnya.

    Hatiku berkecamuk, tidak tenang, membayangkan apa yang akan kami lakukan. Apakah kami akan pergi ke pesta ulang tahun sahabat David, seperti yang dia bilang, atau malah sebuah pesta darah lainnya.

     David terus menatap ke arahku, dia tidak mengatakan apapun. Seperti aku, David sepertinya juga hanya ingin menikmati Moment ini bersama.

      Aku memutus pandangan kami dan menatap sereal di hadapanku. Sereal hari ini bahkan terasa hambar. Menyebalkan. Aku terus menebak nebak. Dan ketakutan dengan apa yang akan terjadi hari ini. Aku benar benar merasa tidak nyaman, kepalaku juga sangat berisik, tidak bisa tenang. Tangan kiriku yang sedikit bergetar bahkan harus ku letakkan di atas paha, agar David tak bisa melihat itu.

       "Mau berjalan jalan denganku?" Tanya David memecah keheningan. Aku kembali mengangkat pandanganku. "Hari ini cuacanya bagus." Dia melempar pandangan ke arah luar jendela. Membuatku ikut menoleh ke arah luar jendela.

       Benar, hari ini cuacanya bagus, burung bahkan berkicau pagi ini. Aku mengangguk kecil.

🗡️🗡️🗡️

      Aku memperhatikan tangan David yang menggenggam tanganku, sejak keluar dari tempat menginap kami, David terus menggenggam tanganku. Tangan nya terasa dingin, tapi aku menyukai nya. Karena tanganku terasa pas di genggamannya.

       Kami terus berjalan di bawah pepohonan yang tumbuh berjejer di sepanjang kami berjalan. Pepohonan itu mengapit jalanan yang kami lewati, tapi kami masih bisa melihat awan karena pepohonan tidak menutup semuanya. Burung burung beterbangan dari satu pohon ke pohon lain. Benar benar hari yang bagus. Membuatku makin takut saja. Cuaca yang bagus selalu jadi hari yang tepat untuk perpisahan bukan?

       "Anne dan Joseph akan mengirim hasil foto kita hari ini." Ujar David. Aku mengangkat pandanganku ke arahnya.

      "Benarkah?" Tanyaku dengan nada bersemangat. Aku senang mendengarnya, tak sabar melihat hasilnya. Mengingat Anne dan Joseph tidak memberi tahu kami hasil akhirnya kali terakhir. David mengangguk kecil, menjawab pertanyaan ku.

       "Itu akan di kirim langsung ke rumah." Ujar David lagi. Membuatku mengernyitkan dahi karena ucapan David. Dia barusan mengatakan rumah kan? Atau aku salah dengar?. "Mungkin maksudmu mansion?" Aku memastikan.

       David menggeleng. "Tidak, rumahmu, rumah yang selalu kau tinggali dari dulu." Ujar David lagi. Membuatku mengalihkan pandanganku dari wajahnya ke arah depan. Aku menendang kerikil kecil di bawah. "Apa kita akan tinggal kembali di rumah lama? Sehingga kau mengirimnya kesana?" Tanyaku.

      David diam beberapa saat, ia tak menjawab pertanyaanku. "Mungkin."
Jawab David. Tapi bukan itu jawaban yang ingin aku dengar. "Kapan kita kembali?" Tanyaku lagi. "Mungkin besok." Jawab David, dan baiklah, setidaknya itu menyenangkan hatiku walau sedikit. "Kau akan ikut pulang kan?" Tanyaku lagi. Kurasakan David menghentikan langkahnya, membuatku berada dua langkah di depannya. David melepas genggaman kami. Aku berbalik melihat ke arahnya. "Mau duduk disana? Aku lelah." Ujar David sambil menunjuk kursi yang berada di pinggir jalan, tak jauh dari kami. Apa dia barusan mengalihkan pertanyaan? Atau memang benar benar ingin duduk? Aku tidak tahu.

PSYCOPATH IS MY DADDY✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang