Arena Tarung

24.1K 1.7K 64
                                    

    Setelah melihat darah yang begitu banyak keluar dari tubuh Athlanta, semua orang kelihatan benar benar panik. Dan yang membuat situasi berubah gaduh bukan karena rasa simpati pada Athlanta, tapi karena teriakkan David yang menyuruh semua orang untuk melakukan sesuatu.

    Medy yang benar benar khawatir, berlari untuk memanggil dokter Fredie. Dokter Fredie yang ada di ruangannya langsung berlari ke tempat Athlanta. Entah mengapa David tidak segera membawa Athlanta. Ia hanya berteriak panik, memanggil nama Athlanta. Wajah Athlanta sudah benar benar pucat. Sakit serta rasa takut terjadi sesuatu pada anak nya sudah bercampur menjadi satu.

    Dokter fredie segera mengangkat Athlanta ke ruang kesehatan di bantu Medy. David yang biasanya marah jika ada laki laki yang menyentuh Athlanta selain dirinya, kini hanya terdiam di tempat, kakinya sangat lemas, dan otaknya terus saja memikirkan tentang hal buruk yang akan terjadi.

    "Bagaimana dengan dia?" tanya Athlanta dengan suara hampir seperti bisikkan, dokter Fredie mengerti dia yang di maksud Athlanta adalah anak yang ada di kandungannya. Sakit yang ia rasakan sudah mulai reda, tapi wajah pucat Athlanta masih sangat jelas.

    Dokter Fredie tak menjawab, ia sibuk melakukan tugasnya sebagai dokter di bantu suster Hera. Sedangkan Medy, dia masih saja menangis di dekat pintu.

   Setelah melakukan berbagai pemeriksaan, dan pertolongan pada Athlanta, dokter Fredie menghembuskan nafasnya, lega. "Athlanta, anak mu baik baik saja." ujar Dokter Fredie. "Karena usia kandungan yang masih sangat muda jadi sangat rentan. Sebaiknya kau lebih berhati hati lagi." sambung Fredie.

   Athlanta mengangguk, bersamaan dengan air mata yang terus membanjir keluar. Rasa lega langsung menyeruak masuk ke dalam dadanya.
Tangisnya semakin pecah saat ia mercoba memegang perut ratanya yang masih terhalang bajunya.

    Dokter Fredie menepuk bahu Athlanta bermaksud menenangkannya. "Apa kau masih ingin merahasiakan hal ini pada David, Athlanta?" tanya dokter Fredie. Masih dalam isak tangisnya Athlanta mengangguk sebagai jawabannya. Dokter Fredie terdiam, mau bagaimana pun juga itu adalah keinginan Athlanta. Jadi ia tak dapat berbuat apapun.

    Setelah menjernihkan pikirannya, David langsung berlari ke ruang kesehatan.

   Athlanta menatap David yang baru saja datang. Laki laki itu menatap nya dengan tatapan sendu, tidak seperti biasanya. Athlanta mengerutkan keningnya. David menangis?

   "Jelaskan padaku apa yang terjadi, secara rinci!." ujar David.

   Dokter Fredie memutar otaknya, ia harus membuat sebuah kebohongan yang masuk akal. "Ah, nona Athlanta baik baik saja tuan. Ia hanya mengalami pendarahan karena menstruasi. Itu biasa di alami wanita remaja, ini bisa di akibatkan stress yang berlebih atau penggunaan obat pencegah kehamilan yang di hentikan secara tiba tiba." Jelas Dokter Fredie, saat menjelaskan itu dapat ia rasakan keringat yang turun melewati punggung nya.

    "Menstruasi? Tiba tiba seperti tadi?." David terlihat berfikir, membuat Athlanta semakin mengeratkan cengkramannya pada selimut yang ia pakai. "Dan katakan padaku Athlanta, apa yang membuat mu stress?" tanya David.

    Jika bisa mengatakan, semua orang yang ada di ruang kesehatan saat itu pasti akan berteriak. KAU! Pada David yang tidak menyadarinya. Bahkan seekor semut juga tahu siapa yang membuat mansion sebesar ini di penuhi hal hal gila yang membuat stress.

     "Aku ingin istirahat." Athlanta langsung memunggungi David, berusaha menghindari menjawab pertanyaan konyol itu. Dokter Fredie dan suster Hera juga mulai keluar dari ruangan. Sementara Medy menunggu di luar. Hanya tinggal David saja yang menemani Athlanta.

PSYCOPATH IS MY DADDY✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang