AKU SAMA DENGANMU

30.2K 2.1K 155
                                    

Athlanta PoV' s

Aku menuruni ranjang kasur dengan hati hati, takut membangunkan David yang sudah tertidur. Sebelum benar benar keluar kamar, aku menatap sesaat David yang tidur terlelap. Perasaan ragu mengguncangku sesaat.

"Aku hanya ingin membalas segala yang ia renggut, Athlanta."

Kalimat itu terus terngiang di otakku, bagai kaset yang di setel tanpa henti. Juga raut wajah yang di tunjukkan David tadi, raut wajah putus asa itu. Benar benar menyedihkan, entah aku harus senang atau sebaliknya. Bagaimana pun, perbuatan David, bukan sesuatu yang bisa di tolerir oleh sebuah cerita menyedihkan seperti itu.

Aku menghembuskan nafas, lalu menarik kenop pintu, dan keluar dari kamar David. Kembali ke kamarku.

Tidak jauh dari kamar David, kamarku ada di ujung lorong sebelah kanan. Dari depan kamar David, dapat kulihat Medy sudah menungguku di depan pintu. Wanita itu tersenyum hangat menyambutku.

"Aku sangat khawatir melihat kau datang dengan keadaan tak sadarkan diri seperti tadi, apa kau baik baik saja, Nona?" Tanya Medy, sambil mengikuti ku masuk ke dalam kamar.

Aku mendudukkan tubuhku di atas sofa lembutku. Sangat nyaman. "Bukan aku Medy, tapi David." jawabku atas Pertanyaan Medy. Medy mengangkat kedua alisnya, kelihatan terkejut dengan fakta itu. "Apakah tuan sakit?."

Aku menatap bingung ke arah Medy, "Jadi David belum di beri obat? Kalian bahkan tidak tahu kalau dia sakit?"

Medy menggeleng, "Setelah membawa anda ke kamarnya, sedari siang ia juga tak kunjung keluar kamar, nona." Medy menatapku sesaat, lalu kembali menundukkan kepalanya. "Inilah alasan kenapa tak ada seorang pun yang pernah melihat tuan merasa kesakitan, Nona. Tuan berhasil membentuk dirinya tanpa celah, seakan memang tak punya rasa."

Ucapan Medy ada benarnya, kehidupan gelap David sudah menutup dirinya dari cahaya. Sampai kapan pun, tak akan ada cahaya yang bisa menembus dinding dingin penuh akan kegelapan itu.

Wanita bernama Lena itu, apakah ia adalah puncak dari rasa puas David akan luka dan darah?

Brrt,

Kurasa kan perutku yang berbunyi karena lapar. Kulirik jam di atas nakas tak jauh dari tempatku. Sudah waktunya makan malam, pantas saja. Apalagi akhir akhir ini aku menjadi lebih cepat lapar dari biasanya. "Medy, aku akan mandi nanti sekarang aku ingin makan, kau tolong berikan obat untuk David." Pintaku pada Medy yang kini terdiam. Raut wajahnya terlihat berubah, alisnya saling tertaut seakan dia mengkhawatirkan sesuatu.

"Nona" panggilnya lirih. "Tugasku memanglah menuruti semua permintaanmu. Tapi, memberikan Tuan obat_" Medy menggantung kan ucapannya.

Aku mengerti, Medy takut. Aku mengangguk, "Biar aku saja." Kulihat Medy menghempaskan udara sesak yang terkumpul di dadanya. Wajahnya menjadi lebih baik. Aku tersenyum kecil, entah kenapa situasi ini terasa lucu untukku.

"Silahkan nona." Medy mempersilakanku untuk berjalan di depannya. Aku menerimanya dengan senang hati. Seperti biasa, kami menyusuri tangga yang di buat melingkar indah, juga beberapa lorong penuh lukisan abstrak. Medy bilang, itu semua adalah lukisan yang di buat langsung oleh David. Entah memang dia suka dengan lukisan abstrak atau memang David tidak berbakat dalam menggambar.

Aku menatap seluruh lukisan David, baru aku sadari, di setiap lukisan yang ia buat di pojok bawah sebelah kiri memiliki abstrak dengan percampuran warna pekat yang membuatnya menjadi warna hitam tak berbentuk.

PSYCOPATH IS MY DADDY✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang