Pesan #2

45.1K 3K 74
                                    

Mansion David benar benar kacau sekarang, jeritan dimana mana. Sejak David memberi tahu ia yang akan langsung mengeksekusi Twice. Athlanta langsung berlari ke kamarnya. Ia tak ingin melihat apa pun.

"Tuan menyuruh kami menatap kepala nya yang sudah terpenggal, Nona." cerita Medy, pada Athlanta. Wanita itu juga bercerita bahwa David menyuruh penjaga agar meletakkan kepala Twice di depan pintu masuk Paviliun para pelayan.

Sontak membuat para pelayan mual, muntah bahkan pingsan.

"Tuan hanya tak ingin melihat adanya penghianatan yang terulang. Itu seperti peringatan untuk kami, Nona." sambung Medy lagi.

Athlanta bergidik ngeri membayangkan para pelayan yang harus melihat kepala Twice saat akan masuk ke paviliun. "Bagaimana dengan mu, Medy? Kau baik baik saja?" tanya Athlanta. Khawatir. Melihat Medy yang lebih sering menunduk dari biasanya. Wajahnya seperti menahan sesuatu. "Kau ingin istirahat?"

Medy menggeleng, sambil menggit bibir bawahnya. Ia seperti menahan agar tangisnya tidak pecah di depan Athlanta. "Aku baik baik saja." ujarnya berusaha agar suaranya tak bergetar.

Athlanta tak ingin bertanya lebih lanjut, ia tak ingin Medy meruntuhkan tangisnya yang sedang sangat ia jaga di depan Athlanta. "Pergilah Medy, aku akan bersiap tidur." bohong Athlanta, Medy mengangguk bersiap pergi.

Athlanta membuka laci di nakas untuk mengambil masker penutup matanya, sekaligus agar semakin meyakinkan Medy bahwa ia benar benar akan tidur.

Saat mengambil, bukan hanya masker penutup mata yang ia ambil, tapi juga sebuah amplop di dalamnya. Persis seperti amplop yang berisikan kode yang Athlanta ketahui sebelumnya. Athlanta menelan salivanya. Siapa yang meletakkan ini sebenarnya?

Athlanta berbalik,

"Eum, Medy?" Athlanta memanggil Medy yang bersiap pergi. Medy lalu berbalik dan menatap Athlanta.

"ya, nona?"

Athlanta hendak bertanya, apakah Medy melihat seseorang yang masuk ke kamarnya dan meletakkan ini. Atau bahkan Medy sendiri. Tapi Athlanta ragu, jika Medy tidak tahu apa apa. Justru menjadi Ancaman bagi dirinya, karena bisa saja Medy melaporkan itu pada David. Terlebih Medy terlihat amat patuh pada David.

"Tolong tutup pintunya!"

Medy mengangguk lalu segera meninggalkan kamar Athlanta. Ia menunduk sesaat sebelum, benar benar menghilang di balik pintu.

Athlanta menutup matanya sebentar, ia benar benar ragu dengan apakah ia harus membuka amplop itu, atau malah Mengabaikannya. Di situasi seperti ini, membuatnya ragu.

Dengan keraguan bercampur rasa penasaran, Athlanta mulai membuka amplop hitam itu.

Lagi, sebuah kertas coklat yang sama persis seperti sebelumnya. Dan lagi lagi, sebuah kode tertulis di atasnya. Kali ini sedikit lebih panjang dari sebelumnya.

Athlanta menatap lekat kode kode yang berbaris rapi, ia lalu mencari pulpen di dalam lacinya, setelah ketemu, ia berusaha menyusun huruf demi huruf.

"S-E-H-A-R-U-S-N-Y-A" Athlanta terus memecahkan kata demi kata.

Hingga kata per kata, berubah jadi kalimat panjang yang dapat di baca lebih jelas.

"Berfikir lah lebih keras, jangan biarkan Thanatos kembali mengambil sesuatu yang tak seharusnya. Aku percaya padamu, kuharap kau pun begitu, Athlanta."

Brakk.

Pintu terbuka paksa, bersamaan setelah Athlanta selesai membaca keseluruhan kalimat, dengan segera Athlanta memasukkan surat itu ke dalam laci dengan terburu.

PSYCOPATH IS MY DADDY✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang