Jangan Katakan Apapun!

100K 4.4K 57
                                    

     David membawa Athlanta ke pinggir kolam, dengan posisi tetap di air. Athlanta tak menolak, tangannya berpegangan pada leher David.

   David mengambil gelas wine yang kosong dan menuang kembali wine baru. Dengan satu tangan. Athlanta hanya memperhatikan apa yang akan David lakukan.

   Dengan sekali tenggak, wine di gelas sudah berpindah ke mulut David. Tapi lelaki itu tak segera menelannya,

   David mencengkram rahang Athlanta agar terbuka. Athlanta sedikit melawan, tapi setelahnya ia sadar. Itu percuma, David akan melakukan apa pun untuk memenuhi keinginannya.

   Kepala Athlanta mendongak, agar David lebih mudah memindahkan winenya.

   "Telan." suruh David, dengan sedikit ragu Athlanta menelan seluruh wine di mulutnya. "Bukankah itu nikmat?"

   Athlanta hany menatap mata hazel itu. Saat di hadapan David, entah kenapa lidahnya terasa sangat kelu untuk berbicara walau hanya beberapa kata. Tatapan David seolah selalu berkata 'diam, dan turuti aku!' apalagi tentang  fakta bahwa David psyco.

   "Kau takut?" tanya David. Ia lalu terkekeh. "Tentu saja, kau selalu takut padaku." David menangkupkan wajah Athlanta.

   "Wajah ini, berani beraninya dia mengusik pikiranku. Aku bisa saja menghancurkan wajah ini sekarang juga, pecahan gelas juga boleh. Ya kan? Athlanta?" nada suara David terdengar putus asa.

Ting!

David memecahkan gelas dengan keras. Pecahan gelas yang terlempar, mengenai pelipis Athlanta. Membuat luka yang tidak terlalu besar, tapi lumayan membuatnya meringis.

   Athlanta bergidik ngeri. Tangannya yang bergetar coba ia sembunyikan dengan mencengkram pinggir kolam.

"Berhenti! Berhenti menatapku seperti itu!! Berhenti menatapku seakan aku monster, yang menakutkan! Atau, ku congkel saja matamu hah?!!" David terus berteriak, yang Athlanta tak mengerti kemana arah pembicaraan mereka.

   Jarak mereka sangat dekat, luka pecutan waktu itu saja rasa sakitnya masih terngiang. Ia tak ingin merasakan kedua kalinya.

   "Apa yang kau_" Athlanta memeluk David. Setidaknya hanya ini yang bisa ia lakukan sekarang.

   "Lepaskan aku!" pinta David. Tapi Athlanta menggeleng, masih dalam posisi memeluk David.

   "Jangan katakan apapun." ujar Athlanta, ia makin mempererat pelukannya.  David hanya diam, tidak bergerak. Aneh, Pelukan itu cukup menenangkannya. Tangannya yang bebas mengelus rambut Athlanta.

   Lalu turun ke bokong Athlanta, David sedikit meremas disana.

   Athlanta menatap lekat mata hazel itu. Kali ini pandangan nya agak redup, David tahu tatapan itu. David mengangkat tubuh Athlanta, reflek gadis itu melingkarkan kakinya disana.

   Dengan sekali hentakkan, David menggendong tubuh Athlanta keluar dari kolam.

   Membawanya ke ranjang, di ruangan itu. Athlanta mengeratkan pegangan pada David, hidungnya menghirup dalam dalam aroma David.

   David menurunkan tubuh Athlanta disana, dengan perlahan. Ia lalu mencium Athlanta, turun ke lehernya, menghadiahi Athlanta sebuah hickey disana.

   Athlanta tak tinggal diam, ia menarik wajah David, untuk lalu mencium bibirnya. Tangannya bermain di atas dada bidang laki laki itu.

  Tapi David lalu menahannya, "Tidak sekarang." Ujar David, ia lalu berdiri. Meninggalkan Athlanta yang terdiam. "Apa maksudnya itu?"
*
*
*
Hai guyssssss~
Segini dulu yaaaaa.
Oh ya, btw aku mau ngasih tau kalian, kalau aku baru aja publish cerita baruuu👏🏻👏🏻👏🏻 Judulnya: Sering Luka. Kalian, bisa cari di profil karya aku ya.

Sean Antonia, laki laki tampan yang cukup populer untuk ukuran anak baru.
Tatapannya yang tajam dan misterius. membuat semua siswi berlomba lomba menarik perhatiannya. Tapi rasa kagum itu berubah seketika.
'Jerk From Hell' panggilan untuk Sean, saat ia berani menampar Tesa, seorang siswi populer sekolah.
Tapi siapa yang tahu bahwa Sean adalah penderita 'Aseksual.'
Hingga ia bertemu Reluca Violeta. Wanita riang yang juga seorang model. 'penyendiri yang handal.' ia menyebut dirinya.
Bukan karna apa, tapi setelah berita tentang ia yang lesbi tersebar di sekolah. membuat tak ada satupun orang yang mau berteman dengannya.
"kamu bantu aku, aku bantu kamu." ujar Reluca.
"Lo tahu ini nggak mungkin. jadi, berhenti bujuk gue."
  

   
  
  

PSYCOPATH IS MY DADDY✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang