WANITA BERNAMA LENA

30.4K 2.3K 173
                                    

    Athlanta membuka matanya, hal yang pertama ia lihat adalah wajah David, pandangan David terlihat lebih redup. Mata hazel itu seakan menatap Athlanta dengan hangatnya. "David." panggil Athlanta lirih.

    Tapi David langsung memeluknya erat, laki laki itu membenamkan wajah nya pada tubuh Athlanta yang masih terasa sangat lemah. Athlanta mengangkat perlahan tangannya. Berusaha membalas pelukan David padanya. Tubuh David terasa sangat panas. Athlanta tebak, sepertinya laki laki itu sakit.

    "Jangan menghianatiku." ujar David lirih. Terdengar sangat lirih dan lemah.

    "Maafkan aku," lanjutnya. Athlanta meneguk salivanya, David meminta maaf padanya? Tapi maaf untuk apa.

    David melepas pelukannya, dan langsung tidur di sebelah Athlanta yang masih terdiam, Athlanta melirik David yang malah memejamkan matanya. Athlanta menggeleng kan kepalanya, tak habis pikir dengan David yang bisa tidur begitu saja setelah mengatakan hal yang dapat buat orang salah paham. "Hanya sebuah racauan orang sakit ya?"

    Athlanta bangun dari tidurnya dan memposisikan tubuhnya untuk terduduk, kepalanya berdenyut sesaat, tapi ia tak terlalu mempedulikannya, ia malah menarik selimut untuk menyelimuti tubuh David yang tertidur. Tapi tangan David langsung menghentikan pergerakan tangan Athlanta.

   Athlanta menoleh ke arah David yang kini sedang menatapnya dengan mata tak sepenuhnya terbuka.  "Maaf." ujarnya lagi. "Maaf Aku bukan laki laki normal seperti yang kau harapkan." ujar David lagi, kali ini Athlanta enggan mengakui bahwa racauan orang sakit dapat membuat jantungnya menghangat.

    Athlanta mengangkat tangannya,  lalu menangkupkannya ke wajah David. Athlanta sedikit terkejut dengan suhu tubuh David yang sangat panas "Apakah sakit sekali, hingga kau meracau begini?"

    David menggeleng, "Dia, aku akan merenggut nyawanya, setelah itu. Aku akan benar benar menghentikan segalanya."

     Athlanta melepas tangkupan tangannya pada wajah David, Matanya terasa memanas, "Siapa?" tanya nya pada David. "Maksudku, apa kau akan membuat sebuah pesta darah yang sangat besar?" Athlanta mencengkram erat kerah baju David, karena laki laki itu terlihat akan tertidur.

   David terkekeh sambil menggeleng kecil "Bukan, bukan pesta, tapi Arena tarung."

    Athlanta menggeleng, air mata mulai membasahi pipinya. Persetanan dengan Arena Tarung, itu bahkan terdengar lebih menyeramkan dari sebuah pesta darah.

    Athlanta mengguncang tubuh David, agar laki laki itu tak tertidur. Ia masih ingin bertanya banyak hal. "Tidak bisakah kau berhenti, hah?!" Athlanta menatap nyalak ke arah David.

Athlanta benar benar seperti orang kesetanan. "Hentikan, sebelum semuanya menjadi benar benar hancur, David. Kumohon." Athlanta menahan tangisnya, tapi air mata sudah membasahi pipinya. Entah kenapa ia menjadi sangat sensitif akhir akhir ini. Mendengar David yang berbicara begitu membuat emosi nya meledak begitu saja.

    David tak merespon apapun, ia tetap tenang meski Athlanta sudah mengguncang tubuhnya dengan kuatnya. Athlanta menjerit, ia benar benar frustasi, mungkin jika Athlanta memberikan nyawanya sebagai ganti Arena tarung. Laki laki itu mungkin hanya tertawa dan berkata. Tidak cukup, masih kurang. Pikiran itu membuat Athlanta makin menjerit histeris.

    "Mau dengar sebuah cerita?" Tanya David. Athlanta yang mendengarnya, langsung menghentikan tangisnya.


PSYCOPATH IS MY DADDY✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang