Bianglala

98.3K 4.6K 26
                                    

    Athlanta, menatap kamarnya yang berantakan. Entah ulah siapa. Apakah David? Laki laki itu sudah kembali?!

   Ia lalu berlari menuju kamar David, tepat nya di lantai bawah berseberangan dengan ruang merah.

   Tangannya membuka kenop pintu kamar David, tak pernah ia memasuki kamar David sekalipun. Karena selalu di kunci.

Terbuka?!

  Athlanta masuk kamar David lebih dalam, kamar David sangatlah besar. Dengan ornamen serba putih. Bukankah warna kesukaan nya merah? Athlanta mengangkat bahunya, tak peduli

   Ia terus mencari David, ke seluruh penjuru kamar.

   Nihil.
   Laki laki itu tidak ada, ia sedikit menghembuskan nafasnya.

   "Tunggu, apakah aku barusan merasa kecewa?" tanya nya pada diri sendiri. Dengan cepat ia menggeleng. "Aku pasti sudah gila,"

   Ia lalu berjalan keluar kamar David, menutupnya. Lalu berjalan, kembali ke kamarnya. Mulai membereskan semua kekacauan. Dan berfikir bahwa itu semua hanya ulah orang iseng, lagipula tidak ada barangnya yang hilang.

🧡🧡🧡

Ping
Ping

  Bunyi pesan masuk, terdengar dari handphone Athlanta. Ia yang sedang membaca, tertarik untuk tidak melihat pesan itu.

Hai Athlanta, ini aku.
    Aland.

Athlanta membaca berkali kali pesan tersebut, ini benar Aland? Darimana laki laki itu mendapatkan nomornya?

  "Sandra" gumamnya, ia yakin pasti Sandra yang memberikannya.

Oh, hai. Ada apa?

'Tidak ada.'

Oke,

Aneh, dia hanya ingin menyapa?

'Sebenarnya, apakah kau
Sibuk?'

Athlanta menatap layar handphone, sebenarnya apa yang mau dikatakan oleh Aland?

Tidak juga

'Kalau begitu.'

'Maukah kau makan malam
denganku? Kalau bisa? Aku tak
memaksa'

'Kau tau? Makan malam
sendiri itu tidak enak, haha.'

Makan ya? Athlanta merasa tidak keberatan, lagipula ia tidak sedang sibuk. Dan terpenting, tidak ada David sekarang.

Memikirkan tentang David, Athlanta berfikir bahwa ia dan David tidak pernah menelfon atau berbalas pesan sekalipun. Karena bukan tanpa alasan, melainkan mereka tidak memiliki nomor satu sama lain.

Memikirkan nya saja membuat Athlanta mendengus kasar.

Baiklah, aku akan kesana

Dimana tempatnya?

'Terimakasih, kalau begitu
akan kukirim
Lokasinya.'

🗡🗡🗡

   "Tunggu, kau bilang kita akan makan?" Athlanta menatap bingung ke arah Aland. Laki laki itu hanya tersenyum canggung.

   "Main sebentar tidak ada salahnya kan? lagipula, aku dari dulu sangat ingin naik ini." ujar Aland, sambil menunjuk bianglala besar itu.

   Athlanta menghembuskan nafasnya, kasar. Dia kira ini akan berakhir cepat.

    "Kalau begitu kenapa tidak naik dari dulu? Hm?" tanya Athlanta.

    Aland mengusap tengkuknya, "Karena kalau naik sendiri itu tidak enak?"

  Come on, apakah ia selalu berkata begitu? Belum sempat menolak, Aland langsung menarik Athlanta untuk menaiki biang lala itu.

  Dengan terpaksa, Athlanta mengikuti Aland yang masuk kedalam biang lala itu.

   Dan setelahnya ia terhipnotis oleh pemandangan yang di suguhkan, semua terlihat dari atas biang lala, gemerlap lampu kota, orang orang yang lalu lalang.

Athlanta tersenyum, seperti yang ia bayangkan sedari dulu. Ya, seperti Aland, ia memang ingin sekali menaiki biang lala. Dan ia sangat berharap, suatu saat nanti ia dapat menaiki biang lala dengan orang yang dicintai nya.

   "Kau tau? Dulu aku juga ingin menaiki ini, baru kali ini ada yang mengabulkannya. Terima kasih." Athlanta tersenyum, menatap Aland yang juga menatap nya.

  Aland tak menjawab, dan pandangannya tak beralih dari wajah Athlanta.

  "Apa?" tanya Athlanta, sedikit risih bila ada yang  menatapnya intens.

   "Kau cantik," puji Aland, membuat Athlanta mengangkat satu alisnya lalu menyunggingkan senyum. "Terimakasih?" pernyataan yang lebih mirip pertanyaan itu keluar dari mulut Athlanta,

  Aland meneguk ludahnya sesaat, ia lalu maju, menghampiri Athlanta, memotong jarak yang ada.

   Athlanta tak bergerak, hanya diam. Ia memperhatikan, apa yang akan Aland lakukan padanya. Lagipula kalau Aland menyerangnya mereka sedang di bianglala, ia bisa apa?

   "Kau mau apa?" hanya itu yang keluar dari mulut Athlanta, dadanya naik turun. Menyembunyikan rasa takut yang ada.

   "Bolehkah?" lagi lagi, belum Athlanta menjawab, Aland sudah merengkuh leher Athlanta, berusaha mencium gadis itu.

   "Ti- tidak. Stop Aland!" pekik Athlanta, sambil mendorong kasar Aland, untuk menjauh darinya. Membuat Aland sedikit tersentak dengan penolakan itu, tapi ia tak bertanya kenapa Athlanta menolak ciumannya.

   "Sudah cukup naik bianglala nya."

Athlanta lalu berteriak, agar seseorang bisa menghentikan bianglala tersebut. Agar tak berputar lagi. Ia hanya ingin pulang. 

Upload ah, ada yang rindu katanya:V

  

  

  

  

  

PSYCOPATH IS MY DADDY✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang