7. Laki-laki Baik

293 23 0
                                    

Matahari tanpa sadar telah mengintip dari balik jendela. Sudah jam 6 ternyata, aku segera bersiap-siap karena tidak ingin kena hukuman pak parno gara-gara terlambat upacara.

Sakinh kesiangannya bahkan aku tak sempat membuat susu atau sekedar memakan roti tawar yang tersedia di meja makan. Aku segera beranjak keluar rumah dan terkejutnya aku melihat penampakan makhluk astral di lantai terasku.

Ya, Skala sedang duduk di depan pintuku dengan posisi seperti sedang semedi.

" He bocah ngapain lo?"

" Gue udah nunggu dari jam 6, dan telfon lo nggak ada yang ngangkat oneng"

" Ngapain?"

" Numpang ngising di depan rumah lo!" Teriaknya tidak sabaran.

" Astaghfirullah ya jemput lo lah bocah! Kurang baik apa lagi gue?"

" Tadi malem gue tidur di kosan biar bisa modusin si dedek kelas emes, eh si kuncrut cio sihuahua nyuruh gue jemput lo. Katanya kalau nggak dia bakal ngembat dedek kelas emes gue" ucapnya panjang lebar.

" Ya elah gitu aja percaya, makanya punya muka dicakepin dikit, punya otak dilurusin. Gimana Runa mau sama cowok gila kaya lo"

" Eitss gue udah berkorban ya buat lo, inget itu"

" Gue nggak minta"

" Esh, emang cocok lo sama Cio. Sama-sama bikin darah tinggi!"

Aku hanya mengibaskan rambutku tak peduli dengan apa yang Skala ucapkan. Dan terkejutnya aku karena Skala membawa mobilnya. Masih belum kapok ni bocah.

" Lo kok bawa mobil? Nggak kapok dihukum pak Parno?"

" Eh jangan salah gue sama pak Parno udah jadi best friend sekarang"

" Serah lo!" Ucapku seraya masuk ke mobil Skala.

Sebelum benar-benar masuk ke mobil, aku mendengar suara motor supra x berwarna biru. Ah ya itu motor Esa.

Aku segera keluar lagi dari mobil.

" Etdah ngapain lagi deh ni bocah" gerutu Skala dari dalam mobil.

" Eh Stey lo udah bareng Skala?"

" Ya pake ditanya, udah disini juga gue" jawab Skala yang sudah keluar dari mobil juga. Aku hanya memutar mataku malas.

" Iya, lo jemput gue Sa?" tanyaku.

" Ehm, sebenernya iya sih. Tapi kalo lo udah sama Skala nggak papa. Ni gue mau balikin hp sama tas lo kemaren"

Aku menerima ponselku dan ternyata batre ponselku sudah penuh. Ahh pengerrian sekali, hal itu membuatku tersenyum.

" Kok hp lo bisa di Maharani sih? tanya Skala penasaran.

" Mahesa bukan Maharani bego" ucapku kesal, sedangkan Esa malah terkekeh melihat tingkah kami.

" Ya itu lah sama aja, jawab gue"

" Kepo ah lo, gue berangkat sama Esa aja"

" Nggak, lo utang penjelasan sama gue. Jangan-jangan yang bikin lo kacau tadi malem dia?" Tanya Skala, aku mengacak rambutku.

Pasalnya semalam aku meminta Cio untuk tidak menceritakan kejadian semalam ke Esa, aku takut dia khawatir. Aku hanya menyuruhnya mengatakan kalau aku jalan-jalan sendiri terus bertemu Cio.

" Lo kenapa tadi malem?" tanya Esa mulai khawatir.

" Enggak Sa, si Skala nya aja yang ngaco. Yuk berangkat" ucapku sambil mengambil helm di motor Esa.

FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang