17. Esa atau Cio?

175 19 2
                                    

Aku tersenyum mengingat kejadian 3 tahun yang lalu. Setelah saat itu juga, aku tidak pernah mengucapkan selamat ulang tahun untuk Cio. Walaupun sempat dekat kembali, tapi kedekatan kami tak pernah labih dari 2 bulan. Setelah dia memiliki kekasih, dia akan menjauh dengan sendirinya. Ketika dia sendiri dia juga akan mulai mendekat kembali. Tapi, setelah kejadian itu, dia semakin menjauh, semakin tak tersentuh.

Dan untuk pertama kalinya, ada hal lain yang mengusik pikiranku. Setiap aku memikirkan Cio, selalu ada akhir manis yang diberikan laki-laki lain, Mahesa. Bahkan aku baru sadar, sudah sejak lama ada Esa dalam kehidupanku.

" Apa aku siap memulai hal baru dengan yang lain? Apa aku sudah rela melepasmu, Mensis?" gumamku menatap bintang-bintang di langit-langit kamarku. Hingga akhirnya aku terlelap kembali.

Pensi telah berlalu, kini kegiatan senin kembali seperti semula. Aku mendapatkan barisan paling depan saat upacara. Hal biasa untuk manusia mini sepertiku. Aku sempat menengok barisan belakang kelas ipa 4, ada Esa di sana. Dia juga sempat melihatku dan tersenyum.

"Elah upacara-upacara! Malah pandang-pandangan" Kinar menyenggol bahuku dan membuatku semakin senyam senyum sendiri.

" Beneran move on nih ceritanya?"

" Tau deh, yang penting gue bahagia" ucapku tersenyum bangga.

Srenggg

Aku mencium aroma itu, ya aroma parfum itu. Aku sangat mengenalnya, tapi aku tak siap berbalik dan menemukan orangnya.

" Stey, belakang lo" bisik Kinar padaku.

" Stella Kinar jangan ngobrol, hadap depan" teriak Pak Parno membuatku dan Kinar terkesiap.

Aku dengan enggan mulai menghadap depan, ekor mataku menangkap sosok yang benar-benar tidak ingin aku lihat saat ini.

Tepat di sebelah kananku Cio beridiri, ternyata kelasnya sedang mendapat jatah menjadi petugas upacara, dan Cio menjadi pemimpin pleton di kelas 12.

Dengan jarak sedekat ini, aku dapat mencium aroma rambutnya, aku pastikan tadi pagi Cio mencuci rambutnya. Astaga, jantungku juga tak mau diam. Bahkan aku sampai takut Cio juga dapat mendengarnya.

" Apa kabar?" Jantungku semakin berdegup kencang ketika mendengar suara itu, lirih sangat lirih tapi aku bisa mendengarnya.

" Hm?" Aku bergumam sambil menoleh ke arahnya.

" Kamu, apa kabar?"

Dug dug dug

Aku terus meremas rok abu-abuku, mataku bahkan tak berkedip menatapnya. Tatapannya juga masih kearahku, begitu intens seperti dulu.

" Upacara dimulai, pemimpin barisan menyiapkan barisannya" suara pemandu upacara membuatku memutuskan tatapan kami.

Aku menghela napasku, dan memejamkan mataku berkali-kali. Namun setelah itu, Cio hanya diam begitu denganku. Hingga upacara berakhir.

" Stella" Cio memanggilku.

" Ya?"

" Aku duluan" ucapnya dengan tersenyum lalu pergi bersama Aksa.

Aku masih menatap punggungnya tak percaya. Dia Cio? Benar-benar Cio kan?

" Stey?" Kinar menepuk pundak ku.

" Tadi Cio ngomong apa?" tanya Kinar, dan aku bingung harus menjawab apa. Bahkan aku sendiri juga bingung apa yang Cio bicarakan.

" Ehm, kelas yuk Nar. Panas nih" aku berusaha mengalihkan dan aku bersyukur ketika Kinar hanya mengangguk.

" Yuk"

Sesampainya di kelas aku segera duduk dibangkuku dan mengambil buku yana aku kipas-kipas kan di depan mukaku.

" Panas banget ih tadi, mana di depan lagi" gerutuku.

" Iya, mana yang ceramah Pak Parno lagi. Lama banget" aku mengangguk menyetujui ucapan Kinar.

Tiba-tiba Fana datang menghampiri aku dan Kinar yang memang sebangku.

" Mira nggak sama lo Pan?" Tanyaku pada Fana.

" Nggak, lagi sama Raya. Kayaknya dia balikan sama Nuki deh"

" Bukannya Nuki lagi deket sama Lula?" Kinar menimpali.

" Nah itu, kemaren pas pensi lo lupa? Lula kan balikan sama Cio"

Aku hanya diam dan menyimak pembicaraan mereka, Kinar sedikit melirik ke arahku.

" Tapi kok gue nggak pernah liat mereka barengan ya" Kinar mulai beragumen.

" Iya juga sih" Fana menyetujui.

" Eh Stey kok diem sih? Biasanya semangat kalo nggosip" Kata Fana dan aku hanya terkekeh menimpali.

" Oh ya, ntar nonton yuk Stey. Kita double date gitu. Gue sama Meda, lo sama Esa" ucap Fana antusias.

" Ihh gue nggak diajak" ucap Kinar merengut.

" Ya gebetan lo nggak se geng sama Meda sih" kata Fana dan membuatku tertawa.

" Emang Esa mau?" tanyaku ragu.

" Mau kok, katanya udah chat lo tu Stey. Belum lo baca?" Tanya Fana dan aku membuka ponselku.

From: Esa Einstein
Stey, kita diajak Fana Meda nonton. Mau nggak?

Aku tersenyum melihatnya.

" Ah yang lagi falling in love mah auranya beda" sindir Kinar membuatku mencubitnya.

" Oke Pan, gue ikut" kataku semangat.

" Kalian jahat" ucap Kinar dramatis membuatku dan Fana tertawa.

Tawaku berhenti ketika melihat notifikasi lain di ponselku. Dadaku kembali berdegup, nama itu.

From: Mensis
Stella, nanti pulang sekolah bisa ketemu? Ada yang mau aku omongin

Aku berulangkali mencoba membaca pesan dari Cio. Dan masih sama, Cio mengajakku bertemu.

" Siapa Stey?" Tanya Kinar penasaran.

" Ah operator, kuota 20% lagi" jawabku.

" Astaga operator? Kaya dichat malaikat maut aja hahahah" ucap Kinar menyebalkan.

Kenapa nanti? Aku harus bagaimana?

deastyka





FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang