37. Cemburu?

113 14 0
                                    

Sudah setengah jam berlalu dan sekolah semakin sepi bahkan hanya tersisa aku di dalam kelas, tapi Cio belum datang juga. Kaki ku terus mengetuk permukaan lantai hingga menimbulkan bunyi di ruang kelas yang sepi ini. Aku sangat khawatir, walaupun aku yakin Cio tidak akan berbuat aneh-aneh seperti Fabian tapi tetap saja Cio punya ilmu beladiri sedangkan Esa tidak.

" Jangan-jangan berantem beneran, tadi mukanya Cio aja serem banget" ucapku pada diriku sendiri.

" Entar kalo Esa kenapa-kenapa gimana dong? Kenapa juga tadi dia mau ngomong sama Cio segala" aku masih sibuk menggerutu sendiri hingga tak sadar ada seseorang di belakangku dan tengah mengelus kepalaku.

Aku berjingkat kaget akan sentuhan itu. Aku berbalik dan menemukan Cio tersenyum ke arahku.

" Jangan mikir aneh-aneh, aku nggak level berantem sama cupu kaya dia" ucap Cio membuatku merenggut.

" Enak aja, cupu dari mana? Jenius baru iya" ucapku tak terima.

" Kamu kok malah belain si cupu sih?" Katanya lagi terlihat kesal.

" Nggak gitu, kamu sih pake ngata-ngatain Esa segala. Gitu-gitu Esa juga temen aku tau. Coba kalo aku yang ngata-ngatain Lula, kamu belain nggak?"

" Kok bawa-bawa Lula? Emang dia ada salah sama kamu?" Tanya Cio jengkel.

" Ada, karna kamu" sayangnya jawaban itu hanya ada di batinku saja.

" Nggak ada kan? Udah ah jangan debat nanti malah berantem akhirnya" ucap Cio setelah lama aku terdiam.

" Stella" panggilnya lagi karna aku masih diam.

Aku diam bukan karena marah mendengar Cio terus membela Lula, justru ada sesuatu yang membuat hatiku menghangat.

Grep

Lantas aku segera memeluknya. Aku terkekeh mendapati tubuh Cio yang tegang, mungkin terlalu terkejut.

" Aku pasti bakalan kangen" kataku.

" Kangen?" Tanyanya dan aku mengangguk.

Aku melepas pelukanku dan menatapnya dalam.

" Kangen berantem sama kamu, kangen cemburu sama Lula, kangen liat kamu cemburu sama cowok lain, kangen dengerin ceramah kamu yang panjang kali lebar soal kesehatan. Pasti bakal kangen banget?"

" Kamu ngomong apasih? Tadi diapain kamu sama Esa?"

" Tuh, pasti aku bakal kangen liat ekspresi jengkel kamu"

" Esh, nggak usah ngaco ah. Lagian ngapain kangen? Besok senin juga ketemu. Kalo besok udah keburu kangen, kita bisa vidcall kalo nggak aku nyamperin kamu" katanya semakin jengkel tapi aku malah diam, bukan itu yang aku maksud tapi aku hanya mengangguk.

" Biar aku nggak kangen, kita jalan dulu yuk. Aku pengen nonton sama ke Timezone, terus kita makan di McD"

" Nggak nggak, selain McD aku setuju"

" Ihh sekali aja Mensis, besok lagi enggak deh. Ya ya ya ya" rayuku dengan mode manja andalanku.

Mensis menghela napasnya kembali, dia menepuk kepalaku dengan lembut.

" Iya, sekali ini aja tapi" ucapnya menyerah membuat senyumku mengembang seketika.

" Janji pelaut" ucapku sambil menegapkan tubuhku dengan posisi hormat.

Cio terkekeh dan segera mengambil tasku lalu menyampirkan di bahunya. Tangan kanannya terulur merangkul badanku.

" So princess, ready to hang out with me?" Katanya membuatku tertawa.

FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang