23. Ragu

95 16 2
                                    

" Tadi ngapain tu mak lampir ke sini? Gangguin lo lagi Stey?" Tanya Talitha yang tiba-tiba duduk di depanku.

" Belum kapok juga tu anak, dapet surat peringatan dari kepsek" imbuh Rachel yang duduk di samping Talitha.

Ah ya, dulu terakhir Santi berurusan denganku dia berakhir di ruang kepsek. Waktu itu adalah masalah Fabian, konon Prisil yang merupakan mantan Fabian semasa SMP merasa tak terima dengan kehadiranku. Ditambah Santi yang memiliki dendam padaku dan Rachel semasa SMP, dan akhirnya mereka bersatu untuk membullyku.

" Santai-santai, gue udah punya senjata andalan" jawabku bertepatan dengan makanan yang sampai di mejaku.

" Senjata?" Tanya Rachel heran.

" The power of anak jurnalistik" ucapku bangga.

" Gila lo, jan bilang yang lo liat di hotelnya Bang Biru?" Rachel bertanya dan aku hanya menaik turunkan alisku.

" Gitu dong Stey, jangan mau ditindas terus sama mak lampir" ucap Talitha

" Berkat sensei akoh yang judesnya tiada yang menandingi" ucapku sambil memeluk Talitha heboh.

Awalnya aku memang tidak terlalu menyukai Talitha, dia terlihat angkuh kalau belum mengenal.

" Eh kok lo sendiri? Bukannya udah taken sama Cio?" Tanya Rachel.

" Lagi ngurus anak silat, ada yang kecelakaan katanya" jawabku  seadanya.

" Stey, emang bener lo udah dari SMP naksir Cio?" Tanya Talitha membuatku tersenyum malu.

" Ihh ceritain kalik gimana bisa akhirnya si master shifu bisa luluh?" tanya Rachel tidak sabaran.

" Gue nggak tau sih, tiba-tiba aja dia nembak gue"

" Langsung lo terima gitu?"

" Ya iyalah, gila aja gue tolak. 6 tahun Chel 6 tahun gue nunggu waktu ini"

" Hahahha ya tapi gila juga sih lo, bisa tahan segitu lamanya" ucap Rachel.

Aku hanya tertawa, tapi terhenti melihat wajah murung Talitha.

" Kepikiran Skala?" Tanyaku dan dia mengangguk.

" Dia masih marah sama lo berdua?"

" Iya Stey, kayaknya kali ini marah banget deh. Dia sampe nggak pulang ke rumah berhari-hari" jawab Rachel lesu.

" Kalian sih keterlaluan"

" Iya iya, tapi bantuin kita dong biar Skala nggak marah. Lo kan adik emasnya dia. Pasti dia mau dengerin lo" aku hanya bisa memutar bola mataku mendengar istilah adik emas yang Rachel bicarakan.

Rachel merupakan adik Skala beda ibu. Tapi mereka bertemu setelah Skala bertemu denganku. Aku ingin tertawa ketika mengingat Rachel pernah cemburu karena kakaknya lebih dekat denganku. Skala memang memperlakukan ku seperti adiknya sendiri.

" Iya iya, nanti gue bantu" ucapku akhirnya.

Dan seketika mereka memelukku erat, aku hampir mati sesak napas karenanya.

" Astaga, mau bunuh gue lo berdua?" Ucapku setelah mereka melepaskan pelukannya.

" Ya maaf Stey, saking senengnya gitu" ucap Talitha cengengesan.

" Eh by the way, Esa sama Mira gimana?" Tanya Rachel tiba-tiba.

" Eh iya, kalo Mira mah dia sans anaknya, tapi lo bukannya lagi deket sama Esa ya Stey" Talitha menyahut.

Sontak bahuku langsung turun, aku menghembuskan napas kasar.

" Gue keliatan jahat banget nggak sih?" tanyaku.

FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang