39. Kilas Balik 1

110 10 0
                                    

FLASHBACK ON
3 tahun yang lalu

Author POV

" Mas hebat ih tadi, ya walaupun masih hebatan Mensis sih yang dapet juara 1" anak perempuan itu tak henti-hentinya mengoceh di belakang punggung kakaknya yang mengendarai sepeda motor.

" Dasar bucin, mau muji Mensis aja segala Mas dijadiin intro" balas sang kakak sambil terkekeh.

" Biarin, emang hebat tau Mensis bisa ngalahin anak-anak SMA padahal dia masih SMP" ujar sang adik tidak mau kalah.

Sang kakak hanya tersenyum kecil dibalik helmya. Adiknya satu ini memang terlalu naif kalau masalah percintaan. Bahkan katanya dia sempat menyatakan perasaanya pada laki-laki yang dia taksir, Mensisio Arashel yang tak lain adalah temannya sendiri di sanggar pencak silat.

" Kita ke minimarket dulu ya" ucap sang kakak.

" Ngapain Mas? Udah mendung gini, besok ajalah" ucap sang adik tidak setuju.

" Bentar aja kok, beliin rokok buat bapak. Nanti Mas beliin susu strawberry deh, Mas traktir" ucapnya yang seketika membuat tubuh adiknya tegang.

Menyadari perubahan adiknya, ia segera mengusap tangan sang adik yang melingkar di perutnya.

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di minimarket yang dituju.

" Mas Bintang" panggil gadis berusia 14 tahun itu.

Bintang, sosok kakak laki-laki yang dipanggil Mas itu menoleh ke adiknya.

" Bapak di rumah?" Tanya sang adik terlihat gugup.

Bintang tersenyum, dia merapikan helaian rambut adiknya yang berantakan akibat helm yang tadi dipakai.

" Iya, bapak lagi sakit jadi tidak masuk kerja" jelas Bintang.

" Tapi Stey takut Mas, nanti Bapak marah-marah lagi. Stella takut" ujar sang adik dengan suara yang bergetar, bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

Melihat itu, hati Bintang tertohok. Dia mengerti maksud Stella, adiknya. Ketakutan yang dialami Stella beralasan, bahkan sebenarnya Bintang juga merasakan rasa takut yang sama.

Tidak, keluarganya dulu tidak seperti itu. Ayahnya tidak setempramen sekarang. Dulu, ya dulu sebelum kejadian itu terjadi mereka masih menjadi keluarga yang utuh dan hangat.

Memiliki seorang Ayah pelaut yang mungkin sebuah hal istimewa setiap melihat ayahnya pulang. Mungkin hanya 1 atau 2 kali dalam setahun, tapi itu adalah waktu yang paling mereka tunggu. Karena setiap pulang, Ayahnya selalu mengajaknya berbelanja dan pergi ke taman bermain atau hanya sekadar makan malam keluarga di hotel mewah milik Ayah Skala.

Namun, pembajakan kapal yang terjadi setahun silam mengubah seluruh kehidupan mereka. Ya, Ayahnya beserta beberapa kru kapal lain dijadikan tawanan oleh pembajak. Dari yang ia dengar, Ayahnya beserta kru kapal lain di siksa dan dijadikan budak selama sebulan lamanya oleh para pembajak. Hingga akhirnya dapat diselamatkan oleh pemerintah.

Dan mungkin, penyiksaan-penyiksaan yang dialami Ayahnya begitu membekas hingga menimbulkan trauma. Karena semenjak kejadian itu, ayahnya kerap melakukan kekerasan padanya bahkan juga pada adik dan ibunya. Bukan karna masalah besar, justru masalah kecil seperti masakan ibu yang kurang asin, adiknya yang tak sengaja menginjak sepatu sang Ayah, atau dia makan cemilan milik Ayahnya. Sosok Ayah yang tegas tapi lembut yang sempat Bintang idolakan musnah seketika.

Bintang kembali menatap adiknya dengan lembut. Mengambil kedua tangannya dan mengusapnya lembut.

" Makanya kita beliin Bapak rokok, biar nanti bapak senang. Jadi bapak nggak akan marahin kita sama ibu lagi" ucap Bintang mencoba menenangkan adiknya.

FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang