42. Akhir

296 22 15
                                    

From: Cio
Stella udah selesai?
Kamu pulang duluan nggak papa ya? Sekolah nggak acc hotel buat acara prom, katanya kemahalan suruh di hall sekolah aja. Jadi lagi ribet t
Maaf ya sayang, besok janji kita jalan

Pesan itu sudah 3 jam lalu masuk di ponselku, tapi aku sama sekali tidak berniat membalasnya. Aku benar-benar tak tahu harus membalas apa. Awalnya aku berpikir untuk segera pulang. Bertemu dengannya dan melihat topeng kepalsuannya itu hanya akan membuatku tambah sakit. Tapi nyatanya, aku masih di sini, berdiri di samping motor Cio sambil terus menatap layar ponselku. Ya, sudah 3 jam aku menunggunya disini.

"Stella" aku membalikkan badan dan menemukan Cio dengan wajah babak belurnya.

Sejenak, aku hanya terdiam. Dia menatapku dengan terkejut, begitu pula denganku. Dan sontak kata-kata yang telah kupersiapkan selama 3 jam lalu hilang seketika. Hatiku benar-benar luruh. Ternyata aku memang tidak bisa membencinya.

" Belum pulang?" tanya Cio membuyarkan lamunanku.

Ah sekali lagi, mendengar suaranya membuatku semakin luruh. Laki-laki di depanku ini jelas telah membohongiku, jelas telah membodohiku. Tapi dengan bodohnya aku malah tersenyum. Tangan laknatku tak tahan menyentuh memar di rahangnya. Bahkan air mata sudah tak bisa kubendung lagi. Semuanya luruh hanya karena keberadaannya. Karena ada Cio di depanku.

" Aku obatin ya?" Dan entah mengapa malah kata itu yang terucap. Aku benar-benar tak bisa membiarkan wajahnya hancur seperti itu. Aku tidak bisa.

Cio hanya diam mematung. Aku hanya menatapnya, dan juga mematung hingga kulihat matanya memerah dan kudengar napasnya tersendat.

"Akuh... Hehhh" dia mencoba bicara tapi berhenti.

Dia menarik lalu membuang napasnya pelan. Menatap langit seolah mencari kekuatan dari cahaya oren di sore biru ini. Akupun mencoba melakukan hal yang sama. Menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya lagi. Menatap langit lalu memejamkan mataku, membiarkan tetesan air dari mataku luruh jadi satu dengan rintik hujan dari awan berkanvas oren.

Tanpa saling bicarapun kami sama-sama tahu. Kami sama-sama paham. Alunan napas sesak yang bersautan seakan menjelaskan, bahwa waktu itu telah tiba. Semua berakhir, aku hancur. Ah, kami berdua hancur, hingga berkeping. Tak bersisa lagi.

___ The End___

F

inally bisa tamatin cerita ini, setelah 2 tahun vacum wkwkkwkw.
Ini chapter terpendek yang pernah aku buat. Jujur aku berkali-kali ngubah alur di chapter ini. Tapi dari awal emang mereka nggak bisa bareng. Jadi semoga kalian tetep suka endingnya yaa.
Thanks alot yang udah baca sampai akhir. See ya to the epilog yaa

Btw tgl 2 okt kemarin Esa ulangtahun. Happy birthday Mahesa si anak baik

 Happy birthday Mahesa si anak baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Love

Deastyka
12-10-2021

FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang