25. Jatuh Cinta Kesekian

125 11 8
                                    

" shadaqallahul adzim" aku menutup Al-Qur'an dan melipat mukenaku setelah melaksanakan sholat Maghrib dan tadarus.

Lagi-lagi aku harus sholat sendiri, biasanya kalau ada ibu, ibulah yang menjadi imam. Tapi karena dipindah tugaskan di luar kota, ibu jadi jarang pulang.

Setelahnya aku merebahkan diri di atas ranjang. Tadi setelah Bian pergi, aku tak bisa berhenti memikirkan ucapannya. Apa maksudnya aku harus menjaga hati? Oke, aku tidak munafik. Maksudku, aku mengerti Cio dulunya memang seorang playboy, tapi entah mengapa aku merasa dia telah berubah. Dari cara dia menyatakan cintanya kemarin malam, aku melihat ketulusan di matanya.

Aku yakin dia tidak akan menyakitiku seperti yang ia lakukan ke mantan-mantannya. Ya, dia tidak seperti itu.

Ah ya, bahkan aku sampai lupa tidak mencharge ponselku yang mati kehabisan baterai. Aku segera menyalakannya, dan terkejutnya aku ketika menemukan banyak chat dan telfon masuk dari Cio.

From: My🌜
Astaga Stella, kamu udah pulang?

Jangan tunggu aku, kamu pulang duluan aja

Stella, kamu dimana?

Stell, kenapa nggak aktif?

Jangan buat aku khawatir please

Sorry Stella jangan marah
Aku beneran lupa

Bentar lagi urusan aku selesai, aku jemput ya

Stella aku otw sekolah, kamu masih di sana?

Stell, kamu dimana? Udah pulang kan?

Stel, kata Aksa kamu udah pulang?
Aku ke rumah ya,
Stella sayang please bales jangan marah

Aku tersenyum membaca setiap pesan yang Cio kirimkan, bahkan dia memanggilku sayang. Oh tuhan rasanya aku ingin berteriak sekarang.

My🌜 is calling

Senyumku semakin besar ketika melihat notifikasi itu di layar ponselku.

" Hallo"

" Puji Tuhan, akhirnya kamu angkat juga"

" Heheh maaf tadi hape aku mati, baru aja aku hidupin"

" Oke nggak papa, kamu nggak marahkan? Maafin aku ya, aku beneran lupa tadi"

" Iya iya, aku ngerti"

" Ya udah, bukain pintu ya. Aku di depan, dinging banget nih" ucapnya dan ternyata di luar hujan.

Aku segera turun ke lantai 1 dan membuka pintu untuk Cio. Dan betapa terkejutnya aku mendapatinya basah kuyup dengan bibir yang telah membiru.

" Astaghfirullah cepet masuk" dia tersenyum.

Tapi saat aku akan menggapai tangannya, Cio malah menghindar.

" Jangan deket-deket, bajuku basah entar kami ikut basah" ucapnya tulus dan membuatku semakin terenyuh.

" Yaudah masuk dulu, aku ambilin bajunya mas Bintang"

Akhirnya Cio mengangguk dan mengikutiku ke dalam. Setelah mengambil baju dan handuk aku segera menemui Cio yang masih berdiri kaku di depan pintu.

" Ih kok malah disitu sih?" Ucapku gemas dan dia malah tertawa.

" Bajuku basah, entar lantai rumah kamu ikut basah"

" Ya biarin aja, ntar dipel juga bisa. Nih ganti bajunya" aku menyerahkan kaos milik Mas Bintang.

Sementara Cio mengganti bajunya, aku berinisiatif membuatkannya jahe susu. Aku jadi merasa bersalah tadi sempat meragukan Cio. Bahkan dia sampai kehujanan hanya untuk menemui ku. Itu sudah cukup menunjukkan kalau ucapan Rachel, Mira, dan Bian salah.

" Stella, Mama kamu nggak di rumah?" tanya Cio sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Astaga, ganteng banget" batinku.

" Stellaaa" panggil Cio lagi membuyarkan lamunanku.

" Malah ngalamun" ucapnya sambil terkekeh.

" Ganteng, sayang kalo kedip ntar jadinya zinah" ucapku dengan cengengesan.

" Ada ada aja" Cio mencubit hidungku gemas dan tertawa.

" Nih jahe susu biar nggak masuk angin" ucapku sambil menyerahkan cangkir.

Aku dan Cio memutuskan untuk kembali duduk di ruang tamu. Tak lupa dengan pintu terbuka, bagaimanapun tidak baik jika seorang gadis sepertiku hanya berdua dengan seorang lelaki, meski berstatus sebagai kekasihku.

" Enak, makasih ya" ucap Cio dan aku tersenyum.

" Kok bisa kehujanan, emang gak bawa jas hujan?"

" Bawa kok, cuma tadi tiba-tiba aja hujan deras pas dekat rumah kamu"

" Ya lain kali tetep dipake lah, kalo sakit gimana?"

" Nggak akan sakit, aku kuat" ucapnya meyakinkan.

" Stella" Cio mengambil tanganku dan menggenggamnya. Dingin, seperti itu rasanya

" Ya?" Aku menatapnya sambil mengusap lembut tangan Cio agar menghangat.

" Aku minta maaf, aku bener-bener nggak bermaksud bohongin kamu. Aku beneran lupa" katanya dan aku mengangguk.

" Aku nggak marah, kita juga baru sehari pacaran. Pasti kamu belum terbiasa ngabarin aku. Tapi, lain kali kalo ada apa-apa, kabarin aku ya" ucapku lembut.

" Iya, Aku janji" ucapnya tersenyum.

Kedua tangannya menggenggam erat tanganku, seolah meyakinkan. Tapi entah mengapa malah ragu yang aku rasakan. Kata janji itu seolah belati yang bisa menusukku kapan saja.

" Shupp aku simpen ni janji kamu" ucapku seolah mengambil sesuatu dari depan mulutnya dan menyimpannya di saku celanaku. Dia tertawa dan mengusap kepalaku.

Sesaat aku terdiam melihat tawanya. Lihat! Hanya mendengar tawanya saja seolah membuatku terhipnotis. Keraguanku lenyap seketika. Hanya satu hal yang tersisa, aku jatuh cinta untuk kesekian kalinya.

Cio

Stey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Stey

Deastyka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deastyka

FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang