12. UKS

223 19 4
                                    

Aku mengutuk siapapun yang merancang jadwal pelajaran, yang membuat kelasku berolahraga jam 2 siang bolong seperti ini.

Aku membenci berbagai macam jenis olah raga terutama yang berhubungan dengan bola. Tapi kali ini materi yang akan dinilai adalah lompat jauh. Sebenarnya aku tidak masalah dengan materi itu, tapi cideraku masa kecil membuat kakiku memiliki kelemahan tersendiri.

” Stella Kireina" panggil Pak Sar yang merupakan guru olah ragaku.

Aku telah bersiap di garis start untuk pengambilan nilai lompat jauh. Setelah peluit di tiup aku segera lari dan loncat sejauh yang aku bisa.

" Argh" aku mengerang kesakitan karena pendaratanku yang membuat lututku kambuh.

Teman-teman sekelasku terlihat cemas dan membantuku untuk menepi. Ahh jangan lagi, dengan kakiku sepeeti ini aku pastikan 1 minggu kedepan jalanku akan pincang.

Aku menahan napas ketika tiba-tiba Cio berjalan melewatiku yang dipapah Fana menuju UKS. Aku melihatnya hanya melirik ke arahku.

" Sakit banget Pan" ucapku pada Fana sedikit keras setidaknya agar Cio juga mendengarku.

Menyebalkan dia hanya melewati ku begitu saja.

" Mensisio" teriak Pak Sar dari lapangan.

Kulihat Cio berhenti, dia menatap sopan Pak Sar.

" Kamu tahu peraturan sekolah kita? Bahkan temanmu sendiri ketua osis dan kedisiplinan, tidak ada yang menegurmu?" Tanya Pak Sar.

" Maaf Pak, Saya sedang tidak enak badan"

" Peraturan tetap peraturan, lepas jaket kamu sekarang!" Ucap Pak Sar tegas.

Perlahan Cio melepaskan jeketnya. Seluruh mata kini tertuju padanya, aku melirik Mira yang sok acuh. Aku terkejut ketika melihat perban tang melilit lengan kanannya, bahkan warna merah terlihat sedikit merembes di permukaannya. Aku meneguk ludahku susah payah, jadi darah itu dari lengannya?

Bukan hanya aku, semua orang terkejut karena lukanya terlihat cukup besar, bahkan Pak Sar juga melotot melihatnya.

" Tangan kamu kenapa?" Tanya Pak Sar

" Kecelakaan kecil Pak semalam" jawab Cio santai.

" Sakit seperti itu, itu diobati bukan malah ditutupi! Kamu sebagai atlet harusnya paham betul penangan cidera seperti itu. Sekarang segera ke UKS, gantu perban kamu!" Ucap Pak Sar tegas.

" Baik Pak" ucapnya singkat lalu pergi, pandangan kami sempat bertemu tapi langsung aku alihkan karena tidak mungkin aku menangis di lapangan.

" Yuk Stey" Fana dengan hati-hati memapahku lagi menuju UKS.

Setelah di UKS aku menengok ke penjuru ruang, dan tidak menemukan Cio. Aku kira dia mengikuti perintah Pak Sar tadi, ternyata tidak.

Aku merebahkan badanku, aku menyesali diriku sendiri di saat-saat seperti ini malah penjaga UKS sedang mendampingi anak-anak PMR untuk mengikuti jambore Nasional. Bagaimana nasibku sekarang?

" Pan, lo ke lapangan aja sana. Masih mau ngulang penilaian kan?" Ucapku karena tadi nilai Fana memang kurang, jadi dia harus mengulanginya lagi.

FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang