PART 10

3.2K 183 8
                                    

"Huek ... Huek ..."

"Sayang, kamu kenapa?" Suar refan dan gebrakan pintu sukses mengagetkanku.

"Tidak apa. Fan, aku mau coto makassar, tapi yang dari tempatnya langsung."

"Hah? Maksud kamu kita kudu ke Makassar? Tau gitu kemarin aku nitip sama Mas Af."

"Ih, bukan! Maksud aku, makan di sana." Gemas, aku mencubit pinggangnya.

"Aw ... Iya, iya. Baiklah. Aku mandi dulu. Kamu udah sholat?"

Aku hanya mengangguk, lalu mengambil baju ganti Refan dari dalam lemari.

"Bajunya di kasur ya. Aku keluar dulu."

"Oke. Aku lagi kopdar sama panggilan alam. Kamu mau ikutan?"

"Jorok!" Aku langsung begidik ngeri.

Berjalan menuju taman depan rumah. Ada Mamah di sana. Meski sudah umurnya hampir menginjak kepala lima, namun harus kuakui, kebugaran badannya lebih bagus dariku.

Beberapa langkah lagi akan sampai di samping Mamah, tiba-tiba muncul Astrid dan Rafa dari arah berlawanan. Aku memutar arah, bermaksud masuk lagi ke dalam rumah. Lebih baik duduk sendirian, daripada harus bersama mereka.

"Lho, Lin. Mau kemana?" Astrid bertanya. Kalau di ingat, ini percakapan pertama kami.

"Mau panggil Refan."

"Tunggu di sini aja, Nak. Bentar lagi pasti turun." Kata Mamah sambil menepuk-bepuk tempat di kosong di sampingnya.

Aku menghela napas. Mau tak mau, kaki ini berjalan ke arah mereka. Hati, tenanglah. Dia hanya masa lalu.

Mamah, Astrid, dan Rafa, tengah asyik bercerita tentang masa kecil Rafa. Lalu muncul lah pertanyaan dari wanita berdarah Makassar yang membuatku terbatuk.

"Mah, Astrid pernah liat lho, foto cewek di kos-annya Rafa. Cantik, tapi hanya kelihatan dari samping. Backgroundnya do pantai, rambutnya lurus. Astrid sulit mengenali. Katanya itu mantan Rafa sebelum dia pergi ke Makassar. Mamah tau nggak itu siapa namanya?"

Melihat aku terbatuk, Rafa sigap mengambil air dari meja di dekat Mamah. Mereka tampak khawatir.

"Kamu kenapa, Sayang?"

"Nggak papa, Mah. Kayaknya tadi ada lalat masuk deh. Ohok ... Ohok ..."

Aku berpura-pura memegangi leher. Bisa gawat kalau mereka sampai mengenaliku sebagai wanita di dalam foto itu.

"Hem, tapi, kayaknya mirip sama Lina deh. Iya mirip Lina."

Badanku gemetar, keringat dingin mulai mengucur. Celaka dua belas! Gimana kalau ketauan? Ketika sedang tegang-tegangnya, Refan datang bak Malaikat pelindungku. Eaaak...

"Ada apa ini? Kok tegang gitu sih?"

"Ini lho, Fan. Masa Astrid bilang kalau Lina ini mirip sama mantan sebelum dia ke Makassar." Mamah menjelaskan, namun di sambut tawa dari Refan.

"Hahahahaha, lucu ih! Mana mungkin kalau Lina ini mantannya Mas Af. Memang mereka dulu berteman. Tapi kan teman nggak selalu jadi mantan kan? Iya 'kan sayang?"

Entah kenapa, ada yang aneh ada tatapan Refan. Ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan. Atau jangan-jangan Refan tau? Nggak. Nggak mungkin!

Setelah mendengar omongan Refan, otomatis semua orang tertawa. Semua, kecuali objek omongan kali ini. Refan. Wajahnya tampak datar. Sambil memandangku. Lagi-lagi, irama jantung ini membuatku kewalahan.

"Tidak. Memang mirip kok sama Lina."

Aku menelan ludah. Melihat sikapnya tadi, dia tak akan membocorkannya, kan?

Kini, semua orang menatap serius ke arah lelaki jangkung berkulit sawo matang itu. Refan sesekali melirikku. Tangannya kini menggenggamku, erat.

"Sebenarnya...."

"Sudah ah. Kok jadi malah bahas ginian."

Refan menarik tanganku. Aku dapat melihat ketidak beresannya.

"Ayo, katanya mau makan Coto Makassar. Mamah mau nggak?"

"Nggak ah. Lagi diet."

"Ya Allah, apa yang mau di kurangin, Mah?"

"Kalau bisa sih, umur Mamah. Biar muda lagi." Mamah menjawab sambil terkekeh. Begitu pun Astrid. Ah wanita ini, semoga dia tak menyadari kalau aku lah wanita di foto itu.

🌼🌼

Kami sudah di dalam mobil. Refan tampak diam dan enggan untuk bicara. Aku jadi merasa canggung sendiri dalam situasi ini.

"Fan, kenapa sih?" Aku berusaha memecah keheningan ini.

"Nggak papa. Emang kenapa?" Refan berusaha tersenyum. Tapi aku tau kalau itu di paksakan.

"Jangan di pikirin. Astrid emang kelewatan. Masa kamu di bilang mirip masa mantannya Mas Af."

Aku menghela napas, lega. Syukurlah, jika memang Refan tak mengetahui.

"Tapi....."

Jantungku kembali berdegub kencang. Please, jangan!

Bersambung..

🌼🌼

NIKAH MUDA (THE LOVE STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang