Refan menutup mata, lalu menghela napas pelan. Kenapa dia? Aku sudah tak sabar, kali ini akan ada rencana busuk apa lagi darinya?
"Bunda, Lina, sebenarnya ini semua salah Refan."
Sekian detik, aku menahan napas. Dia akan mengakui? Yakin?
"Maksudmu?" Tanya Bunda bingung.
"Sebenarnya, dari putusnya Mas Af dengan Lina, terus tentang pernikahan ini, semua Refan yang merencanakan. Sudah lama, Lina berhasil menarik hati Refan. Lalu tak sengaja melihat Mas Af dan Lina bersama, Refan cemburu. Maaf, Lin, aku gelap mata dan egois."
Wajahnya penuh dengan raut penyesalan. Aku menoleh ke arah Rafa. Bertanya lewat tatapan mata. Tapi dia hanya mengangkat bahu tanda tak tahu.
"Iya, aku sudah tau." Sudah lah. Mengaku saja jika memang aku sudah mengetahui semua perbuatannya. Toh menyimpannya terlalu lama juga tak baik, kan?
Refan terkejut. Mungkin tak menyangka jika aku sudah mengetahui akal bulusnya. Masalahnya sekarang, dia beneran menyesal atau hanya berpura-pura lagi?
"Kenapa kamu lakukan ini, Nak? Secara tidak langsung, kamu menghancurkan hubungan Rafa dan Lina. Bunda kecewa." Tampak kekecewaan itu jelas adanya di mata Bunda, sedangkan Refan semakin menundukkan pandangan
Aku menghela napas. Bingung harus mengatakan apa. Lalu, terasa tangan Mamah meremas tanganku kuat.
"Mah, kenapa?" Aku khawatir, karena kini beliau sedang terisak. Dari baru datang hingga sekarang, sikap beliau memang aneh. Diam dengan tatapan sendu.
"Lin, maafkan Mamah. Seharusnya sebagai orang tua bisa menasehati Refan ketika ia melakukan hal yang tidak benar. Maafkan Mamah sudah berlaku tidak adil, Fa." Kata Mamah sambil menatapku dan Rafa bergantian.
Aku semakin pusing dengan semua ink. Meskipun aku sudah tahu, tapi menghadapinya secara langsung, rasanya sama saja. Menyakitkan.
Aku masuk ke dalam kamar, lalu menguncinya. Terdengar gedoran pintu, di susul dengan suara Refan. Aku menangis. Perih yang kutahan sedari tadi, kini terasa semakin sakit. Cinta, kenapa harus seperti ini?
Aku bingung. Apa yang harus aku lakukan? Menerima Refan kembali dan memaafkan, atau meminta berpisah? Sedang di dalam sini, aku tengah mengandung buah cinta kami. Meskipun benci menghampiri, tapi rada cintaku padanya kian besar. Allah, aku harus bagaimana?
Aku terus menangis hingga kelelahan lalu tertidur.
🌼🌼
Aku tidak ikut makan malam. Tak ada nafsu makan jika sudah begini.
Tok ... Tok ...
"Lina, ini Bunda."
Aku beranjak menuju pintu lalu membukanya. Ketika Bunda masuk, aku langsung menghambur ke dalam pelukannya.
"Bundaaa ..." Air mataku kembali berderai.
"Sabar, Lina. Semua akan baik-baik saja jika kita tetap berpositif thinking. Percayalah, Allah akan membukakan kebenaran seluas-luasnya." Bunda mengelus punggungku.
"Lalu sekarang gimana, Bun?" Aku bertanya, masih sambil memeluk beliau.
"Saran Bunda, terima kembali. Setidaknya, jika kalian bersama, mungkin dia berubah beneran. Dan jangan dekati Rafa dulu. Jaga hati suami. Kamu bukan lajang lagi."
Aku mengangguk, menuruti nasihat Bunda.
"Makan, yuk!"
Aku mengamit lengan Bunda lalu kelusr. Suasana sepi. Di mana semua orang?
Aku berjalan menuju dapur. Samar, aku mendengar tangis seseorang. Bulu kudukku berdiri. Siapa itu?
Kuberanikan diri menyingkap tirai yang menutupi jendela. Nampak Refan di sana. Ia sedang menangis sesenggukan. Apakah Benar perkataan Bunda? Jika ia memang takut kehilanganku jadi berbuat seperti ini. Ini cinta atau obsesi semata?
Aku berjalan menghampirinya. Ia tampak terkejut melihatku, lalu berdiri hendak pergi. Kuraih tangannya, senyum kukembangkan.
"Duduk." Kataku halus. Jika di pikir, aku menyesal telah membentaknya waktu itu.
"Maaf, Lin." Kata Refan, di sela-sela isak tangisnya.
"Iya, nggak papa. Jangan di ulangi, ya?"
Refan mengangguk bersemangat. Senyumnya mengembang. Aku yakin, kini memang ia berniat berubah.
Kugenggam tangannya erat, kemudian mengelus lembut.
"Kamu jangan salah paham terus. Meskipun aku punya masa lalu dengan Rafa, tapi kini kami sudah memiliki kehidupan sendiri-sendiri. Aku sudah punya kamu, bahkan sedang mengandung buah hati kita. Aku bukan perempuan bodoh, yang tega meninggalkan suami demi masa lalu. Perasaanku ke Rafa sudah tak ada. Percayalah. Sekarang hanya ada kamu di sini." Kataku sambil memegang dada.
Refan kembali mengangguk dan memelukku. Isak tangisnya semakin menjadi. Baru kali ini aku melihat cowok yang nangisnya lebay begini. Hehehe
"Iya, aku janji bakal berubah dan nggak su'udzon sama kalian lagi. Bantu aku ya, Lin." Katanya memohon. Mataku berkaca-kaca. Sungguh, kebahagiaan itu bukan ketima kita bergelimangan harta, tapi ketika kita berhasil membalikkan hati manusia yang sedang tersesat.
Aku mengangguk. "Pasti! Aku bakal bantu kamu."
Refan semakin mengeratkan pelukannya. Lalu kami masuk ke dalam rumah.
Refan menemui Rafa. Tampak ia bingung melihat Refan. Mungkin karena matanya sembab. Sekilas, ia menatapku. Lalu aku mengangguk sambil menghampiri mereka.
"Mas, maafkan Refan."
Refan kembali terisak. Aku yakin, meskipun Refan tega berbuat demikian ke kakaknya, namun hati kecilnya menentang. Karena sejatinya, cinta kakak beradik itu tak akan pernah pupus.
Aku tersenyum melihat mereka berdua, tengah berpelukan sekarang.
Bersambung.
🌼🌼
Udah yee Gemes sama Refannya? Kasian dia tuh! Kesiksa batinnya! Wkwkw
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA (THE LOVE STORY)
RomanceRefan dan Lina, 22 tahun, harus menikah karena di tuduh menjadi pelaku video tak senonoh. setelah diketahui siapa sebenarnya pelaku tersebut, keduanya pun tetap menikah. kehidupan yang sebenarnya telah menunggu mereka untuk berjalan.. baca terus ke...