If you love somebody could we be this strong
I will fight to win our love will conquer all
Wouldn't reach my love
Even just one night
Our love will stay in my heart
My heartAlunan musik dan lirik lagu Acha Septriasa feat Irwansyah menggema di kamar.
Aku mengeratkan pelukanku pada Refan. Semalam kami tidur dengan nyenyak. Aku tersenyum mengingat kembali aktifitas kami semalam. Jangan minta di ceritain! Nanti di semprit sama Momod kece.
"Semoga setelah ini tidak akan ada lagi yang namanya kelicikan ya, Fan. Aku nggak akan ke mana-mana asal kamu bisa bersikap baik dan tidak berbuat jahat lagi." Aku mengelus wajahnya yang sedang tertidur, pelan.
"Tentu, Lin. Aku pun sudah menyesali semuanya."
Refan membuka mata, lalu mengecup tanganku.
"Kamu bangun dari kapan?" Aku tergagap. Merasa seperti telah tertangkap basah.
"Dari tadi kamu mengelus-elus pipi aku. Hehehe"
Aku menepuk dadanya pelan. Memang, cinta ini telah begitu besar untuk Refan. Dan tentang Rafa kemarin, sepertinya itu hanya rasa yang tersisa. Kalian tau lah, gimana rasanya ketemu cinta pertama. Tau kan kalian? Jangan bilang kalau kalian itu SSB, single since birth alias jomblo sejak lahir. Wkwkwkkw
"Mau sarapan apa?"
Aku kembali tersenyum, lalu bangkit untuk berganti pakaian.
"Kenapa ganti baju?"
Mataku membulat, dia pikir ini dimana?
"Pakai aja yang itu." Matanya mengedip nakal. Sedangkan aku memutar mata, jengah.
"Kamu lupa ini di mana? Masa iya aku harus masak pakai lingerie?" Aku mendelik.
Refan tertawa lepas. Tawa itu, aku rindu.
"Bercanda, Sayang."
Aku mendengus sebal. Lalu beranjak keluar.
"Pagi, Bun."
Kulihat Bunda sedang bersama Mamah dan Budhe di teras.
"Pagi. Wih, cerah amat." Bunda mulai menggoda.
"Apa sih, Bun? Mulai deh." Mereka cekikikan. Aku melangkah kembali menuju dapur b
"Hanya ada telur, sosis, kol. Masak apa ya?" Aku mulai berpikir untuk ke pasar. Tapi rasa malas masih memeluk erat.
"Nasi goreng aja lah."
Aku membuka pintu kamar Mbah. Tampak beliau sudah bangun dan hendak keluar dengan tertatih.
"Mbah, mau ke mana? Kenapa nggak panggil Lina atau Budhe?"
"Mbah arep ming jaba. Ketone rame. Ana sapa? (Mbah mau ke luar. Kelihatannya rame. Ada siapa?)"
Aku yang tak mengerti hanya mengernyitkan dahi lalu mulai menuntun Mbah.
Setelah mengantar mbah, aku mulai memasak. Ketika akan membuka kulkas, aku di kejutkan dengan kehadiran Rafa.
"Astaghfirullah, ngagetin aja!"
Aku cemberut, sedangkan ia tertawa. Lalu kami mulai mengobrol. Tentang apa saja, meskipun rasa canggung kadang dapat kurasakan.
"Ehem." Terdengar suara deheman dari arah kamar. Tampak Refan tengah berdiri sambil melipat tangan. Kuhentikan aktifitas memasak. Berjaga-jaga jika Refan kumat lagi gilanya. Eh.
"Apa?"
"Nggak papa. Cuma aku ngerasa aneh aja kalau antar mantan bisa ngobrol akrab gitu."
Aku menghela napas lega. Alhamdulillah, kekhawatiranku tak terbukti.
"Ya biasa aja lah, Fan. Namanya ke adik ipar. Aku udah gede, bisa memilah perasaan. Kamu aja yang sentimen. Dikit-dikit marah, salah paham." Rafa menggoda Refan.
"Maas." Refan merengek. Aku terkejut, dia bisa gini juga?
Menyadari rengekannya tadi dilihat olehku, Refan langsung pasang muka sok cool lagi. Hadeh, jaim banget!
"Nih, makan. Fa, kerupuknya belum mateng. Tunggu ya." Aku masih mengingat, jika Rafa memang tak bersemangat jika memakan nasi goreng tanpa kerupuk.
"Mas doang? Aku nggak?" Refan cemberut. Aku dan Rafa terkekeh melihat tampangnya.
"Kamu kan nggak suka kerupuk, Sayang." Aku mencubit pipinya gemas.
"Ehem. Tolong ya, di sini ada jomblo! Jaga sikap dong." Gantian Rafa yang cemberut. Kami tertawa bersama.
🌼🌼
Tujuh bulan berlalu, perutku sudah semakin membesar. Sisa cuti semesterku juga tinggal satu bulan lagi. Apa mengajukan cuti lagi? Emang bisa?
"Fan." Aku memanggil Refan yang sedang memakai kaos kaki di ruang tamu. Ia akan berangkat kerja. Alhamdulillah, berkat kegigihannya, kini kami sudah membeli rumah, meskipun kecil. Itu juga di bantu Mamah, Papah, dan Bunda. Papah jarang kelihatan, karena beliau mengurus perusahaannya di Korea.
"Apa, Sayang?"
Refan mendekatiku, lalu menuntun dan duduk di kursi.
"Aku mau berhenti kuliah aja deh." Kataku.
Refan terkejut mendengar ucapanku.
"Lah kenapa? Sayang banget, tau."
"Bulan depan sudah masuk, Fan. Masa aku ke kampus dengan perut buncit gini?" Kataku sambil menunjuk perut. Refan terkekeh.
"Ya sudah, nanti aku rundingin sama dosen dulu ya."
Aku mengangguk, lalu mengantar Refan ke depan.
"Hati-hati, ya." Kataku sebelum ia pergi.
Allah, memang benar, hanya Engkau-lah yang mampu membolak-balikkan hati manusia. Semoga, Refan tetap seperti ini.
🌼🌼🌼
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH MUDA (THE LOVE STORY)
Любовные романыRefan dan Lina, 22 tahun, harus menikah karena di tuduh menjadi pelaku video tak senonoh. setelah diketahui siapa sebenarnya pelaku tersebut, keduanya pun tetap menikah. kehidupan yang sebenarnya telah menunggu mereka untuk berjalan.. baca terus ke...