Sora baru tiba di Indonesia dua hari yang lalu, saat dia tiba dirumah tidak ada sambutan hangat dari ayahnya, sebab pria yang paling berpengaruh dihidupnya itu sedang keluar negeri demi memperluas relasinya. Ayah Sora mempunyai usaha tekstil di Indonesia bukan yang terbesar tapi cukup terkenal di Indonesia, banyak Department Store di Indonesia yang bekerja sama dengannya salah satunya yang dimiliki oleh Sid.
Sora jadi teringat dengan lelaki yang sudah menemaninya selama bertahun, dia belum tahu kabar terbaru dari pemuda kaya itu. Entahlah, ayahnya benar-benar membatasi ruang gerak Sora. Terakhir kali dia mendengar kabar tentang Sid, lelaki itu pergi ke Italy demi meluaskan usahanya.
Andai saja Sora menyukai Sid pasti kehidupan anak mereka sangat terjamin.
Sora sedang stress sampai berpikir yang aneh-aneh.Sora kembali melahap sereal yang menjadi sarapan paginya hari ini, saat dia bangun tadi tidak ada satupun orang dirumah. Han masih di Korea hingga dua bulan mendatang, sedangkan ibunya pasti berbelanja untuk makan siang mereka nanti. Sora merasa bosan saat ini, tidak ada yang bisa dia lakukan selain menunggu ibunya pulang kerumah.
Sora menghela nafas panjang, dan menyantap serealnya kembali tanpa nafsu. Lamunan kosong yang baru saja dibangunnya buyar saat mendengar dering telepon rumah yang terdengar sangat nyaring ditelinganya, Sora bergerak malas kearah telepon yang masih senantiasa berteriak seolah memanggil namanya.
“Siapa sih yang masih menggunakan telepon rumah disaat ponsel jauh lebih canggih dari ini.” Gerutu Sora sembari mengangkat telepon itu. “Halo?” sahut Sora yang pasti berpikir itu teman ayah atau ibunya.
“Sora?” Tanya seorang lelaki diseberang sana.
“Ya? Siapa?”
“Apa kau lupa siapa yang melamarmu minggu lalu?”
“Yoongi?” Tanya Sora yang sangat kaget karena pria itu tiba-tiba saja meneleponnya.
“Apa kau tidak mengenal teknologi bernama ponsel?” Sora heran kenapa dia bisa jatuh cinta pada lelaki datar ini. “Kau hidup ditahun berapa sampai mengubungi melalui telepon rumah?”
“Seharusnya aku yang bertanya padamu, kemana saja ponselmu? Bukankah kita sepakat untuk tetap menjaga komunikasi. Apa-apaan kau ini? Aku sampai menemui adikmu agar bisa menghubungimu, aku pikir pesawatmu jatuh dihutan atau meledak. Ah, kau benar-benar merepotkan.” Balas Yoongi yang terdengar sangat datar.
“Ponselku…? Aku… aku pun lupa dimana ponselku.”
“Sebaiknya cari ponselmu segera, aku akan menghubungimu setelah ini.” Balas Yoongi dan setelahnya dia langsung memutuskan sambungan.
Sora bingung menatap telepon rumah yang masih berada ditangannya, bagaimana bisa dia berani menelepon kerumah tanpa memberitahu terlebih dahulu, bagaimana jika ayah atau ibunya yang mengangkat. Kepala Sora sakit membayangkan hal itu, dia segera berlari kekamarnya dan mencari dimana dia meletakkan ponselnya. Sora mencari ponsel ditas kecil yang dibawanya saat kembali dari Korea tetapi nihil, Sora juga mencari dikoper yang belum juga dibongkarnya sejak dua hari yang lalu tapi tidak juga menemukannya.
Sora terduduk dilantai dan menatap pasrah koper yang isinya sudah berhamburan keluar, dia kembali mengingat dimana terakhir kali dia menyimpan ponselnya.
Sora berusaha memutar ingatannya kembali saat dia kembali dari Daegu ponselnya sempat mati, dan dia meminta izin pada Yoongi untuk mengisi daya ponselnya dimobil sewaktu dalam perjalanan, setelahnya dia tidak merasa menggunakan ponsel lagi. Yoongi memang langsung mengantarnya pulang, dan juga membelikan Sora tiket baru karena pria itu mau Sora segera kembali ke Indonesia agar Sora bisa mengatakan niatnya menikah terlebih dahulu sebelum Yoongi datang menemui kedua orang tuanya. Karena Yoongi juga mengantarnya ke Bandara jadi dia merasa tidak perlu melepas kabel pengisi daya, dan ternyata saat sampai di Bandara dia tidak membawa ponselnya karena terlalu sibuk berciuman dengan Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate ✔
Fanfic[ COMPLETED ] Jika kata Seandainya bisa merubah segalanya, maka tidak akan ada kata Takdir.