Yoongi duduk disalah satu sofa yang ada dikamar hotel tempat mereka menginap, tangannya mengusak kasar rambutnya yang basah dan tengah dikeringkan dengan handuk putih. Badannya disandarkan disofa empuk itu, mata itu menatap lurus keatas, pikirannya kembali berpusat pada gadis yang sedang tidur itu.
Yoongi tidak memaksanya untuk bangun pagi, dia paham tubuh Sora yang pasti lelah akibat aktivitas mereka semalam yang banyak menguras keringat. Yoongi kembali berpikir apakah bisa dia menyenangkan hati Sora, Ayah Sora memang sudah memberi restu, tapi entah kenapa menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi Yoongi.
Setelah ini apakah bisa dia membahagiakan Sora disaat karirnya sedang naik?
Setelah mereka selesai bergelut semalaman, mereka tidur pukul empat pagi, setelah itu Yoongi terbangun pukul tujuh pagi. Dia tidak merasa lelah sedikit pun, pikiran itu terus menghantuinya, terutama sesaat dia telah menghancurkan Sora. Dia bingung tujuan dia menikahi Sora apa hanya sekedar "butuh", atau memang membutuhkan Sora selalu ada disisinya.
Yoongi mengalihkan pandangan matanya kearah Sora yang terlelap diatas tempat tidur, gaya gadis itu saat tidur menarik sedikit sudut bibirnya. Jika perempuan lain akan tidur dengan manis dan terlihat seperti malaikat, tidak berlaku bagi Sora. Posisi tidur tengkurap mirip seperti Superman sedang terbang begitu nyaman bagi Sora, lengan kanannya menjadi bantal kepalanya, sedangkan selimut hanya menutupi bagian bokongnya saja, sisanya terekspos jelas dimata Yoongi. Punggung mulusnya sudah penuh dengan jejak merah keunguan milik Yoongi, pria itu menatap puas hasil karyanya.
Mungkin saat Sora bangun dia akan memaki Yoongi karena setelah ini dia pasti tidak bisa keluar, bahkan keluar untuk sarapan.
Pikiran Yoongi liar kembali saat melihat punggung dan paha Sora tidak tertutup selimut, saat ingin mendekat kembali pergerakan Yoongi terhenti saat Sora mulai menggerakkan tubuhnya. Tubuh polos itu menggeliat dan sedikit meregangkan otot yang kaku, indahnya pemandangan seperti ini yang akan dilihat Yoongi setiap harinya.
Sora mulai mencari keberadaan Yoongi dan terhenti disofa yang diduduki pria yang masih bertelanjang dada itu, Sora tersenyum sembari merubah posisinya agar terasa nyaman, selimut yang berantakan sudah kembali rapi hingga menutup dada.
Yoongi hanya menatap dengan wajah datar.
"Pagi." Ucap Sora dengan suara serak.
"Ada apa dengan suaramu?" Yoongi bertanya padahal dia sudah tahu penyebabnya.
"Sial. Kau membuatku malu." Balas Sora yang paham Yoongi sedang menggodanya.
Malam panas yang baru saja mereka lalui tidak dapat membungkam mulut Sora, permainan keras Yoongi membuat Sora hilang akal, tidak peduli jika suaranya terdengar hingga diluar kamar. Sora tidak bisa membalas, dia hanya bisa meneriakkan nama Yoongi.
"Kau tidak tidur?" Tanya Sora.
"Entahlah, aku hanya bisa tidur sebentar." Yoongi mengalihkan pandangan dari Sora. "Kau tidak tidur?"
"Aku juga bingung, padahal aku lelah sekali tapi tidurku tidak bisa nyenyak. Aku juga tahu saat kau beranjak pergi mandi."
Hening. Hingga suara ketukan pintu kamar terdengar.
"Sebaiknya kau mandi. Aku sudah meminta mereka membawa sarapannya kesini, aku yakin kau pasti malu." Tapi Yoongi belum beranjak dari duduknya, seperti ada yang ditunggunya.
"Jadi, siapa yang brengsek disini?" Balas Sora sembari bergerak kepinggir tempat tidur. "Oh, sial. Tubuhku seperti remuk."
"Kau butuh bantuan?" Yoongi menawarkan bantuan saat melihat Sora yang meringis dan sedikit menekan bawah perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate ✔
Fiksi Penggemar[ COMPLETED ] Jika kata Seandainya bisa merubah segalanya, maka tidak akan ada kata Takdir.