My husband is pyschopath 33

5.9K 254 12
                                    

"Ma, Davin bingung apa yang harus Davin lakukan" kata Davin lalu menatap ke arah kamar rawat Tina dengan tatapan sedih

"Mama juga bingung Vin, mau mempersatukan mereka gak bisa, mau misahin gabisa juga.heh... Mungkin lebih baik mereka aja yang nyelesaiin" kata mama Davin juga ikut menatap kamar rawat Tina

Sedangkan di dalam kamar rawat Tina ,Brian sedang duduk termenggu di samping ranjang yang sedang Tina tiduri dengan tangan yang tak pernah lepas dari tangan Tina

"Na, kapan kamu bangun? Kamu tau gak, aku tuh sedih liat kamu kaya gini, aku lebih seneng kamu marah marah atau ngehajar aku karna perilaku ku yang kemarin, hiks...aku..hiks...tersiksa banget kalau kaya gini terus....hiks... Please jangan terus ngehukum aku dengan....cara kaya gini....ini begitu menyakitkan Na" kata Brian sambil mengelus elus tangan Tina yang ada di genggamannya dengan perasaan yang kacau dan air mata yang mulai meluncur mulus di pipi Brian

"Bri lo makan dulu gih, biar gue yang jagaian Tina" kata Davin yang entah sejak kapan sudah berada di belakang Brian. Dibalas gelengan lemah dari Brian

"Engga Vin, entar aja gue gak laper" kata Brian dengan mata yang tak lepas dari Tina

"Bri mau bagaimana pun lo harus tetep makan, emang lo mau kalau pas Tina bangun dia langsung sedih gara gara liat lo gak keurus kaya gini, mending sekarang lo pergi makan dulu biar lo ada tenaga juga buat jagain Tina" kata Davin mencoba membujuk Brian

"Engga Vin, kalau tiba tiba Tina bangun terus gue gak ada di samping dia gimana?" kata Brian sambil menggeleng kuat

"Yaudah Vin mungkin Brian gak mau jauh dari Tina, mending makanannya di bawa kesini aja" kata Mega dengan senyum lembut nya

"Yaudah gue beli makanan di bawah, kalian mau nitip apa?" tanya Anna lalu berdiri dari duduknya siap untuk pergi

"Emmm...gue nasi goreng aja" kata  Davin

"Lo mau apa Bri?" tanya Davin sambil memegang pundak Brian

"Gue apa aja, asal bisa di makan" kata Brian dengan nada lesu

Semua orang terdiam seketika setelah Brian menyelesaikan perkataan nya

"Si Brian otaknya eror gara gara Tina gak bangun bangun kayanya. Kita kan mau pesan makanan, terus orang yang lagi galau bilang 'gue pesan apa aja asal bisa di makan' gue bingung harus bilang apa, rasanya pengen nampol aja gituh, kan semua makanan bisa di makan, kecuali kalau kita beli nya makanan basi, nah itu baru gak bisa di makan. Iya kan?" kata Daniel mewakili seluruh perasaan orang orang di sana

"Yaudah lah dari pada bingung, samain aja semua nya" kata Lily mencegah terjadinya perang mulut yang aromanya sudah tercium dari jarak 5 meter

"Emmm....yaudah kalau gitu gue berangkat sekarang" kata Anna lalu melangkah mendekati pintu

"Eh,eh...tunggu" kata Samuel menghentikan langkah Anna

"Apa lagi sih?" tanya Anna kesal

"Gue ikut" kata Samuel sambil cengengesan seperti anak kecil

"Ck, kirain apa, yaudah ayo" kata Anna lalu melanjutkan perjalanan nya yang tertunda di ikuti Samuel

Setelah Anna dan Samuel pergi keadaan ruangan itu pun hening hingga yang terdengar hanya suara detakan jam

"Bri" panggil Daniel sambil berjalan ke arah Brian

"Heh, apa?" tanya Brian saat Daniel sudah berada di samping Brian

"Gue mau tanya sesuatu sama lo" kata Daniel meminta izin

"Kaya ke siapa aja lo mah, pake acara minta izin segala, emang mau tanya apa?" kata Brian mencoba menghalau kecanggungan yang tiba tiba terjadi

"Alesan lo minta cerai ke Tina" kata Daniel dengan wajah serius nya

"Gue tau pasti suatu saat pertanyaan ini akan terlontar entah dari siapa pun itu" kata Brian yang juga memasang wajah yang serius

"Hahhhh....gue sama Tina itu adik kakak" kata Brian sambil menghela nafas berat

"APA????" teriak semua orang di sana kecuali Davin yang memang sudah tau kenyataan ini

"Jangan bercanda lo Bri" kata Daniel dengan tak percaya

"Gue gak bercanda, gue baru tau fakta ini dari nyokap gue pas gue pulang, nyokap gue udah tau tentang siapa Tina karna selama ini ada orang yang ditugaskan nyokap gue buat mantau gue dari jauh, dan saat gue pulang ke rumah, gue langsung dapat dua kenyataan yang bikin hidup gue hancur, yang pertama fakta bahwa gue bukan anak kandung dari bonyok gue dan yang kedua fakta bahwa gue dan Tina itu adik kakak" kata Brian dengan wajah sedih mengingat kejadian dimana ia mengetahui fakta tersebut

"Bri.." kata Daniel langsung memeluk Brian, ia tak tau sahabat nya menanggung beban seberat ini hingga tak terasa air mata nya juga ikut jatuh

"Loh ada apa nih? Kok pada nangis" tanya Samuel yang baru saja sampai di sana bersama Anna

Melihat Samuel datang, Daniel langsung meneluk Samuel dan membisikan sesuatu membuat mata Samuel berkaca kaca

"Bri...kenapa lo gak ngomong ke gue, kenapa lo gak cerita ke gue, lo gak seharusnya naggung semua ini sendiri, lo harusnya berbagi sama gue atau Daniel, gue sam Daniel itu sahabat lo" kata Samuel sambil memeluk Brian

"Apa yang terjadi?" tanya Anna yang tak mengerti dengan situasi di depannya ini

Terlihat Mega berjalan mendekati Anna dan membisikan sesuatu membuat Anna menatap tak percaya Brian dan Tina

"Kenapa ini terjadi pada mereka berdua tuhan, kenapa" kata Anna dengan tubuh yang melorot ke lantai

"Sudahlah Anna, kau percaya saja bahwa sekenario tuhan tak pernah salah" kata Mega sambil memeluk Anna

"Kenapa semua orang jadi sedih seperti ini, sudahlah jangan menangis lagi, kumohon demi Tina" kata Lily mencoba menenagkan suasana

"Benar kata Lily, dari pada kita bersedih lebih baik kita makan saja,kita juga perlu tenaga untuk menjaga Tina, apa lagi Tina kini berbadan dua" kata Davin

"Yasudah kita makan terlebih dahulu" kata Brian lalu berjalan ke arah meja yang sudah di sediakan rumah sakit

Saat mereka makan dan meninggalkan Tina, tampa bisa di bendung air mata Tina menetes

Ya sebenarnya Tina sudah bangun sejak Anna pergi ke luar untuk membeli makanan, ia tidak membuka mata karna ia tidak siap bertemu dengan Brian, hatinya masih sakit bahkan sangat sakit

Tapi fakta yang ia dengar membuat nya tambah sakit, fakta tentang ia yang mengandung bayi kakaknya sendiri

Ingin sekali ia berteriak dan menangis sejadi jadinya tapi sayang mulutnya seakan terkunci rapat dan hanya air mata yang keluar dari sudut matanya lah yang mewakili semua yang ia rasa kan

My husband is psychopath {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang