Laksana mawar yang berduri
Di taman seorang diri
Cucuran air mata basahi pipi
Perempuan tak mampu menahan diri
Temaram lampu taman
Membawa ia arungi kesedihan
Dialah yang melangkah
Di jalan yang salahMawar hitam itu kini terbelenggu
Terlena nikmatnya nafsu
Terpaksa menahan pilu
Demi sesuap penyambung waktu
Serangga-serangga sebut ia pengganggu
Rupa sampai rambut yang dibalur gincuIa tak secantik dulu
Kesucian luntur terkikis oleh waktu
Mahkota yang dulu tertutup rapi
Kini gratis tuk dinikmati
Keindahan yang dulu sedap dipandang
Kini hanya cacian yang datang
Lelaki yang dulu cuma penasaran
Kini satu demi satu menjadi langgananDulu ia sejajar bidadari
Kehidupan menuntutnya seperti orang mati
Wajah pucat setiap pulang di pagi hari
Salam menyambut mentari
Hanya lesu dan letih
Kerasnya hidup ia tak peduli lagi
Sebab malam ia berjuang merintih
Siang ia bertahan menahan sedih
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
PoetryBeberapa rasa dan emosi tidak selalu diceritakan sepenuhnya, ada rasa yang hanya beberapa kata saja sudah mewakili isinya, dan ada pula emosi yang saat itu pula harus diabadikan meskipun hanya beberapa kalimat saja. Karya ini adalah puisi yang aku p...