Di suatu tempat terukir kenangan, memori yang begitu indah dan tak ingin terlupakan. Walaupun roda masa berputar terus hingga di ujung tua nanti, kenangan di tempat itu tak ingin kulupakan. Pertama kali aku merasakan jatuh cinta, di bawah pohon yang sedang rindang-rindangnya. Sedikit kugambarkan engkau dulu terlihat menawan dengan mata yang tertuju pada buku yang sedang engkau baca. Aku menyaksikan engkau yang tidak peduli dengan sekitarmu, kau asyik membaca, terlihat keseriusan wajahmu. Namun aku hanya bisa menikmati dari jauh, memahami bahwa aku bukanlah orang yang mudah bergaul dan berkenalan dengan wanita cantik sepertimu. Sampai akhirnya aku tahu kita sekelas di awal semester baru. Betapa beruntungnya aku saat itu, aku mengetahui namamu, asalmu, tanggal lahirmu, hobimu, bahkan jurusanmu. Meskipun pahit kenyataan bahwa jurusan kita berbeda. Malam istirahat berlangsung, sejenak aku mengingat perkenalan pertama kita.
Riana, nama yang indah
Kulit sawo matang aku sayang
Mata yang tajam memandang
Ijinkan aku memimpikanmu malam ini sayang
Laksana purnama bulan malam hari
Kau menyinari hatiku yang sedang gelap ini
Suara merdumu siang itu
Gerak-gerik tubuhmu
Membuatku lupa tujuanku berada di kota ini
Tak sampai sehari mencintaimu
Sebab hitungan detik cintaku sudah jatuh
Tepat di dasar hati terdalam
Namamu tersimpan untuk selamanyaBetapa bodohnya aku malam itu, senyum-senyum sendiri. Bahagiaku seperti orang-orang yang juga pernah jatuh cinta. Dulu aku tidak percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Sampai pagi itu aku melihat keseriusanmu, aku langsung jatuh cinta pada detik pertama. Waktu berjalan seiring umur kita bertambah, akhir dari kisah bahagiaku terpaksa sirna bersama ucapan selamat wisuda. Kau yang lebih dulu merasakan nikmatnya perayaan wisuda membuatku berhenti mengharapkan apa yang mustahil kugapai. Setahun lamanya aku bertarung dengan masa depanku, aku mengalah dan melupakanmu, selama itu aku berhenti jatuh cinta. Hingga tibalah masaku merasakan perayaan seperti kau dulu, aku yang dulu mengalah dan tidak datang ke perayaanmu, tertampar oleh hadirnya kau di hari wisudaku. Kembali aku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya, apakah ini kenyataan pahit yang terulang kembali untuk jatuh pada orang yang sama. Betapa jahatnya, aku sampai lupa bagaimana caranya mengungkapkan rasa bahagia tepat dihadapanmu. Waktu berlalu aku kembali menulis apa yang kurasa hari itu.
Riana
Caramu permainkan hatiku sungguh kejam
Jangan bilang kau datang hanya untuk meruntuhkan tekadku
Setahun aku berjuang
Sedetik pula kau hancurkan sayang
Aku tak meminta kau kembali
Aku pun tak lagi mengharapkanmu
Tapi kenapa hatiku seenaknya jatuh
Tuk kedua kali aku terjatuh
Orang yang sama
Rasa yang masih sama
Di tempat yang sama
Aku memang mencintaimu
Sungguh, cintaku tidak mudah untuk mekar
Hanya untukmulah cinta ini ada
Bertahun-tahun aku menjadi pemujamu
Berkali-kali aku memandang senyummu
Sudah berapa doa kupanjatkan pada Tuhanku
Hanya untuk melihatmu bahagia
Meskipun itu bukan untukkuMinggu demi minggu telah terlewati. Terakhir kali kita bertemu, kau hanya tersenyum. Aku pun membalasnya dengan senyum pula. Senyum yang terlihat ikhlas di luar namun sakit di dalam.
Riana
Kali ini kita benar-benar berpisah
Kita memilih jalan yang benar-benar berbeda
Aku memilih menjauh darimu
Sebab aku tahu tidak ada kesempatan bagiku
Cukuplah hatiku sakit
Kesekian kali aku tak ingin lagi
Akhir dari kisah ini
Sudah lupakan saja
Jangan pikirkan aku
Tapi, jika engkau rindu
Bila nanti takdir mengijinkan
Kita bertemu di lain hari
Di tempat yang sama
Namun tidak untuk jatuh cinta lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
PoesíaBeberapa rasa dan emosi tidak selalu diceritakan sepenuhnya, ada rasa yang hanya beberapa kata saja sudah mewakili isinya, dan ada pula emosi yang saat itu pula harus diabadikan meskipun hanya beberapa kalimat saja. Karya ini adalah puisi yang aku p...