Bab 4 - Ingin Tuli

4.2K 824 288
                                    

Lusa. Lusa janji awal dari sepasang anak adam dan hawa akan terlaksana. Janji yang mungkin akan sedikit mengikat—meski tidak teramat. Yang jelas, sebuah langkah awal untuk mempersatukan kedua belah pihak.

Dan disini Jennie Rubyane Alaska berada. Di depan kolam renang besar dengan segelas teh hijau hangat; bersama Jihya. Ibu kandung dari Taehyung.

"Gimana kuliah kamu? Eum, maksud Tante, udah pernah ketemu Taehyung selama kuliah, kan?"

Jennie menoleh. Melihat betul bagaimana tatapan berharap yang Jihya utarakan. Seolah mencubit hati Jennie karena keingingan wanita itu memang benar terjadi meski dalam konteks yang buruk. Penolakan.

"Udah, kok, Tan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah, kok, Tan. Kan satu gedung, hehe."

Jihya tersenyum, menaikan sebelah alisnya antusias, "Sikapnya, baik kan? Anak itu, kadang suka diluar kepala kelakuannya. Tante sadar dia dingin, Jen. Tapi, sama kamu, enggak kan?"

Rasa-rasanya, Jennie akan merasa sangat bersalah jika berbohong pada Jihya. Namun relungnya akan menderita apabila melihat binar mata Jihya meredup jika wanita itu tahu yang sebenarnya. Tak apa. Tak masalah jika memang harus memendam.

"Kak Tae baik kok, Tan. Nggak dingin, dia baik pokoknya. Jadi, Tante jangan khawatir, oke?"

Iya, Taehyung baik banget, Tan.

Baik banget ...

"Ah, syukurlah. Tante lega sekali dengarnya!"

Jennie bahagia, bisa membuat senyuman itu mengitari ranum Jihya. Pun setelahnya Jihya membawa Jennie ke dalam pelukan. Mendadak sayang. Sangat dan amat meski diawali dalam waktu yang singkat. Poin penting—sayang itu akan berlaku selamanya. Jihya sudah terlanjur jatuh dan mengharapkan Jennie menjadi pasangan hidup sang putera.

Wajarkah?

"Tante berharap hubungan kalian berlanjut hingga jenjang selanjutnya, Jennie. Baik kamu dan Taehyung, semoga kalian termasuk dalam skenario terbaik yang Tuhan miliki."

Dan sebaik-baiknya skenario Tuhan, pastilah memiliki sisi yang kelam, bukan?

Anggukan pasti, Jennie layangkan.

"Jennie usahain, ya Tan?" Karena Jennie pun tidak tahu sampai mana masanya. Masa dimana ia akan kuat—mengingat Taehyung yang selama ini tak berminat. Kaku. Abu.

•••

"Gila! Kok lo baru bilang sekarang, hah?!"

Pemuda yang dituju diam, lantas menegak segelas cola di tangan. Balkon apartemen menjadi latar. Punggung disandarkan pada pembatas besi, pun matanya menatap datar sang sahabat karib yang kini menatap jengah ke arahnya.

"Lo paham kemarin lakuin apa ke dia? Bekalnya total tumpah, sedang dia ternyata calon tunangan lo. Even though gue sahabat lo—boleh gue sebut lo bajingan?" ulang Jimin.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang