Bab 24 - Denial

5.9K 781 317
                                    

Kangen? Dengerin lagu diatas (di mulmed) dulu buat pemanasan boleh, hehe.💜

•••

Ada gurat halus terukir di kening bersamaan dengan ringisan dari katupan belah bibirnya. Matanya lantas memejam erat baru kemudian jemarinya meremas perut sebab bagian tersebut didera mual. Maka ketika matanya terbuka, menyesuaikan cahaya masuk dari celah gorden yang entah bagaimana caranya sudah terbuka seolah mentari kini menyapanya main-main, Taehyung terbangun.

Menyibak selimutnya, ia lantas berdiri, melangkah tertatih menuju wastafel kamar mandi yang berada di dalam kamar. Sepersekian detik, perutnya sontak makin terasa terobak-abik hingga muntahan berbentuk cair keluar.

"Hoekh!" Jeda, "Perut gue—,"

"Arsshhhooekh!"

Hingga ada detik dimana pemuda itu tertegun kala manik jelaganya tanpa sengaja menatap pantulan bayangan di cermin atas wastafel.

Ada seseorang, berdiri di belakangnya dengan alis bertaut. Jennie. Sedang apa gadis itu disini?

"Jen—hoekh!"

"Lo masih pusing? Mual?"

Pertanyaan Jennie, Taehyung jawab dengan desauan lelah. Bibir dan tenggorokannya terasa kebas.

"Lo ... ngapain disini?"

Hanya ada hening setelah itu, membiarkan udara sekitar menjadi lebih dingin.

"Lap dulu mulut lo, nih." Bahkan, cara bicara Jennie terlampau ketus. Seolah mereka bukan siapa-siapa, hanya tersangkut urusan orang sakit dan si penolong; tidak lebih.

"..."

"Idih! Dibilangin malah diem! Manja banget lo mau gue yang pakaiin, huh?"

Mendengar pekikan kesal Jennie, tak ayal Taehyung langsung mengambil kain basah tersebut. Ia menghela napas pelan, mengusap belah bibirnya dengan kepala yang terus menguak apa-apa saja yang terjadi kemarin malam.

Sial. Sakit sekali. Tidak bisa dibuat berpikir secara tiba-tiba.

"Kenapa lo bisa ada disini?" Pada akhirnya, Taehyung bertanya kembali.

"Lupa? 'Kan gue yang antar lo pulang, Kak."

"Lo? Antar gue pulang?"

"Iya. Nyokap bokap lo nggak ada di rumah, pas gue telfon, mereka masih di Bandung katanya. Terus gue disuruh nginep."

Mendapati Jennie yang berkata demikian membuat mata Taehyung membulat tak percaya. Menginap? Jangan bercanda. Baru kemudian, ia tersadar satu hal, bahwa bajunya yang semalam telah berganti piyama biru meski—bagian celananya masihlah sama.

"Lo? Lo yang gantiin baju gue?" Selagi memindai mata Jennie, pandangan Taehyung jatuh pada kaus hitam bercorak macan yang Jennie pakai. Itu miliknya.

"Terus baju gue? Lo pake juga?"

Mendengus, Jennie membalik badan, melangkah menjauhinya selagi berkata, "Perlu banget curiga segitunya saat lo aja kemarin muntah di baju gue? Hah, iya gue minjem. Tapi, nggak mau bilang makasih soalnya elo yang ngotorin!"

Setelahnya, hanya terdengar tapak kaki Jennie yang turun melalui tangga sebab kamar Taehyung yang berada di lantai dua. Mau tak mau, pemuda itu mengikuti Jennie. Cukup tertegun di anak tangga ke empat kala maniknya melihat kepulan asap dari sup hangat yang kemungkinan besarnya, gadis itu buat sendiri.

Mendengar suara langkah yang kian mendekat, Jennie menyeletuk.

"Karena gue yakin lo pasti hangover pagi ini, jadi gue browsing cara buat sup pereda mual. Dan kalau lo butuh makan lebih, gue udah buatin nasi goreng."

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang