Bab 8 - Pemotretan

4.4K 848 306
                                    

Gadis itu mendudukan diri di bangku kantin dengan kaki yang mengayun asal. Berkali-kali ia menghela napas pelan, lalu mengigit bibir bawah. Ia tidak dalam masalah besar, namun entah mengapa gugup itu menjalar. Perjanjian dimana seseorang mengajaknya bertemu. Ada hal penting yang ingin dibicarakan, katanya.

Jennie tidak curiga sedikitpun. Terlebih yang menawarkan pertemuan adalah gadis seperti Jisoo Amora. Ya, didengar dari nada Jisoo yang mengajaknya lewat sambungan telepon pun, terlihat ramah sekaligus ringan.

Mungkin—Jennie canggung lantaran gadis inilah yang mendapat posisi terbaik di sudut hati Taehyung?

Mungkin.

"Halo, Jen!"

Sapaan itu memulai percakapan mereka. Jisoo datang dari sudut kiri dengan tas menyampir di sebelah bahu.

"Oh-halo, Kak! Um, duduk dulu sini, Kak Jisoo."

Jennie menunjuk kursi kosong di hadapannya. Sedang Jisoo terkekeh renyah dan meletakan tasnya di bawah meja.

"Gue udah pesanin minum buat lo, Kak. Ini, diminum, ya? Hehe."

"Loh, serius ini buat gue?"

"Se-serius, Kak. Eh apa lo nggak suka variannya, ya? Mau gue ganti aja?"

Melihat Jennie yang sedikit panik, Jisoo menggeleng meyakinkan. Mengibaskan tangan di udara berharap Jennie duduk dengan tenang.

"Enggak, kok. Malah bersyukur gue dipesenin minuman gini." Ada hela napas yang Jisoo perdengarkan. "Dan oh, jangan ngeliat gue gelisah gitu, dong. Gue merasa kayak hantu, tahu?"

Jennie mengusap tengkuk lehernya pelan, menatap Jisoo tak enak. "Gue cuma agak canggung karena lo Kakak Tingkat. Jadi ya—gitu, deh. Lo tahu, etika junior ke senior?"

Ya, lebih dari itu Jennie juga paham bagaimana seharusnya ia bersikap. Ia baru mengenal Jisoo kurang lebih seminggu dan pertemuan mereka pertama kali dimulai pada Liburan akhir pekan kala itu. Tidak mungkin Jennie bersikap sewenang-wenang dan menganggap Jisoo berada di posisi yang setara dengannya.

Namun sepertinya, ucapan Jisoo yang—tidak gila hormat—itu, benar kenyataan. Sebab, Jisoo kembali bersuara dan mengutarakan keinginnanya.

"Astaga, denger. Gue cuma manusia yang kebetulan jadi Kakak Tingkat lo, bukan dosen apalagi rektor kampus. Jangan sehormat itu sama gue. Oke?"

Jennie terdiam.

Hati dan pikiriannya mulai mengerti mengapa Taehyung dengan begitu mudah jatuh telak pada Jisoo.

"Ah, i-iya, deh. Gue usaha buat lebih santai ke elo, Kak."

"Nah, gitu dong! 'Kan gue ngobrol sama lo jadi lebih enak."

Jennie menghembuskan napas, berusaha mengulum senyumnya. "Omong-omong, nih. Kenapa lo minta ketemuan, Kak? Kemarin pas ditanya, eh malah bilang rahasia?"

Terkikik geli, Jisoo menyeruput segelas booba green tea miliknya.

"Gini, Jen. Gue mau kasih lo satu penawaran. Berdasarkan insting, gue rasa elo yang paling cocok untuk ikut."

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang