Bab 5 - Arti Pertunangan

4.1K 824 218
                                    

Bagi gadis Alaska, satu jam lalu segalanya terasa benar. Mungkin kuno, mungkin pula sekian banyak orang benci akan perjodohan, namun nyatanya semesta membuat gadis itu menerima. Justru terperosok rasa.

Ya, jika sepasang cincin sudah terikat sebagai bekal jenjang selanjutnya, apakah Jennie patut disebut serakah bila ingin Taehyung turut membalasnya?

"Bilang sama gue kalau ini bohong, Jen!"

Jennie tertawa, memamerkan jemari kanannya. Cincin perak mengkilat disana. "Taraaa! Ada cincin, berarti artinya apa, hayo?"

Dari sekian banyak insan—Jennie hanya memilih Jungkook. Iya, Jungkook Aldebaran Jeon yang kini berbalut kemeja biru langit dipadu suit hitam andalan. Alis pemuda itu bertaut menuntut penjelasan.

"Nyaris gila. Sumpah, Jen. Gue diundang ke tunangan lo aja udah—astaga, kaget. Gue kira lo belum melangkah sejauh itu."

"Gue udah dua puluh, informasi aja nih."

"Tapi tetap, tunangan lo itu, loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi tetap, tunangan lo itu, loh. Rasanya kiamat mau datang bentar lagi, tahu!?"

Jungkook mengoceh dan Jennie senang mendengarnya. Lebih-lebih dilihat dari raut wajah Jungkook yang muram, Jennie jadi heran pun geli sendiri. Mata Jungkook cenderung sendu pada detik pertama mereka bertemu.

"Lo kenapa, sih, Jung. Bukannya harusnya lo seneng?"

"Gue tahu tabiat Taehyung nggak sehari-dua hari, Jen. Kalau lo disakitin sama manusia bajingan itu gimana? Gue harus seneng juga, gitu?"

Jennie hanya membalas dengan senyum ceria yang memperlihatkan gusi. Hingga tak menyadari, bahwa ada satu hati yang luluh-lantah melihatnya. Sakit sekali. Berjuang saja belum, namun diusir secara tak langsung. Telak kalah. Jungkook dan rasa yang ia punya hancur.

Sakit, berengsek. Batin Jungkook.

Tapi Jungkook bisa apa? Cinta pandangan pertama membuat logikanya buntu.

"Jung, dengar gue, oke?"

Jungkook hanya bergumam kesal, memutar bola mata malas dan mengalihkan pandangan. Belum ingin menatap Jennie.

"Jungkook Aldebaran Jeon, gue lagi ngomong. Harus tatap mata, ih! Sama temen kok gitu?"

Berakhir Jungkook kalah. Menoleh dengan senyum paksa.

"Iya, apa, um?"

Jennie menghela napas, menunjuk dada kiri Jungkook dengan jemarinya. "Lo satu-satunya temen yang gue undang ke sini. Nggak ada yang lain karena yang gue percaya cuma elo. Awal, gue mau ajak Lalisa juga, tapi masih ragu."

Jungkook merasa, ada hangat yang menelusup dalam dadanya meski sedikit. Taman di belakang rumah Taehyung menjadi lokasi pertunangan Jennie. Pun mereka berdua menyisihkan diri dan bernaung pada gazebo kecil di sudut.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang