Bab 13 - Harapan

4.8K 851 425
                                    

Pernahkah kalian bertemu dengan seseorang, hingga melamun bahwa masa depan kita ada bersamanya? Berpikir kelak kalian akan mencinta dan menua berdua? Halusinasi tinggi—dan bayangan tersebut benar terasa nyata akan terjadi?

"Gue mau nanya satu hal, dong. Kalian ... maksud gue, lo dan si bajingan, udah kenalan sejak kapan?"

"Hush! Ngomongnya astaga," sahut Jennie menekuk alis sebal.

Jungkook menghembuskan napas pelan. Berdua di kursi taman universitas selagi ia yang menonton Jennie menguyah sandwich buatan Jungkook—pemuda itu menyandarkan punggung penuh ke belakang. Kepalanya menegadah ke atas, dengan bantalan kedua lengan.

Langit siang ini begitu cerah. Mengejek hati Jungkook yang kemarin begitu lemah.

"Ya habis—bahkan panggilan berengsek pun, kurang buat dia, Jen."

"Gue kenal Kak Taehyung setelah pindah ke Indonesia, baru banget," jawab Jennie mengalihkan kembali topik awal. Ia tidak ingin mendengar sumpah serapah Jungkook mengenai Taehyung lebih lanjut. Sebab bila Jungkook yang berkata, semuanya terasa benar. Dan ia akan semakin terpojokan karena bersikeras mencinta Taehyung.

"Pertama ketemu dia bukan pas pertemuan perjodohan, justru insiden kopi di salah satu kafe." Jennie terkekeh mengingatnya. Sandwichnya telah habis, gadis itu memandang kosong rerumputan sekitar.

Menoleh, alis Jungkook terangkat. "Insiden?"

"Gue jatuh, kopi gue tumpah ke baju dia. Total basah dan kotor, terus dia ya bentak. Reaksi normal karena memang gue yang salah." Ada hela napas yang Jennie utarakan sebelum menyambung kalimat,

"Gue pikir, apa selain karena dia udah suka sama Kak Jisoo tapi tiba-tiba dijodohin sama gue, mungkin nggak kalau karena insiden itu dia makin benci? Dia kesel, marah, berakhir dendam, gitu?"

Jungkook menyerit kebingungan.

Tidak menanggapi apapun.

"Jung, gue nanya, kok malah bengong?"

"Alasan lo nggak masuk akal, Jen. Tumpah kopi di baju? Astaga, sepele. Masa iya dia langsung dendam sama lo?"

"Tapi, lo tahu kan—kadar sensitif orang beda-beda."

"Lo minta pendapat gue? Ya, itu. Gue yakin alasannya bukan cuma karena insiden yang lo bilang. Sori banget tapi—gue rasa dia memang punya masalah sama lo, yang lo nggak tahu itu apa?"

Ada saat dimana detak jantung Jennie berdentum lebih cepat. Dendam terselubung—begitukah maksud Jungkook?

Apa semesta sebegitu tega pada Jennie yang bahkan tidak mengerti apa-apa? Jennie ingin protes pada Jungkook. Memikirkan sekian banyak kemungkinan yang mungkin menyebabkan Taehyung membenci. Namun; buntu. Bahkan ia baru mengenal Taehyung.

"Jung, lo jangan asal ngomong, deh. Kesel banget sama lo, serius."

Jungkook mendengus. Ia paham bila mungkin spekulasi murahan di otaknya kini akan sulit diterima Jennie. Namun, memang, apalagi? Baru bertemu dan sudah sebegitu benci? Pemuda bernama Taehyung Veean Adyaksa itu setengah waras atau memang sudah gila, huh?

"Ya udah, jangan dipikirin. Anggap omongan gue itu angin. Gue cuma asal ucap doang. Jangan cemberut gitu, lah!"

"Gara-gara elo!"

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang