Bab 9 - Amarah

4.8K 877 451
                                    

Dering ponsel mengudara, mata si gadis beralih pada getaran di sakunya. Membentuk satu senyum lembut, setelah membaca nama si penelepon. Tidak—tepatnya, ini video call. Yah, gadis itu baru saja menyelesaikan urusannya di dalam toilet. Yakni, membenarkan tatanan wajah yang luntur sebab air mata.

Setidaknya, kali ini Jennie merasa lebih baik. Setidaknya, ia dapat mengangkat panggilan Jungkook tidak dalam keadaan yang kacau.

"Hei, Jung. Kenapa?"

Jungkook menghela napas. Menatap Jennie dengan senyum tipis. "Lagi break pemotretan? Dimana?"

"Ah? Iya. Sepuluh menit lagi baru mau kumpul. Gue lagi di depan toilet, hehe."

"Lo baik? Jennie, ini mata gue yang salah atau memang—shit! Kok sembab?"

Sontak saja, Jennie menggeleng. "Eum, nggak, gue cuma abis cuci muka jadi agak basah," elaknya.

Sayangnya Jennie lupa, Jungkook terlampau pintar membaca raut seseorang.

"Jen, kapan sih dia hargai lo?"

"Eh?"

"Gue tahu dari Mark, Jen. Gue nanya kabar lo. Jadi, nggak usah sok baik-baik aja, cewek barbar!"

Jennie terkekeh. Sedikit salut pada Jungkook yang benar menjaganya. Kalau saja ia jatuh cinta pada Jungkook—Jennie rasa, sakit yang ia punya tidak akan sebesar ini. Atau bahkan tidak ada, sebab Jungkook yang selalu memperhatikannya.

"Gue baik, Jung. Dan apa, sih? Cewek barbar? Kurang ajar ya, lo!"

Raut wajah Jungkook total berubah. Kerutan di keningnya makin nampak. Jennie tidak jujur padanya. "Nggak usah ngalihin topik. Lo ingkar sama gue karena nggak baik-baik aja,"

—pokoknya, lo nggak boleh kemana-mana habis pemotretan. Gue jemput lo."

Ada detik dimana Jennie termangu, mengalihkan pandangan dari kaca ponselnya. Membuat Jungkook menyerit keheranan. "Jen?"

Berganti, kini Jennie mengigit bibir bawahnya ragu. Kembali menatap sambungan layar ponselnya. "Jungkook, gue nggak bisa pulang bareng lo."

"Kenapa?"

"Mungkin bisa—iya bisa, tapi nggak persis habis pemotretan. Gue masih ada urusan."

Jungkook memejamkan mata. Memikirkan sekian banyak kemungkinan sialan yang membuat Jungkook mengumpat kasar dalam hati.

"Cowok itu lagi?"

Jennie mengangguk kecil. Sedangkan Jungkook memijat keningnya tidak habis pikir.

"Gue salah nggak, Jung, kalau terima kemauan Kak Tae untuk ketemuan setelah pemotretan?" Lebih-lebih, Jennie justru melempar pertanyaan bodoh yang sukses membuat Jungkook menghela napas kasar.

"Masih nanya? Otak lo ada dimana, sih, Jen, sebenernya?"

"Jung—"

"Lo udah dewasa, Jen. Pikirin semuanya matang-matang. Jangan cuma modal sayang, terus lo salah ambil keputusan."

•••

Hembusan napasnya teratur, matanya menyalang ke arah depan. Hamparan rumput lapangan menjadi kesemuan dalam pandangan pemuda itu. Telapak serta bokongnya langsung menyentuh jajaran hijau tersebut. Terduduk disana. Ada luka yang tak kasat mata membelenggu logikanya.

"Gue akui, lo agak parah kalau bilang dia nggak becus. Damn, bro. Bahkan lo tahu itu pemotretan perdana dia."

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang