Bab 23 - Masalah Rasa

5.2K 809 461
                                    

Kangen nggak? 💜

•••

Suara gemericik air berbunyi tatkala dirinya masuk dengan kaus yang juga telah tanggal. Menyisakan tubuh bagian atasnya polos dengan celana yang masih menggantung disapu lembut oleh suhu ruangan baru kemudian dialiri air hangat dari ujung kepala hingga kaki.

Ia memejam, kepalanya mendongak, jakun naik-turun sebab mati-matian menahan gemuruh dadanya. Sebelah lengannya mengusap punggung, mengikuti pola panjang yang masih setia berada disana—sebab bekasnya sudah terlanjur permanen. Mencolok dengan area yang lebih gelap diantara kulit tan miliknya.

"Kakek..."

Bila kalian menganggap Taehyung trauma; maka jawabannya adalah iya.

Terputar kembali.

Bagaimana malam natal pertamanya di Jogja bersama sang kakek—hanya ditemani kotak hitam kosong tanpa isi. Berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain.

"Kakek, kok kasih kotak hadiah Tae kocong? Ayah kaci aku lobot kelen sekali! Bunda belikan banyaaak juga—tapi, tapi dali Kakek kocong, ya?"

Taehyung masih begitu kecil, usianya baru saja menginjak angka empat. Itulah sebab mengapa vokal bicaranya sedikit terbata cadel.

"Kamu nggak pantas terima kado, kalau kado yang sebenarnya sudah kamu bunuh, bocah."

"Bunuh? Bunuh itu apa, Kek?"

Anak sekecil itu ... perlukah tahu arti kata membunuh?

Disaat kepalanya masih kosong perihal masalah—Taehyung; bocah itu melanjutkan hidupnya dengan penuh anggapan sampah, kekerasan, bahkan sampai pencabulan di usia remajanya.

"Rusak. Lo rusak, Taehyung."

Memorinya berkelana jauh. Pipinya menegang beserta belah bibir dan jemari yang mulai kaku akibat terlalu lama berdiri di bawah pancuran shower. Begitu banyak luka yang akhir-akhir ini diingatnya dan tanpa sadar membuat pundak Taehyung semakin terasa berat.

Hingga, suara tapak kaki jelas Taehyung dengar diikuti suara teriakan seseorang.

"TAE!?"

Untuk yang satu itu, hanya Taehyung balas gumaman. Bodoh. Jimin mana mendengar.

"TAEHYUNG ANJING!" Menarik napas dalam, Jimin mengetuk pintu brutal sebelum kembali memekik, "LO DI DALEM NGGAK NIAT MACEM-MACEM KAN!? UDAH HAMPIR SETENGAH JAM, WOI, INGET LO MASIH MUDA!"

Maka Taehyung tergelak, setidaknya, Jimin membangun mood Taehyung kembali.

"Enggak, Jim. Ya Tuhan!"

"YA HABIS LAMA BANGET! HORNY LO DI DALEM!? Inget, sabun gue jangan diabisin!"

"Bangsat, pikiran lo!"

"HAHAHAHA. Jangan sok polos banget, lo, bro!"

Setelahnya, hanyalah terdengar gelak tawa Jimin di penjuru ruangan. Memegang perutnya yang lumayan sakit sebab terbahak, Jimin perlahan tersenyum simpul. Ia tahu Taehyung akan jauh dari kata bunuh diri, kawannya itu tidak akan mudah berpikiran kesana.

Namun, cemas itu pasti selalu ada. Jimin hanya ingin Taehyung paham—bahwa pemuda itu berharga. Jangan sampai mental Taehyung kembali jatuh setelah sekian tahun dibangun bersamanya.

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang