Bab 22 - Sakit yang Sama

4.7K 790 401
                                    

Karena telat up, ini 2700+ words, hehe. Happy reading!💜

•••

Hatinya sesak—kepalanya mulai pening sebab sejak tadi pun tidak ada makanan yang masuk ke dalam lambungnya. Mungkin, memang pada dasarnya gadis itu yang kelewat optimis. Dan ketika kalah, ia akan jauh lebih hancur daripada orang kebanyakan.

"Halo, Alaska?"

Oh, panggilan itu. Membuat kepalanya lantas menoleh ke sumber suara. Senyum gadis itu merekah, matanya membulat dan segera bangkit dari duduknya yang berlatarkan kursi taman. Berlari dan memeluk Yoongi hangat. Erat. Deru napas mereka beradu.

"Yoongi! Akhirnya lo kesini juga!"

Kekehan Yoongi yang selembut beludru itu melonggarkan pelukan keduanya. Menunjuk kening sahabatnya itu dengan jari telunjuk.

"God. Gue tiga tahun di atas elo, Jennie!"

"Ugh. Aneh, Yoon! Lo yang bilang sendiri kalau umur nggak punya pengaruh apapun di antara kita!"

"Ya—sekali-sekali gitu lo panggil gue Kak?"

"Kak Yoongi? Cringe banget, okay?"

Yoongi telak tertawa. Melangkah sendiri dan duduk di atas kursi Jennie tadi. Sedangkan gadis itu mengikuti langkah Yoongi. Yoongi Balva Pratama.

Pemuda dengan surai blonde serta kulit seputih salju yang kini Jennie lihat; tidak berubah sejak tiga tahun yang lalu.

Dimana Jennie yang baru saja masuk ke dalam jenjang menengah atas dan Yoongi yang kala itu di tahun akhir, nyatanya mereka cocok untuk beberapa alasan hingga seringkali menghabiskan waktu bersama. Salah satunya, satu tempat kelahiran, Indonesia. Orang bilang, mereka bersahabat bagai awan yang membutuhkan hujannya.

"Lo tinggal disini bakal berapa lama, Yoon?"

Pemuda itu menoleh, menyandarkan punggung. Menatap bagaimana langit Jakarta yang perlahan mengabu. Rindu juga.

"Tiga bulan atau empat? Tergantung bokap. Beliau lagi butuh tenaga gue dan gue ambil cuti sementara dari kampus."

"Ah, bentar juga. Setelahnya, lo pindah lagi ke Aussie?"

"Ya iya. Tanggung juga, satu semester lagi?"

Jennie memajukan bibirnya. Keningnya menekuk dan membayangkan hari dimana ia akan kembali ditinggal oleh Yoongi. Dulu saja ia menangis dan Yoongi tertawa akan itu. Pemuda berkulit pucat bilang, mereka hanya terpaut negara yang berbeda. Katanya, Yoongi tidak mau Jennie menjadi cengeng di kemudian hari ketika pemuda itu tidak di sampingnya.

"Nanti pas lo balik ke Aussie, gue nangis lagi kayaknya," celetuk Jennie.

"Bukannya udah sering nangis juga disini? Ya biarpun bukan soal gue, sih, haha."

"Balva, dih!"

Balva.

Panggilan yang sering Jennie gunakan kala gadis itu merajuk. Yoongi menyeringai, "Lo yang ninggalin gue, lo juga yang bikin gue khawatir. Leave him and learn from it. Nggak gampang, but you've to try, Jen."

INEFFABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang