Chapter 15

212 33 0
                                    

Flashback ke hari penyerangan terhadap Tanya...

Setelah sempat tak sadarkan diri, saat hendak menyelamatkan diri ke balkon lantai tiga, Saya tersadar kembali. Tertatih ia mendaki anak tangga, berharap Tanya aman di atas sana. Namun ia melihat balkon kosong, tidak ada siapapun.

"Tanya... Tanya..." panggil Saya.

"Tolong!!!" Terdengar suara jeritan dari bawah balkon.

Saya mengintip dan terkejut melihat Tanya bergelantungan. Ia segera mengulurkan tangannya.

"Ayo pegang tanganku!"

Ketika Tanya berhasil meraih tangan Saya, tiba-tiba terlintas di pikirannya...

"Kalau dia mati, Maya bisa menggantikannya. Maya bisa tinggal di istana sebagai ratu. Aku tidak terjebak dalam perjodohan yang tak kuinginkan demi mendapat pengakuan ayahku dan bisa menikahi gadis yang kucintai."

Saat itu Tanya sudah hampir berhasil naik. Tinggal satu langkah lagi, ia bisa memeluk pegangan balkon. Namun Saya melepaskan genggaman tangannya.

"Aaa!!!" Jeritan Tanya masih sering terngiang di telinga Saya hingga beberapa minggu pasca tragedi.

Saat itu Saya langsung jatuh terduduk dengan tubuh yang gemetar, ketika menyadari apa yang telah diperbuatnya. Ia menatap tangannya yang gemetar, dinginnya telapak tangan Tanya yang terkena salju masih terasa. Ia merangkak turun dari atas balkon, menuruni anak tangga. Kakinya lemas hingga membuat ia terguling di tangga dan pingsan.

Saat tersadar, ia sudah berada di dalam kamar. Ia berharap yang terjadi barusan hanyalah mimpi. Perasaan takutnya terbagi dalam dua alasan. Pertama, ia takut Tanya meninggal dan itu berarti dirinya kini merupakan seorang pembunuh. Kedua, ia takut kalau Tanya masih hidup dan menuduhnya sengaja melepaskan pegangan tangannya, ia juga akan dicap sebagai pembunuh.

Dan ketika Mubaek mengabarkan bahwa Tanya sudah meninggal, ia menjambak rambutnya sendiri. Namun yang tidak Mubaek lihat karena wajahnya tertutup oleh rambut yang panjang, Saya sedang menyeringai lega.

(Flashback end)
•••

Seseorang yang mengenakan jubah bertudung muncul di belakang Saya.

"Ada perlu apa mencariku?" Tanya Saya, tanpa menoleh ke belakang, ia sudah tahu siapa yang datang.

Asa Ron membuka tudungnya sambil menyeringai.

"Buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya. Kau memang benar-benar putra Tagon."

Saya menoleh, "tidak usah bertele-tele. Sebutkan apa maumu?"

"Aku menawarkan kerjasama. Aku akan membantumu menjadi raja, dan kau akan membantuku kembali menjadi raja."

Saya terkekeh, "untuk apa aku membutuhkan bantuanmu? Ayahku akan mewarisiku tahtanya secara langsung."

"Apa kau yakin dia akan memberikan tahtanya kepada anak hasil diluar nikah bersama budak yang ia perkosa, padahal dia memiliki anak yang sah dalam pernikahan bersama wanita bangsawan? Coba pikir, mengapa sampai sekarang dia tidak memberimu gelar pangeran, apalagi putra mahkota?"

"Karena aku harus menikahi Ratu Hwinsan terlebih dahulu."

Asa Ron menggeleng, "karena dia malu untuk mengakui anak dari budak. Mengapa dia menyembunyikanmu di tempat yang jauh dari istana, padahal dia sendiri merawat anak orang lain di dalam istana, yang ia akui sebagai anak haram dari seorang gadis? Mengapa ia tidak melakukan hal yang sama terhadapmu?"

Asa Ron berjalan mendekati Saya dengan perlahan.

"Kalaupun dia memberimu gelar pangeran setelah kau menikahi Ratu Hwinsan, kau belum tentu mewarisi tahtanya. Di Arthdal memang perempuan tidak pernah menduduki jabatan tertinggi seperti di Hwinsan, tetapi kita tidak tahu apa yang terjadi di masa depan. Dan dari informasi yang kudengar..."

Benetbeot [AC FF - IDN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang