Dua orang balita perempuan yang berwajah mirip sedang mengejar-ngejar seekor kupu-kupu yang bersayap warna-warni di tengah taman istana. Tak jauh dari sana, dua orang wanita yang juga berwajah mirip sedang duduk-duduk di gazebo mini, bersama seorang bocah laki-laki yang sedang disuapi bubur kacang merah oleh pengasuh.
"Aku pikir kau hanya asal bicara saat kau bilang bahwa aku dan Yangcha akan punya banyak anak," kata Tanya sambil mengelus perutnya mulai tampak menonjol.
"Ramalanku tidak pernah salah, Kak," kata Maya sambil terkekeh.
"Bukannya aku tidak bersyukur memiliki anak yang banyak, tapi setidaknya biarkan aku beristirahat. Aku ingin menunda setidaknya dua sampai tiga tahun setelah melahirkan Asa Hoon. Tetapi anak itu baru bisa merangkak, adiknya sudah hadir di rahimku. Padahal aku sudah minum jamu untuk menunda kehamilan dengan rutin."
Maya bertepuk tangan, "salut untuk Yangcha."
"Apa-apaan," Tanya mendengus kesal, tetapi bibirnya tersenyum.
Namun di balik senyumnya, kesedihan terpancar dari mata Tanya yang sedang menatap wajah adiknya.
"Apa kau benar-benar akan pergi hari ini?"
Maya hanya tersenyum tipis. Awan tebal yang menutupi matahari mulai bergeser. Sinarnya menerpa tubuh Maya yang membelakanginya.
"Jangan pergi..."
"Maaf, tetapi aku harus pergi."
Sinar mentari makin menyilaukan, namun Tanya tetap memandang wajah adiknya sepuas-puasnya sebelum mereka akan berpisah.
"Aku akan sangat merindukanmu."
Pengasuh menyeka mulut putra Tanya yang belepotan bubur. Anak itu menguap dan mulai merengek. Tangan mungilnya mengucek-ngucek matanya.
"Hoon mengantuk? Sini, Ibu gendong," kata Tanya sambil merentangkan kedua lengannya.
Bocah lelaki yang baru mulai lancar berjalan itu turun dari kursinya. Dengan langkah yang masih kurang seimbang, ia berjalan menyongsong ibunya. Namun tiba-tiba ia berbelok dan memeluk kaki Maya. Maya terbahak, sementara Tanya berkacak pinggang.
"Lihatlah, anak-anakku begitu bergantung kepadamu. Nanti malam Rin dan Ran pasti tidak akan bisa tidur tanpamu. Apa kau yakin, mau pergi dari sini?"
Maya hanya tersenyum sambil menggendong Hoon, menepuk-nepuk punggung anak itu. Setelah terlelap, pengasuh mengambil Hoon dari pelukan Maya untuk dibawa ke kamarnya.
"Aku juga masih membutuhkanmu..." Tanya bergumam sedih.
"Aku akan datang jika kau memanggilku. Kita juga bisa berkomunikasi lewat telepati."
"Tidak bisakah kau tinggal di istana saja?"
"Maaf, tapi aku merasa tidak cocok tinggal di istana. Aku ingin hidup sederhana di desa. Tinggal di rumah yang mungil bersama keluarga kecilku."
"Ayah!!!" Dua anak perempuan di taman berlari menyongsong Yangcha yang baru datang bersama Mugwang. Yangcha berjongkok dan memeluk kedua putrinya.
"Rin dan Ran bermain dengan akur hari ini, kan?" Tanya Yangcha.
Rin, yang lahir lebih dulu mengangguk. Namun Ran, adiknya menggeleng. Yangcha menaikkan alisnya.
"Rin mencubitku karena mengganggunya yang mau menangkap kupu-kupu," lapor Ran.
Yangcha memicingkan matanya kepada putri tertuanya yang hanya tertunduk.
"Apa yang Ayah dan Ibu selalu bilang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Benetbeot [AC FF - IDN] ✔
RomanceRated 19+ Tanya diserang oleh pembunuh misterius. Tiba-tiba seorang gadis yang wajahnya mirip dengan Tanya muncul dan berpura-pura menjadi dirinya. Yangcha terpaksa berpura-pura tidak tahu, sembari mencari siapa pelaku sesungguhnya yang telah menyer...