Chapter 17

202 29 0
                                    

Ketika Yangcha sampai di istana Arthdal, dia sudah terlambat. Raja Tagon dan Permaisuri Taealha, beserta putri balita mereka telah tewas. Seorang gadis dengan kepala terpenggal, diduga merupakan pelakunya. Sementara Pangeran Saya sedang dirawat karena terluka.

Yangcha mencari-cari kakaknya, Mubaek, namun tidak menemukannya.

~~~

Maya terkesiap saat terbangun dari tidurnya, dengan kondisi tangan lembap karena digenggam oleh Mugwang selama berjam-jam.

"Maya, apa kau baik-baik saja?" Tanya Mugwang.

Maya segera bangkit dan memaksa untuk keluar meski dilarang oleh Mugwang.

"Aku harus menemui Tuan Saya. Aku harus mencegahnya melakukan sesuatu yang akan ia sesali seumur hidup."

"Pangeran Saya sedang dirawat di Arthdal karena terluka parah."

Maya terbelalak, "a... apa?" Ia mengira mungkin Yangcha yang melukainya.

"Ada serangan di istana Arthdal. Raja Tagon tewas bersama anak dan istrinya."

"Tidaaakkk!!!" Tiba-tiba Maya menjerit kencang, mengagetkan Mugwang.

Ia mendorong Mugwang yang tetap melarangnya untuk pergi. Ia berlari menyusuri koridor menuju luar istana, mengambil kuda dan memacunya menuju istana Arthdal.

~~~

"Maya?" Saya terkejut saat melihat kekasihnya berdiri di depan pintu kamar tempat ia dirawat.

Maya melangkah menghampirinya, berdiri di sisi ranjangnya dengan ekspresi wajah penuh kekecewaan.

"Mengapa kau melakukannya?"

"Apa?"

"Mengapa kau membunuh mereka?"

Saya bangkit perlahan sambil memegang luka di perut yang telah terbalut, "aku tidak mengerti maksudmu."

"Bukankah kau menyayangi ayahmu? Bukankah kau ingin mendapatkan kasih sayang darinya? Kita hanya tinggal menikah saja agar kau mendapatkan segala yang kau inginkan, bukan? Mengapa kau malah membunuhnya?"

Mata Saya terbelalak lebar, terkejut, "bu... bukan aku yang membunuhnya. Seorang gadis menyusup..."

"Aku melihatnya... Aku melihat semuanya. Setiap kali kita bersentuhan, aku melihat tanganmu yang berlumuran darah. Aku melihat semua perbuatanmu hari ini."

Saya mulai gemetar. Dari semua orang, yang paling dia takuti tahu akan apa yang telah dia perbuat, adalah Maya.

"Aku... aku terpaksa melakukannya. Seseorang mengancamku. Tidak hanya aku, tetapi dia juga hendak membahayakan dirimu."

"Apa yang kau sembunyikan hingga kau merasa terancam?"

Saya terdiam.

"Karena sebelumnya kau telah membunuh Ratu Tanya?"

Kedua tangan Saya mencengkeram erat selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.

"Kau melakukan kejahatan untuk menutupi kejahatanmu sebelumnya. Aku sungguh tak menyangka, kupikir kau adalah orang yang baik. Aku menyesal..."

"Aku melakukan semua itu demi dirimu! Aku ingin melindungimu. Aku ingin membahagiakanmu. Kau bilang selalu bermimpi menjadi ratu, dan aku telah mengabulkan impianmu."

"Karena itulah, aku menjadi lebih menyesal. Gara-gara aku..." mata Maya yang berkaca-kaca mulai meneteskan air mata, "gara-gara aku, pria baik sepertimu berubah menjadi iblis."

"Maya..."

"Kita hanya ingin bersama, hanya itu yang kita inginkan. Tetapi kau merusak segalanya. Seharusnya kita tidak pernah bertemu."

Benetbeot [AC FF - IDN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang