Chapter 9

224 33 1
                                    

Setiap malam Maya duduk di depan rumah menanti kepulangan Saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap malam Maya duduk di depan rumah menanti kepulangan Saya. Sudah sebulan sejak pria itu pergi, Maya masih belum mendapatkan kabar apapun darinya.

Mugwang menatap Maya dari kejauhan sambil menghela napas panjang. Ia mengepalkan tangannya. Ia tak bisa menahan kekesalannya lebih lama lagi.

"Berhentilah menunggunya."

Maya menoleh dan menatap Mugwang heran.

"Dia tidak akan kembali."

"Aku tidak mengerti maksudmu."

"Kak Mubaek berkata kepadaku, bahwa Tuan Saya akan menikah dengan Ratu Hwinsan."

Maya bangkit berdiri, "apa?"

"Misi dari Tagon Niruha untuk Tuan Saya adalah menikahi Ratu Hwinsan. Apakah kau masih belum mengerti maksudku? Dia tidak akan kembali ke sini lagi. Dia tidak akan mengajakmu ke istana. Dia telah meninggalkanmu."

Maya menggeleng, tidak ingin mempercayai perkataan Mugwang.

"Tidak, Tuan Saya pasti akan kembali kepadaku. Dia mencintaiku. Kami saling mencintai..."

Mugwang meremas bahu Maya, "Sadarlah! Perbedaan status kalian terlalu jauh. Jurang yang memisahkan kalian terlalu lebar dan dalam. Tuan Saya telah menunggu sekian lama untuk bisa diakui oleh ayahnya. Ia tidak mungkin membuang kesempatan besar ini hanya untuk seorang pelayan sepertimu."

"Aku melihatnya... Ketika pertama kali aku bertemu dengan kalian, aku sudah bisa melihatnya. Aku melihat masa depan dia bersamaku. Ia duduk di tahta dan semua orang berlutut di hadapannya. Dan ada aku di sana, memerintah negeri ini bersamanya. Aku bisa melihat masa depan kami. Aku, seorang pelayan rendahan, akan menjadi seorang ratu."

Mugwang terperangah, "Itukah sebabnya dulu kau bersikeras untuk tinggal bersama kami? Wah... luar biasa... Kau tahu dia adalah seorang anak raja. Kau memperalatnya. Kau merayunya. Hanya agar kau bisa mendapatkan hidup yang lebih layak. Kupikir kau seorang gadis yang lugu. Aku tak menyangka kau serendah itu. Kau tak lebih dari seorang pelacur."

Maya menampar Mugwang dengan keras dan ia berlari ke hutan sambil menangis. Mugwang memejamkan kedua matanya, mengutuki dirinya sendiri yang telah berkata begitu kasar kepada Maya.

Sementara itu, tanpa Maya sadari, sebuah sosok mengikutinya dari belakang.

~~~

Tanya membuka pintu kamarnya dengan kasar. Ia melepaskan semua perhiasan yang ia kenakan dan melempar-lemparkannya. Dengan gemetar tangannya menyentuh pipinya yang ditampar oleh Tagon untuk yang pertama kalinya. Bibirnya bergetar menahan tangis yang hendak menyembur keluar.

Ia sudah menduga bahwa suatu hari nanti ia akan disingkirkan oleh Tagon jika Tagon sudah tidak memerlukannya lagi. Tetapi mendengar sendiri dari mulut Tagon bahwa ia akan disingkirkan, ternyata membuat hatinya terasa lebih sakit.

Benetbeot [AC FF - IDN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang