Ketika membuka kedua matanya, Maya telah berada di dalam sebuah kamar. Bukan kamar Tanya di Hwinsan. Ia merasakan tangan kanannya terasa lembab. Ia melirik kepada Saya yang tertidur di sisi ranjangnya sambil menggenggam tangannya.
"Pemandangan mengerikan apa yang kulihat tadi? Apa maksud semua itu? Dan mengapa aku melihat tangan Saya berlumuran darah?"
Maya menyentuh tangan Saya dengan pelan, namun gerakan itu membuat Saya tersentak bangun.
"Maya, apakah kau baik-baik saja?" Tanya Saya dengan cemas.
Maya mengangguk pelan.
"Tadi kau kenapa? Tiba-tiba menjerit dan pingsan. Tabib Arthdal telah memeriksamu, tapi katanya kondisimu baik-baik saja."
"Karena aku memang baik-baik saja."
"Lalu mengapa tadi..."
Maya berpikir, apakah sebaiknya ia menceritakan apa yang ia lihat tadi atau tidak? Tetapi ia memutuskan untuk menyimpannya dalam hati.
"Aku juga tidak tahu."
Maya bangkit dari tempat tidur, dibantu oleh Saya.
"Ayo kita pulang ke Hwinsan," ajak Maya.
Saya memegang bahu Maya, hendak memapahnya, namun Maya melepaskan tangan itu.
"Aku sudah tidak apa-apa."
Saya memandang punggung Maya yang menjauh dan menghilang di balik pintu. Ia mengangkat kedua tangannya, memandangnya dengan perasaan aneh.
~~~
Di dalam kamar Tanya, Maya masih merenung, memikirkan penglihatannya tadi. Yangcha menghampirinya, menyerahkan kertas.
'Sepertinya tadi kau kesurupan.'
"Kesurupan?"
'Tanya sering mengalaminya. Tiba-tiba menjerit, menangis, tertawa.'
"Tidak. Kurasa aku tidak sedang kesurupan. Aku melihat hal-hal aneh."
'Kalau begitu, mungkin kau sedang mendapat melihat masa lalu mereka. Tanya bisa melihat masa lalu seseorang.'
"Kurasa yang kulihat bukan masa lalu. Sebenarnya aku bisa melihat masa depan seseorang."
Yangcha mengangat alisnya. "Menarik. Kakaknya bisa melihat masa lalu, sedangkan adiknya bisa melihat masa depan."
'Jadi apa yang kau lihat?'
Maya melirik Yangcha, "Rahasia."
Yangcha melengos tak peduli.
"Yangcha," panggil Maya.
Yangcha menoleh.
"Antarkan aku ke Kuil Agung."
~~~
Di depan api yang tak pernah padam, Maya berdiri. Ia pernah melihat Tanya menari di depan api ini beberapa kali di dalam mimpinya. Ia pun hendak mencobanya.
Maya berhenti di tengah langkah, "ah, salah, sepertinya bukan seperti ini gerakannya."
Ia pun memulai lagi. Kali ini ia melakukannya dengan benar. Yangcha memperhatikan Maya sambil bersedekap. Tarian Maya mengingatkannya pada tarian yang pertama kali dibawakan oleh Tanya, gerakan lembut yang menerbangkan kupu-kupu di dalam perut Yangcha untuk pertama kalinya. Ia merindukan Tanya. Apakah kekasihnya itu sudah sadar? Chaeeun belum memberikan kabar.
Maya berlutut setelah menyelesaikan tariannya, cukup lama hingga lututnya sakit, namun ia tidak mendapatkan respon apapun.
"Entah gerakan tarianku yang salah, atau karena aku Tanya palsu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Benetbeot [AC FF - IDN] ✔
RomanceRated 19+ Tanya diserang oleh pembunuh misterius. Tiba-tiba seorang gadis yang wajahnya mirip dengan Tanya muncul dan berpura-pura menjadi dirinya. Yangcha terpaksa berpura-pura tidak tahu, sembari mencari siapa pelaku sesungguhnya yang telah menyer...