Author Note:
Lagu di atas adalah lagu yang membuat saya terinspirasi dalam mengembangkan plot cerita ini. Tapi percayalah ... saya nggak plagiat 😊.*
"Loading data ...."
"Restoring data completed ...."
"Activating Android I5/s4.e|3 ...."
"Heart's program activated ...."
Aku mengerjapkan mataku berkali-kali. Jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Belum terlalu lama sejak aku nonaktif. Aku memandang sekitarku, menemukan wajah Professor tepan di depan tabung kaca tempatku berada.
Wajah yang terlihat lebih tua dari usianya yang baru kepala empat. Wajah yang terlihat lelah karena mengurus berbagai hal di dalam dan di luar laboratorium, termasuk membuatku bisa melihat dunia.
Dia ... sudah seperti ayah bagiku. Lebih penting daripada siapapun.
"Professor ...," ucapku lirih seraya berjalan mendekatinya. Dalam jarak sedekat ini, aku bsia melihat setitik air tergenang di pelupuk matanya.
"Iya, bagaimana Isabelle?" tanyanya mencoba mengalihkan pikiranku. Aku tidak menjawab, hanya memeluk tubuh Professor dengan sangat erat. Melepaskan seluruh keinginan yang entah kenapa tiba-tiba menyergap kepalaku.
"Terima kasih, Professor. Terima kasih," ucapku secara berulang-ulang. Entah kenapa kalimat itu membuatku merasa lebih lega setelah mengucapkannya. Professor mengusap punggungku beberapa kali. Perlahan, aku mulai menyadari ... ada air yang mengalir dengan tenang di puncak kepalaku.
*
Aku merebahkan tubuhku di atas sofa, posisi favoritku. Seharian ini, aku masih saja memikirkan bagamana heart bekerja, mengendalikan sebagian besar sistem gerakku.
"Professor, apa kau bisa menjelaskannya sekarang?" tanyaku penasaran. Pasalnya, seharian ini aku terus menanyakan hal itu, tetapi jawabannya nihil. Itulah yang lama-lama membuatku merasa aneh. Seakan aku ingin membanting apapun yang ada di dekatku.
"Kau kesal ya?" tanya Professor, alih-alih menjawab pertanyaanku. Aku menatapnya heran. Apa yang dia bicarakan?
"Kau pasti kesal karena aku tidak menjawab pertanyaanmu itu kan? Itulah salah satu kerja heart," jelasnya. Sebenarnya, aku tidak bisa menyebutnya penjelasan karena menurutku itu sama sekali tidak memberikan pengertian apapun.
Professor berjalan mendekat lalu mengacak rambut panjangku. "Kau pasti akan segera mengerti," ucapnya. Aku benar-benar bingung. Apa sulitnya menjelaskan program yang dia rancang sendiri?
*
Aku berjalan menuju sekolah. Hari ini heart bekerja tidak seaneh sebelumnya. Aku hanya merasakan sesuatu yang berbeda. Perasaan, begitulah Professor menyebutnya.
Baiklah, sekarang aku akan menjelaskan bagaimana heart bekerja hari ini. Dia membuat sudut bibirku sedikit terangkat. Aku selalu ingin menyapa setiap orang yang kutemui. Singkatnya, aku merasa menjadi mirip dengan Kayla.
"Selamat pagi semua!" sapaku riang ketika memasuki kelas. Kayla, Ray, dan juga Sean menatapku penuh keheranan. Sementara yang lain tampak tidak terlalu peduli.
"Hei, Isabelle. Ada apa denganmu?" tanya Ray heran. "Apa kau sakit?" Laki-laki itu mencoba untuk meraba dahiku, seperti dokter yang sedang memeriksa pasiennya yang demam.
"Aku tidak apa-apa. Tenang saja," ucapku menenangkan. Namun, hawa-hawa bingung masih saja hinggap di wajah mereka. Oh, apa aku benar-benar seaneh itu hari ini?
"Isabelle, kau jujur saja pada kami," pinta Kayla. Wajahnya menampakkan sedikit kekhawatiran. Sean hanya mengangguk setuju.
"Oh, tidak ada hal spesial. Hanya saja, aku senang karena Professor berhasil menyesaikan proyek terbesarnya," jelasku. Mereka serempak mengangguk paham.
"Oh, jadi begitu ya? Ayahmu memang hebat," puji Kayla. Sudah kuduga mereka tidak mengerti apa yang aku maksud. Ah, sudahlah. Besok mereka pasti mengerti.
"Tapi, bukankah itu sedikit aneh? Selama ini, Isabelle seolah tidak punya emosi sama sekali. Aku tidak pernah melihatnya tertawa, atau hanya sekedar tersenyum selama ini," ungkap Sean. Oh, kenapa aku baru sadar jika anak ini terlalu jujur terhadap apa yang ia pikirkan? "Kalian tahu, awalnya aku pikir dia itu robot android. Tapi ternyata salah."
"Tebakan yang tepat, Sean. Kau sangat genius," pikirku.
"Kamu pasti terlalu banyak menonton film fiksi ilmiah." Ray tertawa kecil mendengar ungkapan yang sangat jujur dari salah satu teman dekatnya.
"Astaga, Sean. Kupikir kau mengerti tentang perasaan gadis. Mungkin saja selama ini Isabelle khawatir pada ayahnya yang terlalu memaksakan diri bekerja hingga tidak bisa tersenyum pada kita." Kayla menambahkan. Tebakan yang sebenarnya sangat jauh dari kenyataan.
"Apa itu berarti ... permintaanku terkabul? Aku berharap Isabelle mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan apa yang ia harapkan sudah menjadi kenyataan!" Kayla berseru heboh seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru.
Sean hanya berdecak kesal. Lalu berlalu meninggalkan teman kecilnya yang mulai tenggelam dalam fantasi. Sementara Ray langsung memasang headphone yang kebetulan dibawanya untuk menghindar dari ocehan Kayla yang mulai absurd. Aku hanya tersenyum kecil memandangi mereka yang terlihat saling menjauhi satu sama lain. Kurasa, nanti pasti mereka akan kembali berbaikan.
Oh, iya aku mulai menyadari satu hal. Mungkin inilah yang dimaksud "mengubah hidupmu" oleh Billy kemarin di laboratorium. Perlahan, aku mulai merasakan apa yang sering disebut sebagai kebahagiaan.
Rasanya, aku mulai mengerti cara kerja heart.
*
Jangan lupa vote dan comment ya 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Mechanical Heart
Science FictionTahun 2043, kemajuan teknologi berkembang pesat di seluruh penjuru dunia. Menyusul perubahan iklim dunia yang semakin tak dapat dikendalikan hingga menenggelamkan sebagian besar pulau kecil di dunia. Manusia berbondong-bondong menciptakan suatu ino...