1 - Isabelle

331 42 7
                                    

09:30, Krypton Academy.

"Siapa yang bisa mengerjakan soal ini?!" tanya Miss Chelsea setengah berteriak ketika baru saja selesai menulis soal kimia di papan tulis. Seisi kelas hanya bisa diam membisu. Wajar saja, itu bukan soal yang mudah, bahkan untuk seorang mahasiswa perguruan tinggi.

Nampaknya Miss Chelsea benar-benar berniat membuat seluruh penghuni kelas ini mati kutu. Bukan tanpa alasan. Miss Chelsea hanya marah karena para siswa di kelas ini ribut sesaat sebelum dirinya memasuki kelas. Setidaknya itulah data yang kuapatkan dari hasil scan.

Yah, manusia memang aneh ya.

"Jika tidak ada yang maju mengerjakan ini, saya akan laporkan kalian semua ke kepala sekolah," ancam Miss Chelsea ketika tidak mendapat respons sama sekali dari kami semua.

"Miss Chelsea pasti sudah benar-benar gila. Tidak mungkin siswa kelas satu SMA bisa mengerjakan soal itu," gerutu Ray yang berada di samping kananku.

"Isabelle, kau saja yang kerjakan," bisik Sean yang kebetulan berada di depan. "Professor pasti sudah mengajarimu kan?" tanyanya memastikan. Bisa kupastikan jika dia sedang cemas setelah ku-scan.

"Itu benar, Isabelle. Kau adalah satu-satunya harapan dari kelas ini," ucap Kayla dengan wajah penuh harap. Aku semakin bingung. Kenapa manusia begitu aneh?

Namun, aku hanya mengiyakan lalu maju ke depan untuk mengerjakan soal itu. Seluruh rumus dari berbagai macam bidang ilmu pengetahuan sudah tersedia di basis dataku. Jadi, soal itu menjadi sama sekali tidak sulit.

"Sudah," ucapku singkat lalu kembali ke tempat dudukku. Seisi kelas hanya bisa ternganga melihat rangkaian angka dan simbol yang tertulis pada papan tulis virtual di depan kelas, termasuk Miss Chelsea. Aku tidak terlalu mempedulikan tatapan mereka padaku dan memilih untuk membuka pc tablet yang diletakkan begitu saja di atas meja.

Saat ini, jangan pernah berharap kalian bisa menemukan kertas digunakan di sekolah dan kantor-kantor pemerintahan. Konservasi hutan dilakukan secara ketat sejak tahun 2030. Tidak boleh ada lagi penebangan pohon. 60% hutan hujan yang tersisa harus dijaga dengan sebaik mungkin demi kehidupan mendatang. Paru-paru dunia tidak boleh dirusak hanya karena kepentingan remeh yang bisa digantikan dengan teknologi.

Sejak saat itu, produksi kertas di seluruh dunia resmi dihentikan. Pembuatannya hanya terbatas pada hal-hal tertenti saja. Karena itu, sekolah menggunakan pc tablet sebagai alternatif dalam kegiatan belajar. Tidak ada lagi peraturan yang melarang para siswa untuk membawa peralatan elektronik ke sekolah.

Oh, ya. Jika kalian sangat ingin melihat kertas, maka kertas daur ulang mungkin satu-satunya cara untuk memuaskan keinginan kalian di tahun 2044 ini.

"Wow, kurasa Miss Chelsea sudah lupa jika kita sekelas dengan anak dari Professor Johanson," gumam salah satu dari mereka dengan suara yang tak bisa didengar manusia normal. Aku hanya diam.

Sejujurnya, aku ingin membenarkan ucapan laki-laki itu karena aku bukanlah anak, tetapi penemuan dari Professor Johanson. Tetapi aku ingat jika itu adalah sesuatu yang sangat dilarang. Yah, bisa dikatakan jika tidak ada yang mengetahui identitasku yang sebenarnya selain orang-orang di laboratorium, dan tentu saja Tuhan Yang Maha Mengetahui.

Sementara itu, Miss Chelsea masih saja ternganga melihat hasil jawaban tang tertulis di papan virtual itu. Tidak menyangka jika jebakan yang dia lepaskan justru berakhir dengan mempermalukan dirinya sendiri.

Tak tahan berlama-lama di dalam kelas dengan berbagai komentar dari seisi kelas yang seolah dapat ia dengar, Miss Chelsea segera beranjak keluar dari ruangan dengan hasil scan yang menunjukkan hasil yang begitu aneh sehingga tidak bisa kusimpulkan.

Seluruh penghuni kelas memperhatikan Miss Chelsea yang berjalan cepat menuju ruang guru dalam diam hingga yang diperhatikan benar-benar tidak terlihat lagi. Sepersekian detik kemudian, mereka semua bersorak senang secara bersamaan. Meskipun beberapa di antara mereka menampakkan raut wajah resah jika seandainya Miss Chelsea melaporkan kami ke Kepala Sekolah.

Sekali lagi, manusia memang aneh, ya.

Meskipun informasi dalam basis dataku sangat lengkap, masih ada satu hal yang selalu membuatku bingung. Ya, itu adalah emosi. Manusia memang begitu aneh. Terkadang sudut bibir mereka terangkat. Kadang butiran air keluar dari pelupuk mata mereka. Kadang mereka menunjukkan sorot mata yang begitu tajam. Tak jarang juga mereka gemetar karena sebuah hal yang mereka sebut "mengerikan."

Menurut hasil scan yang kudapat, itu terjadi karena beberapa bagian dalam otak mereka yang bekerja memberikan perintah kepada anggota tubuh yang lain. Professor sendiri berkata jika itu adalah suatu bentuk emosi.

Aku berkali-kali meminta Professor agar memasukkan info lengkap tentang emosi yang ia maksud. Tetapi, dia selalu berkata "kau akan segera mengerti." Ketika kalimat itu terlontar, aku tidak punya pilihan lain selain diam.

Selama aku menunggu, aku akan selalu berkata jika manusia itu aneh.

*

Jangan lupa vote dan comment ya 😊

[END] Mechanical HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang