"Kita semua tahu jika sejak tahun 2025, perkembangan teknologi sudah tidak bisa dibendung lagi. Sebagian bersukacita dengan hal itu. Namun, tidak sedikit juga yang menentang hal tersebut. Bagi mereka, menggentubgkan hidup pada teknologi sama sekali tidak ada artinya. Hambar, bagai sayur tanpa garam.
"Termasuk pembangunan sekolah kita ini. Banyak yang tidak setuju jika pemerintah mengganti pemukiman padat penduduk di kota ini demi mendirikan sekolah dengan sistem pendidikan nomor satu di dunia. Mereka melakukan berbagai cara demi menggagalkan kebijakan pemerintah.
"Aku masih ingat pada cerita ayahku. 10 Juni 2027 — saat itu kita belum lahir, mereka mengadakan demonstrasi hingga terjadi kerusuhan di kota ini. Aparat tidak tahu bagaimana harus menghadapinya dan memilih untuk angkat tangan. Para warga membakar apapun yang ada di jalan. Membuat jalur lalu lintas tersendat.
"Memang bukan itu masalah terbesarnya. Tetapi ketika para demonstran membakar sebuah mobil polisi di tengah udara yang berdebu. Hasilnya, kalian pasti tahu sendiri. Api menyulut partikel debu yang mudah terbakar dan menjalar ke sekitarnya, sehingga terciptalah sebuah ledakan hebat.
"Tidak ada yang bisa disalahkan karena terjadinya ledakan yang menewaskan hampir dua puluh orang, delapan belas di antaranya adalah demonstran. Namun, sebagian besar warga tetap menyalahkan pemerintah daerah atas kebijakannya. Karena itulah, sekarang ini, kota kita tidak sepadat kota tetangga karena mereka yang menentang pemerintah memilih pindah ke luar kota.
"Sejak peristiwa itu, warga kota ini percaya jika arwah korban tewas dalam kejadian itu bergentayangan di tempat ini, di sekolah kita. Karena itulah, pihak sekolah melarang ada kegiatan klub atau semacamnya setelah matahari terbenam. Itu karena mereka percaya jika para arwah gentayangan akan marah jika ada keributan di malam hari.
"Apa kalian pernah mendengar insiden setahun lalu? Saat itu, sebuah ledakan terjadi pada tanggal yang sama saat terjadinya tragedi besar — tanggal 10 Juni — yang menurut kepolisian terjadi karena hubungan pendek arus listrik, yang terkesan tidak masuk akal di dunia yang serba modern seperti saat ini.
"Karena itulah, seluruh warga sekolah percaya jika insiden tersebut disebabkan oleh para penghuni sekolah yang masih menyimpan dendam pada sekolah ini. Dan harus kalian tahu, hari ini juga tanggal 10 Juni, itu artinya mereka akan kembali hari ini."
Sorot mata Sean saat bercerita tadi benar-benar serius. Ekspresinya menunjukkan jika dia sangat menghayati cerita yang sedang dibawakannya. Membuat raut wajah Kayla yang berada tepat di depannya sedikit berubah.
"S-Sean .... Kau ... kau serius, kan?" tanya Kayla sedikit tergagap. Yang ditanyai hanya menyeringai ganjil lalu mematikan lampu senter yang ia gunakan untuk menerangi wajahnya. Jika ada kontes bercerita horror, mungkin aku akan memberikan predikat juara pertama pada Sean.
"Kayla ...." Laki-laki itu berbicara denfan sedikit efek khas sehingga terdengar mengerikan. Lampu senter yang sempat diturunkannya kembali menerangi sebagian wajahnya. "Tentu saja, Kayla ...."
Kayla menelan ludah. Menatap ngeri ke arah teman kecilnya. Lidahnya kelu sehingga tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. "Tentu saja, Kayla .... Aku ...." tampaknya Sean sengaja tidak melanjutkan kata-katanya. "Aku hanya bercanda!" serunya.
Kayla yang sukses ia jebak pun hanya bisa berteriak marah. Dia melemparkan sebelah sepatunya hingga tepat mengenai sasarannya. "Awas kau, Sean sialan!"
"Tidak! Bukan begitu, Kayla. Aku serius soal tragedi 10 Juni. Itu bukan rekayasa. Hanya soal hantu itu saja yang kukarang sendiri," jelasnya sambil berlarian menghindari lemparan selanjutnya dari Kayla. Yah, itu salahnya sendiri karena menceritakan kisah seram pada saat sekolah masih sepi seperti ini. Kami sepertinya datang terlalu pagi hari ini, sehingga Sean mengusulkan agar kami mendengar ceritanya untuk mengusir kejenuhan.
Tapi kurasa, itu masuk akal juga. Sean menjelaskan semuanya secara detail, termasuk proses terjadinya ledakan. Hal itu mungkin saja terjadi di dunia nyata. Hanya saja soal hantunya ....
"Kalau kau penasaran akan benar tidaknya cerita itu, bukankah kau bisa mencaritahu sendiri?" tanya Ray seolah bisa mendengar apa yang sedang kupikirkan.
"Aku tidak berminat," jawabku singkat sambil tersenyum kecil. Ray hanya mengedikkan bahu. 'Siapa tahu kau penasaran?' Mungkin itulah yang ingin dia katakan.
*
Bel pulang sekolah berbunyi. Seluruh siswa bergegas pulang, termasuk Kayla yang masih saja teringat cerita seram Sean dan tidak ingin bertemu hantu dalam cerita itu. Dia bahkan sudah berlari keluar kelas sebelum yang lain. Benar-benar aneh.
"Astaga, pc tabletku tertinggal di kelas!" seruku panik. Kayla yang sudah menyeret tanganku hingga gerbang sekolah menatapku horror.
"Kenapa kau tidak mengataknnya sejak awal?! Ya sudah cepat ya. Matahari hampir terbenam," kata Kayla tanpa jeda sedikit pun. Aku berdecak kesal. Semua ini gara-gara Sean.
"Ya sudah, tinggalkan aku. Aku bisa pulang sendirian!" seruku sambil berlari kembali ke ruang loker. Setalh sampai, aku kembali memelankan jalanku.
Sebenarnya, aku sama sekali tidak meninggalkan apa pun. Karena walaupun pc tabletku tertinggal, aku tidak terlalu memmerkukannya. Aku hanya sedang mencoba saran Ray, memeriksanya sendiri.
Suasana hening di sekitar ruang loker menimbulkan suasana horror tersendiri. Udara yang mendadak turun menjadi 26°C turut membuat suasana menjadi lebih mengerikan. Suara-suara langkah kaki mulai terdengar.
Aku mencoba untuk terus berjalan menyusuri ruang loker. Demi mencari kebenaran agar Kayla tidak paranoid lagi. Aku melakukan ini juga karena kasihan melihat gadis itu yang tidak fokus selama pelajaran.
Tiba-tiba, aku merasa sedikit aneh. Heart bekerja berbeda dari biasanya. Puncaknya ketika sebuah tangan terasa memegangi bahuku, tangan yang begitu dingin.
Sebuah aliran voltase listrik terasa menjalar ke seluruh tubuhku.
"KYAA ...!!"
*
Author's note :
Ichi dapet ide buat "ledakan yang disebabkan debu yang terkena percikan api" itu dari Detective Conan live action movie 4. Jadi untuk penjelasan lebih detailnya, silahkan cari sendiri (maklumlah, Ichi masih newbie di genre sci-fi 😂).
Jangan lupa vote dan comment ya 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Mechanical Heart
Science FictionTahun 2043, kemajuan teknologi berkembang pesat di seluruh penjuru dunia. Menyusul perubahan iklim dunia yang semakin tak dapat dikendalikan hingga menenggelamkan sebagian besar pulau kecil di dunia. Manusia berbondong-bondong menciptakan suatu ino...