Hyerin sampai di rumah pada pukul setengah delapan malam. Setelah makan es krim sore tadi, Taehyung mengajaknya menonton acara tari balet.
"Gomawo, oppa." ucapnya setelah turun dari mobil Taehyung.
"Ibu mu sudah pulang?" tanya Taehyung.
Hyerin melirik jam di ponselnya, namun ada sesuatu yang menjadi fokusnya kali ini. Ada 11 panggilan tak terjawab, dan 17 pesan masuk. Itu semua dari Jimin, Hyerin sengaja mengubah ponselnya menjadi mode silent. Saat itu juga rasa bersalah langsung menyerangnya.
"Hyerin-ssi?" Panggil Taehyung, membuat Hyerin mengalihkan atensinya kepada lelaki itu.
"Bagaimana? Apa ibu mu sudah pulang?" Taehyung mengulang pertanyaannya barusan.
Kini Hyerin benar-benar melirik jam di ponselnya, "Belum, hari ini Eomma lembur."
"Kau tak apa di rumah sendirian?"
"Tidak apa-apa."
"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu." pamit Taehyung, kemudian lelaki itu menjalankan mobilnya setelah mendapat anggukan dari Hyerin.
Hyerin memasuki rumahnya, lalu berjalan menaiki anak tangga untuk sampai di lantai dua. Gadis itu membaringkan tubuhnya di kasur, ada sesuatu yang mengganggu fikirannya.
Park Jimin.
Ia tidak bisa terus menerus seperti ini, bukannya kemarin-kemarin ia mencari Jimin? Namun ketika Jimin sudah kembali kenapa ia harus menghindar? Seharusnya ia tidak melakukan itu.
Kali ini, ia merindukan lelaki imut itu.
Oppa, mianhae. Aku merindukan mu malam ini, bisakah kita bertemu?
Hyerin terlalu larut dengan fikirannya hingga gadis itu pun terlelap menyelam alam mimpi.
🐣🐣🐣
Pukul 23.59
Gadis itu terbangun karna merasa haus. Ia pun bergegas turun dari kamarnya dan pergi ke dapur untuk minum.
Saat ia kembali ke kamar, matanya menangkap siluet seseorang di jendela kamarnya. Gelagatnya sangat mencurigakan, seketika rasa takut langsung menyerang gadis itu.
Hyerin takut hantu.
Dengan cepat Hyerin naik ke atas kasur lalu memeluk gulingnya, namun suara dering ponsel membuat gadis itu meraih ponsel tersebut dan saat itu juga ia merasa jantungnya turun ke perut.
Jimin menelfonnya.
Tepat sekali, apakah lelaki itu akan menjadi pahlawannya disaat ia sedang ketakutan kali ini?
Tanpa fikir panjang, Hyerin langsung menekan tombol hijau untuk menerima panggilan.
"Oppa, tolong aku---"
"Buka jendela kamar mu." ucap Jimin di sebrang sana.
Eh? Apa Jimin sengaja agar hantu itu masuk ke kamarnya? Yang benar saja.
"Tapi, aku takut." cicitnya.
"Tidak usah takut, ini aku."
Saat itu juga Hyerin mengalihkan pandangannya, siluet tersebut sedang melambaikan tangan, lalu memberi isyarat kepadanya untuk segera membukakan jendela.
Hyerin pun turun dari kasur dan berjalan menuju jendela kamar yang besar lalu membuka tirai dan juga jendela.
"Jimin oppa?"
Jimin tersenyum, nampak salah tingkah.
"Maaf mengganggu, aku---" belum sempat Jimin menyelesaikan ucapan, Hyerin langsung memotongnya.
"Mencari payung? Ada kok, biar ku ambilkan dulu."
Jimin sendiri dibuat heran, jadi gadis itu mengira ia datang tengah malam begini hanya untuk mencari payung nya yang tempo hari di ambil gadis itu? Kenapa bisa kefikiran sampai situ? Bahkan ia tak masalah jika Hyerin tak mengembalikan payungnya, toh ia bisa membeli yang baru.
"Bukan itu," Jimin mencegah Hyerin yang hendak pergi.
Hyerin menatap Jimin, menunggu lelaki itu untuk mengucapkan sesuatu.
"Aku kesini ingin meminta maaf pada mu."
Hyerin tertawa. Jimin yang dibuat heran pun malah ikut tertawa. Namun hanya HA-HA-HA saja.
"Aku sudah memaafkan mu," ucapnya di akhiri senyuman.
Hyerin berjalan melewati Jimin, kini gadis itu berdiri di tepi balkon yang terhalang oleh pagar pembatas.
"Hyerin-ya," panggil Jimin, membuat gadis itu membalikkan tubuhnya agar berhadapan langsung dengan Jimin.
"Apa?"
"Aku tahu, pasti banyak yang ingin kau tanyakan pada ku perihal kepergian ku kemarin."
Hyerin mengangguk membenarkan, kemudian ia mengajukan satu pertanyaan yang sangat mengganggu fikirannya ketika Jimin pergi.
"Kau pergi ke mana?"
"Aku pergi ke Busan. Adikku memberitahu bahwa Eomma sakit dan harus di rawat." Jimin menjawab dengan jujur.
"Kenapa tidak mengabari ku?"
"Ponsel ku tertinggal di apartemen."
Hyerin yang tadinya memasang raut serius, kini wajahnya menjadi melunak.
"Kenapa oppa ceroboh sekali?"
"Mianhae, aku sedang terburu-buru waktu itu."
"Arasseo, satu lagi. Bagaimana kau bisa sampai di kamar ku ini?"
"Aku memanjat,"
Hyerin menggeleng takjub mendengar jawaban dari kekasihnya itu.
"Wahh.. Selain tampan, ternyata pacar ku ini pandai memanjat juga ya."
Jimin terkekeh mendengarnya, apa Hyerin bangga karna Jimin bisa memanjat? Ah, lucu sekali.
"Untuk mu." Jimin menyodorkan sebatang coklat ke hadapan Hyerin.
Sudah tampan, pandai memanjat, tidak pelit pula.
Hyerin langsung mengambil coklat yang disodorkan Jimin, "Gomawo, oppa. Kau ini baik sekali, tengah malam memberikan ku coklat."
Jimin kembali dibuat tertawa mendengar penuturan gadis itu. Lelaki itu pun mengusap puncuk kepala Hyerin.
"Aku pulang dulu. Bisa marah jika ibu mu melihat ku disini."
Hyerin mengangguk, benar juga bisa-bisa ia kena marah jika ibunya melihat Hyerin dan Jimin berduaan di balkon kamarnya, dan sudah di pastikan ibunya itu akan langsung mengusir Jimin.
"Hati-hati pulangnya," ucap Hyerin.
•••
Kata Jimin, Selamat bermalam minggu Amii😗
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST
FanfictionPertunangannya dengan Taehyung membuat Hyerin mau tak mau harus melepas Jimin, kekasihnya. Taehyung mencintai Hyerin, ia akan melakukan apapun untuk membuat hati gadis itu luluh. Namun semuanya berubah ketika Hyerin mencoba untuk mencintai Taehyung...