13. 편지 (Letter)

641 191 240
                                    

"Kau harus melihat ini, hyung." Ucap Jungkook seraya menyerahkan kamera miliknya kepada Jimin.

Kedua lelaki itu sedang duduk berhadapan, Jimin dengan kamera yang kini ada ditangannya sedang meneliti foto yang diambil Jungkook.

Suasana cafe saat ini masih sepi karna masih pagi dan cafe ini baru buka.

"Hyerin?" tanya Jimin memastikan.

"Aku melihatnya di taman kota, dia sedang makan es krim sendirian sambil melamun. Sepertinya Hyerin Noona sedang memikirkan mu, hyung." ucap Jungkook menjelaskan.

Jimin masih melihat-lihat objek yang diabadikan okeh Jungkook. Jungkook mengambil foto Hyerin sebanyak tiga kali. Foto pertama dan kedua merupakan gambar yang sama, sedangkan foto ketiga disana terlihat Hyerin yang sedang membersihkan tangannya menggunakan tisu karna lelehan es krim.

Jimin akui kemampuan fotografer Jungkook cukup bagus. Selain memiliki cafe, Jungkook juga memiliki studio foto bersama dengan kakaknya.

Jungkook sendiri sudah tahu bahwa hubungan antara Jimin dan Hyerin sedang renggang. Jimin menceritakannya pada Jungkook karna lelaki bergigi kelinci itu yang memaksa Jimin. Pada akhirnya Jimin pun menceritakan soal kejadian tempo hari ketika di rumah Hyerin.

"Bagaimana hubungan mu dengan Hyerin Noona?" Tanya Jungkook.

"Aku tidak tahu, Jung."

"Kau belum menghubunginya?"

Jimin menggeleng sebagai jawaban.

"Kau harus tegas dengan keputusan mu, hyung."

"Apa? Aku harus mengakhirinya?" Jimin bertanya dengan raut putus asa.

"Memang itu yang Nyonya Chin Sun mau bukan?"

"Aku tidak mau membuat Hyerin menangis."

"Aku tahu ini sulit untukmu, tapi jika kau masih ingin Hyerin Noona berada di Seoul, kau harus menuruti keinginan Nyonya Chin Sun."

🐣🐣🐣

Hyerin berjalan dengan langkah pelan. Tinggal beberapa langkah lagi gadis itu akan sampai di tempat tujuan.

Suara denting dari bel pintu utama menyambut kedatangannya. Saat itu juga pandangannya bertubrukan dengan manik mata coklat milik seorang lelaki yang kini tengah berdiri mematung dengan nampan kosong yang ada ditangannya.

Lelaki itu, Park Jimin.

Hyerin merasakan suasana mendadak hening. Ia juga merasa waktu berhenti, dan jantungnya.. apakah masih ada ditempat?

Cukup lama mereka bertatapan, sehingga suara Jungkook terdengar dan menyadarkan keduanya.

"Hyung, kenapa kau tidak menyuruhnya masuk? Dan kenapa kau justru menatapnya seperti itu? Memangnya dia hantu?"

Jimin tersadar, namun ia masih diam ditempat ketika Jungkook berjalan menghampiri Hyerin.

"Noona, masuklah." Pinta Jungkook ketika sudah dihadapan Hyerin.

Hyerin mengangguk, lalu gadis itu melangkah masuk dan mencari tempat kosong diikuti Jungkook.

"Ingin pesan apa?" tanya Jungkook.

Hyerin tidak terlalu fokus dengan Jungkook, gadis itu masih memperhatikan Jimin yang tidak beranjak dari tempatnya.

Jungkook yang menyadari itu pun langsung melambaikan tangan kepada Jimin, meminta agar lelaki itu mengahampiri dirinya dan juga Hyerin.

Hyerin merasakan debaran jantungnya yang kuat, saking kuatnya ia takut jantungnya lepas dari tempatnya. Semakin dekat  Jimin menuju meja Hyerin, semakin cepat pula jantung gadis itu bekerja.

Dan kini Jimin sudah berdiri di samping Jungkook. Seketika Hyerin lupa dengan niat awalnya, nyalinya pun sudah menciut.

"Aku tahu ada yang harus kalian bicarakan, jadi aku pamit undur diri."

"Jangan!" Hyerin mencegah Jungkook untuk pergi. Gadis itu tidak mau terjebak oleh suasana canggung dengan Jimin.

"Apa apa, Noona?" Tanya Jungkook.

Hyerin seketika teringat sesuatu. Lantas gadis itu merogoh tasnya, dan mengeluarkan amplop warna merah titipan Sun Mi. Hyerin menyerahkannya pada Jungkook.

"Ini, ada titipan dari Sun Mi."

Jungkook mengerutkan keningnya. Merasa tidak mengenali nama seseorang yang disebutkan Hyerin.

"Siapa?"

"Teman ku di kampus."

Jungkook menerima amplop tersebut.

Setelah menyerahkannya kepada Jungkook, ponsel gadis itu berdering. Hyerin mencari-cari ponselnya di dalam tas, ketika sudah ketemu, ia melihat nama yang tertera disana.

Eomma.

Dengan cepat Hyerin menekan tombol hijau untuk menerima panggilan.

"Ada apa, Eomma?"

"Cepat pulang, Eomma tunggu di rumah."

"I-iya, Eomma. Aku pulang sekarang."

Sambungan telfon pun diputus oleh Nyonya Chin Sun. Tumben sekali Eommanya menelfon. Hyerin melirik jam diponselnya, ternyata sudah pukul setengah lima.

"Aku pamit pulang dulu, Jungkook-ah..." ucap Hyerin lalu menatap Jimin, "Jimin oppa, aku pulang dulu." Hyerin mengatakannya dengan pelan namun Jimin dengan jelas mendengarnya.

Jungkook mengangguk, "Hati-hati dijalan, Noona."

Hyerin beranjak dari kursi, lalu melangkahkan kakinya menuju pintu cafe. Namun ketika langkah ketiga, suara seseorang yang sangat ia rindukan terdengar, suara lembut dari Jimin.

"Hati-hati pulangnya, Hyerin-ah."

Hyerin berbalik, lalu tersenyum. Setelah itu, gadis itu berjalan keluar meninggalkan Kookie Cafe.

Setelah kepergian Hyerin, Jungkook mengamati secarik kertas yang diberikan Hyerin tadi. Lalu membuka lipatannya dan membaca kalimat yang tertulis disana.

Hai, aku Sun Mi.

Beri tahu aku jika kau sudah menerima surat ini. Ini nomor ponsel ku.

+8271****

Jungkook membacanya dengan serius, ia membalik kertas tersebut, tapi tidak ada tulisan lagi disana.

Lelaki itu jadi bingung sendiri, apa maksud orang tersebut mengirimnya surat? Dan kenapa Jungkook harus membalasnya? Jungkook harus membalas apa?

Apakah begini,

Hai, aku Jungkook.

Aku sudah membalas suratmu.

Jungkook jadi geli sendiri membayangkannya. Memangnya dia anak SD harus surat-suratan?

Apakah mereka pernah bertemu? Jungkook merasa mempunyai seorang penggemar rahasia jika seperti ini.

Jimin yang juga membaca surat yang ada ditangan Jungkook langsung terkekeh.

"Ada yang menyukaimu ternyata." ucap Jimin.

"Kau mengenalnya, hyung?"

Jimin mengangguk, "Teman Hyerin di kampus."

Jungkook masih mengamati surat itu.

"Jangan dilihat terus, kau hanya perlu membalasnya."

"Aku harus membalas apa?" tanya Jungkook bingung sendiri.

Jimin mengendikkan bahu, lalu pergi begitu saja meninggalkan Jungkook dengan segala kebingungannya.

•••

Kookie ada yang suka gaesss🌚

LOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang