<lagi dan lagi>

53 2 1
                                    

Bulan berganti tugas dengan sang surya untuk kembali menyinari bumi menggunakan cahayanya, seperti sekarang waktu menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit.

Di tempat tidur nampak gadis cantik sedang bergelung dalam selimut tanpa minat bangun dari tidurnya, siapa lagi jika bukan Sabit.

Jangan lupakan jika hari ini Sabit tidak boleh sekolah, toh ia tidak salahkan bangun sedikit kesiangan?.

Pintu kamar Sabit sejak tadi di ketuk oleh seseorang sekarang berubah menjadi gedoran, membuat Sabit terusik dan dengan terpaksa membukakan pintu kamarnya. Ingin sekali ia memaki orang yang sudah mengganggu tidur cantiknya.

"HEH BADAK ARAB! LO TIDUR APA MATI SI!". Sabit sempat hampir terhuyung ke belakang karena teriakan setan Ancol ini yang memiliki nama Diba.

"Kampret lo! Ganggu gue tidur pulang pulang sono!". Usir Sabit kesal

"Dasar gatau diri, gue jauh-jauh kesini dari Arab nyebrang Merauke langsung ke Danau Toba transit ke sekolah baru nyampe rumah lo! Dan lo ga ngehargain?! Keterlaluan". Dramatis Diba.

"Gaya bener jadi orang!, rumah tinggal lima langkah doang yaila". Sabit memutar bola mata malas lalu beranjak pergi menuju kamar mandi, tanpa memperdulikan Diba yang sedang mengomel.

"Heh gue di tinggal lagi, dasar onta!".

....

"Gue bingung pilih snack yang mana ya?, pengen gue borong aje tapi susah bawanya".

"So-soan mau borong, duit aje ga punya". Cibir Sabit.

"Gampang itu mah". Sambil memetikkan jari di depan muka Sabit membuat sang empu langsung menoyor Diba.

"Eh nanti kita nonton Draspa ye jangan horor, hasil rekomen gue oke?. Nanti makan snack-". Setelah sadar bahwa sahabatnya sedang memperhatikan sesuatu, ia pun langsung mengikuti arah pandang Sabit.

Diba pun terus memperhatikan dua insan yang sedang tertawa bersama dan sepertinya juga sedang membeli cemila juga sepertinya, karena terlihat jika troli mereka penuh dengan snack dan minuman.

Diba kembali mengalihkan pandangannya ke arah Sabit, ia bisa merasakan apa yang di rasakan Sabit bagaimana rasanya melihat calon suaminya begitu mesra dengan orang lain di banding dirinya. Dan jangan lupakan ia sudah tau semuanya apa yang di alami Sabit, karena gadis itu menceritakan semuanya.

Sabit menghirup nafas dalam-dalam, mengapa ada sesuatu yang tergores begitu menyakitkan namun tak berdarah, mengapa matanya memanas. Lagi dan lagi.

"Bit, kita bayar dulu ya". Diba pun mengajak Sabit pergi dari sini, karena terus berlama-lama disini akan membuat Sahabatnya terluka.

Berbeda dengan Bintang, ia merasa senang karena memiliki waktu yang banyak untuk kekasihnya. Mengingat Mamahnya menyuruh ia tidak masuk sekolah karena besok adalah acara pernikahan dengan gadis yang sama sekali tidak ia cintai.

"Bep, yang ini apa yang ini". Seorang gadis yang berstatus kekasihnya meminta pendapatnya tentang snack di kedua tangannya.

"Dua-duanya aja". Jawab Bintang sambil mengelus kepala sang gadis.

"Abis ini kita mau kemana?".

"Aku ikut kamu aja". Jawab Bintang sesekali mencium kening sang kekasih.

....

"Bit, gue tau ini sulit dan sakit banget. Masi ada waktu buat besok dan lo bisa bilang ke Mamah lo buat batalin pernikahannya".

"Ga semudah itu Ba, gue gamau ngecewain semuanya". Jawab Sabit cepat.

"Dia setiap hari kaya gitu, lo diem aja gitu?".

"Lo nangis setiap hari karna dia, gue diem aja gitu liat lo tersiksa hah?!".

"Gapapa Ba, gue yang salah karena bisa-bisa nya gue punya perasaan sama dia".

"Bit, cinta itu ga bisa di tentuin dia mau berlabuh sama siapa".

Sabit terdiam mendengar perkataan Diba.
"Apa lo tau siapa cewenya?". Tanya Sabit dengan suara parau.

"Mentari Alfina, dia kelas 11 IPS 1". Jawab Diba.

"Gue kaya ga asing denger namanya".

"Memang, dia wakil ketua osis".

"Berarti dia mantan Davino?". Tanya Sabit lagi.

"Iya, dan katanya di putusin gara-gara selingkuh sama calon suami lo itu".

"Rumornya sih ya, si Mentari itu suka main cowo". Lanjutnya.

"Aish gue pusing mikirin nya, mending nonton film apake". Ucap Sabit frustasi.

Merekapun setuju untuk menonton Drama Spanyol yang di rekomen oleh Diba, sampai episode habis.

"Aduh, puas banget gue". Ucap Samudra sambil merenggangkan otot tangannya.

"Seru kan rekomen gue, Diba gitu loh". Bangga Diba.

"Eh gue juga punya rekomen, tapi nanti malem aja".

"Eh sinting lo, besok lo nikah ba a". Kesal Diba.

"Buset santai Mba, yaudah next time". Merekapun turun kebawah untuk makan berhubung perut mereka sudah berbunyi sejak tadi.

"Eh Ema lo kemana?". Tanya Diba ketika melihat keadaan rumah sepi dan hanya mereka berdua juga Bibi.

"Gatau, katanya nyiapin buat besok". Jawabnya acuh.






Vote dan komen
Jangan lupa req cover geng

HurtedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang