<makian>

65 3 1
                                    

Sabit saat ini tengah menonton televisi dengan cemilan di pangkuannya sambil menunggu sang suami. Ah lucu sekali ia menyebut suami padahal Bintang pun tak mengakuinya sebagai istri.

Tak lama ia mendengar suara pintu terbuka pertanda Bintang sudah pulang, entah apa yang di lakukan Bintang sampai pulang sore padahal jam pulang sekolah nya pun siang.

"Sini biar tas nya aku taro kamar". Belum sempat mengambil tas Bintang, Bintang segera menepisnya.

"Em kamu mau mandi?". Bintang tidak merespon ucapan Sabit dan langsung memasuki kamar.

Sabit pun mengikuti dari belakang namun

Brakk!

Pintu kamar di tutup sekencang mungkin oleh Bintang, Sabit pun menggerutu dan memaki Bintang karena keningnya me merah.

Ia mencoba membuka pintu, ternyata tak di kunci. Ia mengedarkan pandangannya tak ada Bintang mungkin mandi, pikirnya. Ia menyiapkan baju yang akan Bintang pakai.

"Ngapain lo". Suara datar Bintang membuat Sabit menoleh.

"Nyiapin baj-".

"Ga perlu!". Bentaknya.

Sabit menghela nafas pelan dan memejamkan mata sekejap. "Aku kan istr-".

"GUE GA NGANGGEP LO SAMA SEKALI SABIT! DISINI KITA DI JODOHKAN DAN LO JANGAN BERHARAP BISA MENJADI APA YANG LO IMPIKAN ITU! jangan mimpi". Bintang kembali membentaknya namun kali ini lebih keras.

Sabit menahan sakit hatinya dan matanya memanas, ia tau jika Bintang tidak mempunyai perasaan dengannya. Namun salahkah dia jika ingin di hargai?

Bintang beranjak pergi dari kamar, Sabit pun mengikuti langkah Bintang tak peduli bentakan Bintang namun ia tak mengelak jika kata-kata tersebut menohok hatinya. Ia akan coba tegar di depan Bintang.

Ia menuju dapur untuk mengambilkan Bintang makanan yang telah ia buat, setelah mengambil ia menuju ruang tamu di mana Bintang berada.

"Bintang, aku masak opor ayam kamu makan ya". Ucap Sabit lembut.

"Gue udah makan tadi". Balasnya dengan suara datar, tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Em kan tadi, berarti sekarang belum kan?. Aku tau kamu pasti laper". Tak ada respon dari Bintang.

"Sedikit aja Bintang, aku ga mau kamu sak-".

"Gue gamau".

"Em yaudah kamu mau makan apa? Bubur, nasi goreng, ayam goreng, ayam kecap, kent-".

"GUE BILANG GUE GA MAU ANJING!". Bintang sudah jengah dengan gadis yang ia anggap di hadapannya ini, ia pun melempar mangkuk yang berisi opor ayam ke lantai lalu beranjak pergi menuju kamar.

Prang!

Sudah cukup Sabit menahan air mata yang ia bendung dan sekarang air matanya pun mengalir deras hatinya terasa hancur bak mangkuk yang Bintang lempar ke lantai menjadi kepingan.

Tuhan, salahkah aku seperti ini, batinnya menangis.

Tak lama ia mendengar langkah kaki dari tangga menuju pintu masuk rumah.
"Bintang, kamu mau kemana?". Tanya Sabit dengan suara parau.

"Pergi, disini sumpek ada makhluk penghancur macam lo!". Maki nya lagi membuat Sabit merasa tak berguna disini.

Entah hati Bintang terbuat dari apa sampai tak mempunyai secuil rasa bersalah kejadian tadi.
Sabit menatap nanar makanan yang ia bikin mengenaskan di lantai lalu membereskannya.

Tuhan,
Aku memohon kepadamu kuatkanlah
hati ku layaknya baja,
Kuatkanlah fisik ku dan batiniu untuk
menghadapi semuanya.

Jika mencintai sesakit ini, mungkin aku
lebih memilih untuk tidak mengenalmu
Namun takdir mempertemukan kita, dan
entah sampai kapan aku terjebak dalam pesonamu.

Aku berharap yang terbaik dari masalah ini juga esok ketika terjadi lagi,
Aku tidak tau kedepannya seperti apa, jika kita memang di takdirkan bersama Tuhan mempunyai seribu satu cara untuk kita bersatu namun sebaliknya jika kita berjodoh,
Tuhan akan memisahkan dengan seribu satu cara.

Diriku tak mempersalahkan jika perasaan ku tak terbalas, tak mempersalahkan cacian dan maki mu untuk ku yang terpenting kau bahagia tanpa harus ada aku di kehidupan mu sudah lebih dari cukup untuk ku

Sabit masih di kamar, ia masih menangis memikirkan ucapan Bintang yang terus terngiang-ngiang bagai kaset rusak.

Dering telpon yang berasal dari ponsel Sabit membuat sang empu mengangkatnya.
"Halo Bit".

"Iya halo?, kenapa Dib". Tanyanya dengan suara parau.

"Lo kenapa?". Tanya Diba di sebrang sana.




Next ga ni?
Happy reading:)
Jangan lupa vote dan komen!

HurtedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang