"Halo, kamu dimana?". Tanya Cowo yang sedang memperhatikan gerbang rumah yang modern khas Eropa di depannya.
"Aku di rumah ni". Jawab Cewe di sebrang sana.
"Aku mau ajak jalan mau?".
"El, kayanya aku gabisa deh soalnya mau pergi".
"Kemana?".
"Em- e- ke rumah tante aku".
Ia membuang nafas kecewa, "yaudah gapapa deh, padahal ada sesuatu penting yang mau aku sampein".
"Sory El, bye aku buru-buru". Telpon di putuskan sepihak oleh Cewe di sebrang sana.
Tak lama ia melihat mobil yang biasa di pake Cewe itu keluar dari gerbang yang di perhatikan ya sejak tadi.
Ia terus memperhatikan, sampai sebuah ide muncul di kepalanya. Ia memutuskan untuk mengikuti mobil itu dengan hati-hati.
Setelah dua puluh lima menit ia mengikuti, mobil itu terhenti di sebuah cafe. Ia mengerutkan keningnya bingung, dia bohong? Satu pertanyaan di benaknya.
Ia juga mengikuti Cewe itu memasuki cafe, sampai langkahnya terhenti ketika melihat Cewe itu berpelukan dengan seorang Cowo yang sangat di kenalinya.
Ia tidak memutuskan langsung pergi begitu saja, ia memutuskan untuk duduk di belakang mereka berdua dan mendengarkan percakapan mereka.
"Happy Birthday baby!, Wish u all the best". Cowo itu berucap sambil mengeluarkan kotak yang isinya cincin berlian.
"Makasi Trian". Cewe itu memeluk Trian dengan erat, tak lupa ia mengecup pipi Trian, membuat nya terkejut.
Elfant Andara, langsung bangkit dari duduknya kemudian menghampiri mereka yang masih belum sadar keberadaannya.
"Thanks Re, sampai disini". Ia menatap datar kedua orang yang mematung di depannya.
Rea langsung mengejar Elfant, sementara Elfant sudah meninggalkan cafe dengan kecepatan mobil yang cukup kencang. Ia mengeraskan rahangnya. Rasa emosi, kecewa, sedih bercampur aduk.
Elfant menepikan mobilnya sebentar untuk menghubungi adiknya.
"De, Semuanya beresin".
"Loh kenapa ka?!, ini udah Mateng tau!". Omel Sabit di sebrang sana.
"Beresin aja, gagal". Setelah itu Elfant memutuskan panggilan dan kembali melajukan mobilnya.
Ia sebenarnya ingin mengajak Rea ke halaman belakang rumahnya yang sudah ia dekor bersama sang adik yang sukarela membantunya dengan susah payah, namun semuanya hancur dan sangat tidak berguna.
"Mah, El mau SMA di LA aja".
"Loh kenapa?". Tanya Diani terkejut.
El tersenyum simpul, "ga apa-apa".
Sementara Sabit memandang sendu sang Kakak, ia ingin melarang namun ia juga mendukung. Entahlah mungkin Kakaknya yang satu itu tidak bisa melupakan Rea.
Sementara di lain sisi, Rea tengah berada di sudut ruangan dengan menenggelamkan kepalanya di antara lipatan kakinya. Sedari tadi ia terus meracau dengan tangannya memegang foto Elfant.
....
Elfant menghela nafas lelah, ia merindukan adiknya juga 'dia'. Ia berharap selama setahun ia disini bisa melupakan kejadian itu serta orang yang berhasil membuatnya kecewa. Namun nyatanya kejadian itu terus berputar-putar di otaknya bak kaset rusak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurted
Teen Fiction"Ngapain lo". Suara datar Bintang membuat Sabit menoleh. "Nyiapin baj-". "Ga perlu!". Bentaknya. Sabit menghela nafas pelan dan memejamkan mata sekejap. "Aku kan istr-". "GUE GA NGANGGEP LO SAMA SEKALI SABIT! DISINI KITA DI JODOHKAN DAN LO JANGAN B...